Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cinta dan Benci Karena Allah

Topswara.com -- Sobat. Istilah "cinta dan benci karena Allah" adalah konsep yang sering dibicarakan dalam konteks keagamaan, terutama dalam Islam. Ini mengacu pada perasaan cinta atau benci seseorang atas dasar ketakwaan kepada Allah.

Cinta karena Allah adalah cinta yang murni dan tulus, tidak terkait dengan motif pribadi atau kepentingan duniawi, tetapi semata-mata karena kasih dan taat kepada Allah. Ini adalah cinta yang membawa kebaikan, rahmat, dan kasih sayang terhadap sesama manusia serta makhluk Allah lainnya.

Benci karena Allah, di sisi lain, mengacu pada penolakan atau kebencian terhadap sesuatu atau seseorang yang bertentangan dengan ajaran Allah atau agama Islam. Ini bukanlah kebencian pribadi, tetapi penolakan terhadap perilaku atau tindakan yang dianggap melanggar prinsip-prinsip agama.

Dalam konteks hubungan sosial, cinta dan benci karena Allah juga dapat mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain, karena mereka mendasarkan hubungan mereka pada prinsip-prinsip keagamaan dan moralitas.

Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya dalam surga ada beberapa ruangan yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan sebaliknya. Allah telah menyediakannya bagi orang-orang yang saling mencintai, saling berkunjung dan saling berkorban pada jalan-Nya." ( HR. Ath-Thabrani )

Hadis yang disebutkan menggambarkan tentang keistimewaan surga, bahwa di dalamnya terdapat beberapa ruangan yang memungkinkan penghuninya untuk melihat keluar dan sebaliknya. Allah telah menyiapkan ruangan-ruangan tersebut khusus bagi orang-orang yang saling mencintai, berkunjung, dan berkorban satu sama lain di jalan-Nya.

Pesan dari hadis ini adalah tentang pentingnya hubungan yang 
berlandaskan cinta, kasih sayang, kunjungan, dan pengorbanan di antara sesama muslim. Ketika seseorang berbuat baik kepada yang lain dengan ikhlas karena Allah, hal itu akan mendatangkan balasan yang luar biasa di surga.

Ini adalah pengingat bagi umat Islam untuk membangun hubungan yang kuat dan berempati satu sama lain, saling mencintai, berkunjung, dan saling membantu dalam kebaikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa di dalam surga, tidak hanya akan ada kenikmatan individual, tetapi juga kebahagiaan bersama dan hubungan yang erat antar penghuninya.

Bagaimana Wujud Mencintai Sesama Karena Allah SWT.

Mencintai sesama karena Allah SWT adalah cinta yang murni dan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan pribadi. Berikut adalah beberapa cara untuk mewujudkan cinta sesama karena Allah:

Pertama, Ikhlas dalam Niat. Mencintai sesama karena Allah dimulai dengan niat yang tulus dan ikhlas. Ini berarti melakukan segala sesuatu atas dasar kecintaan kepada Allah, tanpa memikirkan pujian atau penghargaan dari orang lain.

Kedua, Membantu Sesama. Menawarkan bantuan dan dukungan 
kepada sesama manusia tanpa pamrih adalah wujud nyata dari cinta karena Allah. Ini bisa berupa memberi makan kepada yang lapar, memberi tempat berteduh kepada yang membutuhkan, atau memberikan bantuan finansial kepada yang membutuhkan.

Ketiga, Menjaga Silaturahmi. Mempertahankan hubungan baik dengan keluarga, tetangga, teman, dan masyarakat umum adalah bagian dari cinta karena Allah. Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama.

Keempat, Memaafkan dan Berempati. Mencintai sesama karena Allah juga mencakup sikap memaafkan dan berempati terhadap kesalahan dan penderitaan orang lain. Ketika seseorang mampu memaafkan dan merasakan penderitaan orang lain, itu adalah tanda cinta yang mendalam karena Allah.

Kelima, Berbagi Ilmu dan Kebaikan. Memberikan pengetahuan dan kebaikan kepada sesama adalah wujud cinta karena Allah. Ini bisa berupa berbagi ilmu agama, memberikan nasihat yang baik, atau berkontribusi pada kemajuan masyarakat.

Keenam, Mendoakan Kebaikan. Berdoa untuk kebaikan dan kesejahteraan sesama manusia adalah cara lain untuk mencintai mereka karena Allah. Berdoa untuk kesembuhan, keberkahan, dan kebahagiaan bagi orang lain merupakan tindakan cinta yang sangat mulia.

Ketujuh, Menegakkan Keadilan. Memperjuangkan keadilan dan memperjuangkan hak-hak sesama manusia adalah bagian dari cinta karena Allah. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berdiri tegak dalam kebenaran dan keadilan.

Mencintai sesama karena Allah bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tindakan nyata yang menunjukkan kasih sayang dan empati terhadap orang lain. Itu adalah bagian integral dari prinsip-prinsip agama yang mengajarkan kasih sayang, kebaikan, dan kemanusiaan.

Bagaimana Implementasi Benci Karena Allah?

Konsep "benci karena Allah" seringkali disalahpahami atau disalahgunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan negatif atau intoleransi terhadap individu atau kelompok tertentu. Namun, dalam konteks yang sejati, "benci karena Allah" tidak bermaksud untuk membenarkan kebencian atau tindakan diskriminatif terhadap individu atau kelompok tertentu.

Sebaliknya, hal ini mengacu pada penolakan atau kebencian terhadap perilaku atau tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama atau prinsip-prinsip moral.

Berikut adalah beberapa cara implementasi "benci karena Allah" yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang sejati:

Pertama, Menolak Perilaku Maksiat. Implementasi yang paling umum dari "benci karena Allah" adalah penolakan terhadap perilaku maksiat atau dosa yang bertentangan dengan ajaran agama. Ini mencakup hal-hal seperti kecurangan, kezaliman, kebohongan, dan perbuatan jahat lainnya.

Kedua, Menegakkan Keadilan. Benci karena Allah juga dapat mengarah pada penolakan terhadap ketidakadilan dan penindasan dalam segala bentuknya. Ini termasuk berdiri untuk hak-hak manusia, melawan sistem yang merugikan, dan memperjuangkan keadilan sosial.

Ketiga, Menolak Kebencian dan Intoleransi. Implementasi yang lebih positif dari "benci karena Allah" adalah penolakan terhadap kebencian, intoleransi, dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Islam mendorong umatnya untuk menghormati keberagaman dan memperlakukan semua orang dengan kasih sayang dan penghargaan.

Keempat, Menentang Penindasan dan Kejahatan. Menghadapi penindasan, kekerasan, dan kejahatan adalah bagian dari implementasi "benci karena Allah". Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk melawan kejahatan, bahkan jika itu datang dari individu yang berkuasa atau berpengaruh.

Kelima, Menolak Keburukan dengan Tindakan Positif. Selain sekadar membenci keburukan, implementasi yang lebih konstruktif dari "benci karena Allah" adalah dengan menghadirkan kebaikan dan kebenaran sebagai alternatif yang lebih baik. Hal ini termasuk menyebarkan cinta, kedermawanan, dan perdamaian di masyarakat.

Penting untuk diingat bahwa "benci karena Allah" tidak boleh dijadikan alasan untuk menyebarkan kebencian, kekerasan, atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Sebaliknya, itu harus menjadi dorongan untuk menolak keburukan dan menegakkan kebenaran, dengan penuh kasih sayang dan keadilan.

Allah SWT berfirman:

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدٗا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ  

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( QS. An-Nur (24) : 21 )

Sobat, pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, agar mereka itu jangan menuruti ajakan setan, mengikuti jejak dan langkahnya, seperti suka dan senang menyebarluaskan aib dan perbuatan keji di antara orang-orang yang beriman.

Barangsiapa yang senang mengikuti langkah-langkah setan, pasti ia akan terjerumus ke lembah kehinaan, berbuat yang keji dan mungkar, karena setan itu memang suka berbuat yang demikian. 

Oleh karena itu jangan sekali-kali mau mencoba-coba mengikuti jejak dan langkahnya. Sekiranya Allah tidak memberikan karunia dan rahmat kepada hamba-Nya dan yang selalu membukakan kesempatan sebesar-besarnya untuk bertobat dari maksiat yang telah diperbuat mereka, tentunya mereka tidak akan bersih dari dosa-dosa mereka yang mengakibatkan kekecewaan dan kesengsaraan, bahkan akan disegerakan azab yang menyiksa mereka itu di dunia ini, sebagaimana firman Allah:

Dan Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya Dia tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan (An- Nahl : 61)

Allah Yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, bagaimana pun juga, Dia tetap akan membersihkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari hamba-Nya, dengan menerima tobat mereka seperti halnya Hassan, Mistah bin Utsatsah dan lainnya. Mereka itu telah dibersihkan dari penyakit nifak, sekalipun mereka itu telah berperang secara aktif di dalam penyebaran berita bohong yang dikenal dengan "haditsul-ifki", Allah Maha Mendengar segala apa yang diucapkan yang sifatnya menuduh dan ketentuan kebersihan yang dituduh, Maha Mengetahui apa yang terkandung dan tersembunyi di dalam hati mereka yang senang menyebarkan berita-berita keji yang memalukan orang lain.

Sobat, Abu Laits As-Samarqandi dalam Kitabnya Tanbihul Ghafilin pernah berkata Ketahuilah bahwasanya ada empat musuhmu, yang masing-masing perlu kamu lawan : 

Pertama, dunia. Kedua, nafsumu sendiri yang merupakan musuhmu yang paling jahat. Ketiga, syetan dari bangsa jin. Keempat, syetan dari bangsa manusia.

Pernyataan Abu Laits As-Samarqandi dalam Kitabnya "Tanbihul Ghafilin" memberikan pemahaman yang mendalam tentang musuh-musuh yang perlu dilawan oleh manusia dalam perjalanan spiritualnya. Berikut adalah penjelasan singkat tentang empat musuh yang disebutkan:

Pertama, dunia. Dunia sering kali menjadi sumber godaan dan gangguan dalam perjalanan spiritual seseorang. Keinginan akan kekayaan, kedudukan, dan kenikmatan duniawi dapat mengalihkan perhatian manusia dari pencarian hakikat dan kebenaran.

Kedua, Nafsu. Nafsu manusia, jika tidak dikendalikan, dapat menjadi musuh yang paling berbahaya. Nafsu sering kali mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dosa dan melalaikan kewajiban agama. Memerangi nafsu dan mengendalikannya merupakan tantangan besar dalam perjalanan spiritual.

Ketiga, syaitan dari bangsa jin. Dalam keyakinan Islam, syaitan adalah makhluk gaib yang berusaha menggoda manusia agar melakukan perbuatan dosa dan meninggalkan jalan yang benar. Syaitan dari bangsa jin merupakan salah satu musuh spiritual yang berupaya menghalangi manusia dari mencapai keselamatan dan kebahagiaan abadi.

Keempat, syaitan dari bangsa manusia. Selain godaan dari syaitan dari bangsa jin, manusia juga dapat menjadi musuh dalam perjalanan spiritual. Ini bisa berupa pengaruh negatif dari individu yang mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan dosa atau meninggalkan agama.

Melawan empat musuh ini memerlukan kesadaran spiritual, pengetahuan agama, dan ketekunan dalam menjalankan ajaran Allah. Dengan memahami musuh-musuh ini dan memperkuat pertahanan spiritualnya, seseorang dapat mencapai kedamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Oleh: DR. Nasrul Syarif M.Si.
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN )
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar