Topswara.com -- Persamaan waktu perayaan hari raya Idul Fitri 1445 H merupakan momentum indah bagi kaum muslimin seluruh dunia. Hal ini sangat dimungkinkan dan seharusnya seperti itu, sebab umat Islam di seluruh dunia tinggal di bumi yang sama, dibawah langit yang sama, matahari dan bulan yang sama. Terlebih jika umat ini memiliki satu kemauan, maka kemampuan umat ini sangat luar biasa.
Sungguh umat Islam di seluruh dunia adalah umat yang satu, sebab umat Islam seluruh dunia bertuhankan satu yakni Allah SWT, bernabikan satu yakni Rasulullah Muhammad SAW, berkitabkan satu yakni Al-Qur’an Al Karim, berkiblatkan satu yakni Ka’bah, berikrarkan satu yakni dua kalimat syahadat dan beragamakan satu yakni dinul Islam.
Umat Islam tinggal bersatu mengikrarkan visi persatuan dengan berbahasa satu yakni bahasa Arab, berbendera satu yakni bendera tauhid dan bernegara satu yakni daulah khilafah islamiah. Sungguh umat Islam adalah satu, bersaudara dan haram berpecah belah.
Cukuplah ayat-ayat berikut menjadi renungan umat Islam seluruh dunia, agar kelak tidak menyesal saat menghadap pengadilan Allah, disaat tidak memiliki visi persatuan umat.
Pertama, Surah Al-Anfal (8:46), "Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Kedua, Surah Ali 'Imran (3:103), "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
Ketiga, Surah Al-Ma'idah (5:48), "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) dengan membawa kebenaran, membenarkan Kitab (Taurat) yang sebelumnya dan menjadi penjaga baginya. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan hukum dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan kamu umat yang satu juga, tetapi (Allah menyertakan kamu) supaya Dia menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."
Keempat, Surah Al-Hujurat (49:10), "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."
Kelima, Surah Al-An'am (6:159), "Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi beberapa golongan, bagimu (Muhammad) bukanlah urusan mereka sedikitpun. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah kepada Allah, kemudian Allah memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan."
Keenam, Surah Al-Anbiya (21:92), "Sesungguhnya ini, umatmu adalah umat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku."
Secara historis, khilafah Islamiyah telah secara gemilang bisa menyatukan umat Islam seluruh dunia. Secara empirik, nasionalisme buatan penjajah Barat telah memecah belah umat Islam dalam negara-negara kecil yang saling berpecah belah. Nasionalisme adalah negara yang dikendalikan oleh penjajah, karena memang warisan penjajah untuk memecah belah persatuan umat Islam pasca keruntuhan Khilafah Turki Utsmani.
Esensi khilafah merujuk pada inti atau hakikat dari konsep kepemimpinan umum politik dalam Islam. Khilafah secara harfiah berarti "penggantian" atau "penggantian setelah". Dalam konteks agama Islam, khilafah mengacu pada institusi kepemimpinan yang bertanggung jawab atas penerapan syariat Islam, persatuan umat Islam, dakwah islam ke seluruh penjuru dunia dan pembelaan terhadap kepentingan umat.
Khilafah adalah sistem kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, yang mencakup keadilan, kejujuran, kebijaksanaan, dan keadilan sosial. Pemimpin dalam khilafah diharapkan untuk mengambil keputusan berdasarkan ajaran Islam dan memastikan kesejahteraan umat.
Rasulullah bersabda : Imam (pemimpin) adalah penggembala (ra'in) dan dia bertanggung jawab atas kawanan domba (ra'iyah)nya. (HR. Bukhari dan Muslim ). "Barangsiapa yang mati dan tidak meninggalkan kesetiaan (bai'at) kepada imam (khalifah), maka dia mati seperti matinya orang jahiliyah. (HR. Muslim).
Pemimpin dalam khilafah dipandang sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi, dan mereka diharapkan untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka di hadapan Allah. Mereka dianggap sebagai pelayan umat, bukan sebagai otoritas yang absolut.
Khilafah bertujuan untuk mewakili dan membela kepentingan umat secara keseluruhan. Pemimpin khilafah diharapkan untuk mengutamakan kesejahteraan umat, mempromosikan keadilan, dan memastikan perlindungan hak-hak individu.
Salah satu tujuan utama khilafah adalah penerapan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari secara totalitas. Ini termasuk penerapan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hukum pidana, ekonomi, sosial, dan politik.
Khilafah mengusahakan persatuan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Ini bertujuan untuk mengatasi perpecahan dan konflik yang mungkin terjadi di antara umat Islam dan mempromosikan solidaritas dan kerjasama antara umat Muslim di seluruh dunia.
Misi Islam itu rahmatan lil alamin, menebarkan kebajikan kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tidak ada satupun ajaran Islam yang buruk, semuanya baik dan membaikkan. Islam dalam kajian ilmiah para cendekiawan barat yang obyektif menemukan Islam sebagai sebuah kekuatan peradaban yang luar biasa maju sekaligus menebarkan kebaikan.
Kesempurnaan Islam adalah disaat diterapkan secara menyeluruh di bumi Allah. Secara historis, Islam pernah diterapkan sejak zaman Rasulullah hingga khilafah Turki Utsmani selama hampir 14 abad. Khilafah sebagai ajaran Islam adalah sistem pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah sebagai ‘antithesis’ ideologi kapitalisme dan komunisme yang terus dipelihara oleh PBB.
Sebagai ajaran Islam, tentu saja semestinya ditempatkan dalam ruang diskursus intelektual di negeri ini. Sebab secara faktual, ideologi kapitalisme sekuler dengan sistem demokrasi telah terbukti menjadikan negeri ini hancur lebur, baik secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya.
Apalagi ideologi komunisme ateis yang telah membuat noda hitam sejarah negeri ini. Hal ini tidak sulit untuk dipahami bagi orang-orang yang mau berpikir jernih, bukan dengan emosi.
Oleh sebab itu, sudah saatnya kaum intelektual di negeri ini membuka ruang yang luas untuk diskursus khilafah, baik di masyarakat luas mapun di kampus-kampus. Tujuannya tentu saja agar masyarakat paham apa hakikat khilafah, jangan sampai salah paham dan pahamnya salah.
Kesalahpahaman masyarakat tentang khilafah disebabkan oleh gerakan islamophobia yang digelorakan barat. Padahal khilafah adalah warisan Rasulullah yang sangat berharga bagi kebaikan tata kelola dunia ini.
Semoga, bersatunya hari raya Idul Fitri 1445 H menjadi momentum istimewa bagi umat Islam seluruh dunia untuk kembali merajut visi persatuan umat Islam dengan kembali kepada sistem khilafah agar mampu menjadi umat terbaik yang dilahirkan di muka bumi ini.
Khilafah jugalah yang akan mempu menebarkan rahmat bagi alam semesta. Khilafah jugalah yang mampu menghancur leburkan sistem kufur kapitalisme dan komunisme. Khilafah jugalah yang akan mengantarkan umat ini selamat di dunia dan bahagia di akhirat.
Kapan lagi memperjuangkan tegaknya khilafah, kalau bukan sekarang. Siapa yang lagi yang mau memperjuangkan khilafah, kalau bukan kita sendiri sebagai muslim. Yakinlah dengan langkah ini, sebelum kelak menyesal di akhirat.
(AhmadSastra, KotaHujan, 11/04/24 : 06. 34 WIB)
Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
0 Komentar