Topswara.com -- Saat hijrah dari Mekah Beliau SAW disertai Abu Bakar Shidiq Ra tidak langsung berjalan menuju Madinah. Namun berdiam lebih dahulu di Gua Tsur selama tiga hari. Untuk keperluan makan minum beliau bersama sahabatnya diatur sedemikian rupa oleh kakak beradik putra dan putri Abu Bakar Shidiq Ra hingga tetap aman dari kejaran pasukan qurays. Sudah begitupun Beliau SAW nyaris ketahuan oleh pasukan Qurays namun Allah menjaga beliau berdua.
Ketika Beliau SAW mulai perjalanan maka tidak menempuh jalan yang biasa dilalui oleh para kafilah. Namun menempuh jalan lain sehingga beliau SAW membutuhkan pemandu jalan untuk perjalanan itu. Sekali lagi ini juga dengan maksud agar bisa aman dari kejaran musuh.
Dengan mengatur perjalanan hijrah seperti ini, siapakah diantara kita yang berani menuduh bahwa Baginda Nabi SAW penakut? Alias tidak berani menghadapi resiko? Alias bukan pemberani?
Siapa pun yang berani menuduh demikian maka bisa jatuh murtad bukan? Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang lebih berani daripada Baginda Nabi Muhammad SAW. Satu-satunya alasan yang harus kita pelajari dari perbuatan Baginda Nabi SAW adalah bahwa dakwah butuh strategi bukan sekedar sikap sok berani.
Jamaah dakwah harus berpikir bagaimana cara menghadapi makar musuh musuh dakwah. Sudah terbukti mereka, musuh dakwah, melakukan segala cara. Bukan sekedar untuk menghalangi dakwah namun juga untuk melenyapkan para pengemban dakwah andai mereka mampu.
Dalam hal ini hukum sababiyah berlaku. Ada sebab-sebab yang harus diperhatikan agar dakwah ini bisa berjalan dengan baik. Tidak bersikap sembrono dan asal-asalan.
Dakwah untuk merubah sistem kufur menjadi sistem Islam ada metode dan uslubnya yang sudah dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Uslubnya harus dicari yang tepat. Agar target dakwah tercapai dengan sebaik baiknya.
Dakwah untuk menegakkan khilafah merupakan dakwah yang kompleks dan jangka panjang. Namun demikian tidak setiap saat kita ceramah misalnya harus ngomong khilafah. Atau setiap membuat tulisan harus ada kata khilafah. Tentu saja semua itu tergantung pada tema yang dibahas atau pertanyaan yang disampaikan. Bukan karena takut namun semua sesuai kebutuhan obyek dakwah dan konteks pembahasan.
Beda halnya jika kita ditanya apa itu khilafah, kemudian kita enggak menjawab seharusnya. Atau ditanya apakah negeri ini sudah sistem khilafah kita juga jawab sesuai selera penanya. Atau ditanya apakah si Fulan itu Khalifah kemudian kita jawab enggak sesuai hukum syarak. Semua itu karena kita takut konsekuensinya maka inilah penakut namanya.
Dalam hal ini kita harus menjauhi sifat nifak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : أَربعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ خَرَّجَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada empat tanda seseorang disebut munafik. Jika salah satu perangai itu ada, ia berarti punya watak munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu adalah: (1) jika berkata, berdusta; (2) jika berjanji, tidak menepati; (3) jika berdebat, ia berpaling dari kebenaran; (4) jika membuat perjanjian, ia melanggar perjanjian (mengkhianati).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 2459, 3178 dan Muslim, no. 58].
Beda halnya juga jika pada saatnya kita harus menyampaikan al Haq meskipun dengan resiko besar. Maka kita harus tetap berkata benar apa pun resikonya. Sebagaimana contoh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Semoga Allah luruskan hati dan lisan serta amal kita. Aamiin
Baginda Rasulullah SAW telah mencontohnya dakwah dengan berbagai strateginya. Demikian pula beliau SAW juga sudah mencontohkan jihad dengan segala strateginya. Semua itu sesuai tuntutan sunnatullah bukan karena takut atau tidak berani. Ini harus kita contoh bahwa dakwah tidak sekedar membutuhkan keberanian namun juga strategi yang matang.
Dengan niat liLlaah, dengan cara sesuai syariat disertai harapan penuh akan pertolongan Allah maka insyaallah janji Allah berupa kemenangan tidak lama lagi akan terwujud.
Semoga kita tetap Istiqamah sobat. Selamat berjuang!
Hasbunallaahu wani'mal wakil.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar