Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gengster Merebak di Bulan Ramadhan

Topswara.com -- Bulan Ramadhan seharusnya menjadi bulan yang istimewa karena Allah melipatgandakan pahala dan membuka pintu ampunan seluas-luasnya.

Namun bulan suci ini harus dinodai dengan aksi kreak atau gengster yang akhir-akhir ini merebak di kota Semarang. Kreak singkatan dari kere dan mayak. Maksudnya, kere artinya miskin secara status ekonominya, kemudian mayak memiliki makna yang serupa dengan “resek”, tengil, suka mengganggu, usil, arogan, belagu.

Para anggota kreak terdiri dari siswa SMA, SMP. Kreak ini biasanya beraktivitas tidak jelas, artinya mereka mengendari kendaraan bermotor kemudian keliling-keliling jalan, terkadang juga menggunakan senjata tajam seperti celurit, parang, dan lainnya. 

Biasanya mereka beraksi diatas jam 12 malam, bahkan ketika saur pun mereka tetap beraksi. Terkadang mereka melukai pengendara motor dengan senjata tajamnya itu.

Tentu saja hal ini membuat para pekerja yang pulang malam menjadi was-was terlebih perempuan. Dilansir dari suaramerdeka.com (1/4/2024). Pada Minggu malam (31/3/2024), puluhan remaja bermotor dengan knalpot brong konvoi di jalan-jalan protokol, membuat kotor jalanan, dan mengganggu warga.
Aksi mereka berhasil dihentikan oleh Polrestabes Semarang. Sebanyak 19 anggota geng motor diamankan dan didata.

Kemudian, dilansir dari jatengakurat.co (7/4/2024) Keberadaan remaja-remaja yang tergabung dalam gengster masih meresahkan masyarakat Kota Semarang. Terbaru, 5 orang remaja diamankan oleh Polrestabes Semarang karena kedapatan membawa alat berbahaya berupa parang dan clurit yang diduga akan digunakan untuk tawuran. 

Kejadiannya terjadi pada Minggu dini hari (7/4/2024) saat tim Jatanras Libas Polrestabes Semarang melakukan oprasi. Lalu mereka melaporlan kepada tim patroli perintis presisi yang akhirnya dilakukan penindakan pengamanan pada pukul 03.30 WIB.

Kondisi seperti ini selain membuat resah masyarakat, juga membuat gemas sebagian orang. Mengapa tidak, ketika mereka diciduk polisi, hukuman yang diberikan tidak membuat efek jera, hanya berupa sanksi tertulis dan lisan saja.

Akhirnya masyarakat berinisiatif ketika bertemu dengan kreak di jalan dan membahayakan nyawa, lebih baik ditabrak saja, sehingga mereka bisa merasakan akibat ulahnya. Demikianlah ketika hukum tidak adil, maka hukum rimba yang akan berlaku.

Faktor penyebab maraknya kreak di kota Semarang terlebih di bulan Ramadhan adalah, pertama kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap aktivitas anak, sehingga anak bebas melakukan apapun, mengikuti komunitas yang mereka anggap sama dengan visi misi hidupnya.

Kedua, kondisi ekonomi, kemiskinan membuat sebagian orang melakukan tindak kriminal, termasuk kreak ini. Meski sebagian kasus mereka tidak melakukan pembegalan namun ada indikasi mengarah ke sana, kemiskinan juga.

Ketiga, eksistensi diri, setiap manusia memiliki gharizah baqa' adalah naluri memperlihatkan diri, atau eksistensi diri. Termasuk kreak ini, mereka ingin dianggap wah di tengah masyarakat, keberadaannya ingin dilirik oleh masyarakat. 

Miris memang kondisi pemuda hari ini. Pemuda yang seharusnya membawa arah perubahan, yang ada menyusahkan rakyat, bahkan perbuatannya mengarah pada kriminalitas.

Maraknya kreak tidak lahir begitu saja, mereka lahir dari sistem hidup saat ini, yakni sekularsime, yaitu sistem hidup yang memisahkan agama dengan kehidupan. Tidak heran para kreak ini berani 'mati' ketika melakukan aksinya, mereka tidak pikir panjang terhadap nyawa yang diberikan Allah. 

Tentu saja hal ini sangat amat disayangkan, butuh perubahan yang mengangkar. Jika kita melihat peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah, potensi pemuda ini dimanfaatkan untuk kepentingan agama, berjuang di medan perang (jihad). Serta seluruh energi dan pikirannya yang masih jernih untuk kemaslahatan umat, bukan malah menyusahkan umat.

Pada peradaban Islam, pemuda akan dibida dengan tsaqafah Islam, dengan dasar akidah Islam, sehingga mereka paham tujuan hidup mereka di dunia, visi misi apa saja yang mereka emban di dunia ini.

Namun semua itu membutuhkan tiga peranan. Pertama, keluarga, keluarga ini ada madrasah pertama yang akan mendidik anak-anak. Menanamkan akidah Islam terhadap anak.

Kedua, masyarakat. Dibutuhkan peran masyarakat untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Ketika di lingkungan terjadi kejahatan, atau tindak kriminal, masyarakat yang pertama melakukan amar makruf nahi mungkar.

Ketiga, negara. Amat sangat dibutuhkan peran negara dalam mendidik generasi, supaya potensi yang mereka miliki tidak sia-sia. Mereka adalah penerus peradaban, sehingga harus dididik sedemikian rupa.

Demikianlah cara untuk membasmi kreak yang meresahkan. Tidakkah kita menginginkan pemuda hari ini bermanfaat bagi agama?


Oleh: Alfia Purwanti 
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar