Topswara.com -- Baru-baru ini, viral di media sosial kabar mengenai digantinya seragam sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dikutip dari tribun-medan.com (17/04/2024)
Wah, sudah kaya lebaran saja baju baru alias seragam baru. Yakinkah dengan gantinya seragam menjadikan generasi penerus bangsa akan menjadi yang lebih baik daripada sebelumnya?
Orang bilang hari raya atau lebaran Idul Fitri beberapa lalu yang telah kita lalui adalah momentum untuk seluruh umat agama Islam menjadi umat yang lebih baik daripada sebelumnya, jika bisa beli baju baru Alhamdulillah. Tetapi, baju baru bukan sesuatu kewajiban disetiap lebaran.
Namun, yang diharuskan itu menjadi insan yang lebih taat kepada Allah SWT. Tetapi, sangat disayangkan banyak diantara umat Muslim berlomba-lomba untuk menampilkan baju terbaiknya bukan bagaimana kebaikan pada dirinya.
Melihat berita yang lagi viral soal pergantian seragam sekolah, apakah mungkin bisa menjadikan generasi kedepannya menjadi lebih baik? Atau hanya menampilkan seragam baru dan tidak mampu menampakkan kebaikan yang semestinya.
Jika demikian, sama halnya dengan setiap lebaran? Baju baru belum tentu keimanan semakin menggebu. Seragam baru, belum tentu menjadi generasi penerus peradaban yang gemilang.
Memang seragam sekolah itu penting, bahkan bisa untuk mendorong makin giatnya sekolah karena seragam baru, model baru, motif baru, dan sebagainya. Tetapi, masih ada yang lebih penting daripada itu. Sebab, seragam ibaratnya hanya sebuah pembungkus dari pada luaran saja.
Sebelumnya saya salut yang dilakukan oleh bapak Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang menetapkan sebuah seragam baru. Ini sebuah apresiasi yang harus diacungi jempol. Namun, yang harus ditekankan sebenarnya bukan soalan seragam melainkan sebuah aturan daripada sebuah pendidikan saat ini.
Dikutip dari Tintasiyasi.com seorang pendidik dan penulis buku remaja bapak Reska Widia Putra S. Pdi mengatakan bahwa sekolah saat ini belum bisa mencetak generasi beradab. "Siswa, anak, adik kita ini lebih kepada transfer of knowledge menerima ilmu pengetahuan. Tetapi bagaimana bentuk karakter, sifat dan value yang kuat itu seperti belum bisa dicapai pada pendidikan sekarang," ujarnya dalam rubrik Akhbar Forum #58: Miris, Ratusan Siswi Di Ponorogo Hamil Duluan, Selasa (17/01/2023) di YouTube Kaffah Channel.
Melihat apa yang disampaikan seorang guru pendidik serta fakta yang terjadi dilapangan adalah kurangnya adab murid terhadap gurunya, bahkan gurunya juga tidak bisa dijadikan acuan untuk digugu dan ditiru karena rusaknya sistem saat ini.
Nah, andai sebuah perencanaan ganti seragam bisa mewujudkan permasalahan di atas tentu saja saya pribadi sangat mendukungnya. Namun, saya rasa ganti seragam bukanlah solusi yang pasti, sebab hanya bisa dikatakan sebagai bungkus luar tidak sampai merubah isi daripada karakter maupun adab generasi.
Lalu apakah solusi yang pasti untuk mencetak generasi penerus peradaban yang gemilang? Sedikit cerita, dulu ketika usia 21 tahun seorang remaja yang bahkan bisa menaklukkan sebuah kota yaitu kota konstantinopel. Kalau sekarang pemuda dengan usia 21 tahun bisa apa? Kebanyakan yang saya lihat sibuk dengan dirinya sendiri, berpacaran, dan sebagainya. Intinya tidak sama seperti generasi terdahulu.
Lagi-lagi ini yang salah bukan zamannya atau seragamnya, tetapi sistem yang digunakan pada masa dulu dan sekarang itu berbeda. Sistem terdahulu itu mengedepankan akhlak, adab, karakter dan sekarang apa yang terjadi? Jauh daripada itu.
Sebab, sistem saat ini menggunakan sistem sekularisme yang mana memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, banyak daripada manusia yang di dalamnya menjadi rusak. Karena apa? Sistem sekularisme itu buatan manusia, sedangkan manusia itu yang menciptakan sang pencipta yaitu Allah SWT.
Ibaratnya seperti ini, sebuah android diciptakan manusia disertai manual instruction. Namun seseorang memakainya tanpa panduan dari manual instruction tersebut. Otomatis android tersebut rusak karena tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang pencipta android.
Sama halnya dengan manusia, manusia diciptakan oleh Allah SWT tetapi tidak menggunakan aturanya melainkan menggunakan aturan buatanya sendiri otomatis manusia tersebut akan rusak dan merusak. Allah yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan seharusnya aturan yang diperintahkan harus ditaati serta menjauhi apa yang dilarangnya bukan malah sebaliknya.
Solusinya apa agar generasi penerus bangsa menjadi tangguh seperti dahulu? IYa, harus kembali kepada aturan yang Allah perintahkan dengan menjalankan syariatnya dan menjauhi larangan-nya. Untuk solusi persoalan-persoalan ini tidak bisa dilakukan oleh setiap individu, melainkan sebuah negaralah yang harus ikut andil.
Agar generasi penerus bangsa menjadi seperti generasi pada masa Muhammad Al Fatih seorang pemuda penakluk konstantinopel dengan mengganti sistem sekularisme tersebut dengan sistem sebaik-baiknya sistem yaitu sistem khilafah Islamiah yang mana sistem ini adalah perintah Allah.
Jadi, balik lagi manusia yang menciptakan Allah maka manusia harus menggunakan manual instruction dari Allah dengan menjalankan syariatnya dan menjauhi larangan-nya.
Indah Setyorini
Aktivis Muslimah
0 Komentar