Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Waspada Riba Menggerogoti di Bulan Ramadhan

Topswara.com -- Pembiayaan kendaraan menjelang Ramadhan diproyeksikan mengalami pertumbuhan. Sebagaimana penuturan Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno yang termuat di Kompas.com, Rabu (6/3/2024). 

Bahayanya, riba akan semakin menggerogoti kehidupan masyarakat sejalan dengan bertumbuhnya pembiayaan kendaraan saat Ramadhan.
Pertumbuhan pembiayaan kendaraan ditengarai oleh kebiasaan masyarakat yang pulang kampung menjelang Idul Fitri. 

Meskipun sudah memiliki kendaraan, beberapa masyarakat memiliki keinginan untuk tukar tambah dengan unit yang baru. Promo-promo yang ditawarkan saat Ramadhan menjadi daya tarik masyarakat untuk membeli kendaraan dengan bantuan perusahaan pembiayaan. 

Masalahnya, praktek pembiayaan kendaraan atau yang dikenal dengan leasing, di dalamnya mengandung riba dan transaksi lainnya yang diharamkan. Sehingga ketika dilakukan transaksi dengan lembaga leasing, dipastikan telah terjadi akad riba di dalamnya. 

Dalam kajian Pakar fikih kontemporer, KH M Shiddiq Al Jawi, leasing mengandung unsur riba karena dalam akad leasing terdapat bunga. Uang yang dibayar perbulan oleh seseorang yang berakad dengan lembaga leasing sebenarnya adalah pembayaran utang dengan disertai bunga.

Dalam akad leasing juga terdapat denda jika terjadi keterlambatan membayar angsuran atau penalti jika terjadi pelunasan sebelum jatuh tempo. Denda atau penalti ini hakikatnya adalah riba, karena merupakan tambahan yang telah dipersyaratkan (ziyadah masyruthah) menjadi tambahan atas pokok hutang.

Jelaslah leasing hukumnya haram. Riba yang telah jelas keharamannya dalam Islam, menjadi unsur utama dalam menghidupkan praktek leasing. 

Semestinya, masyarakat utamanya umat Islam tidak terlibat dalam praktik leasing dan menjauhkan diri dari riba. Sebab tidak ada yang dijanjikan oleh riba kecuali kesengsaraan dan murka Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sayangnya, banyak dari kalangan umat Islam yang terjerat dalam leasing. Seakan tidak peduli keharamannya. Seakan tidak takut dengan ancaman Allah terkait riba. Kesusahan karena tidak memiliki kendaraan seakan lebih ditakuti daripada ancaman siksa bagi yang terlibat dalam riba.

Tampaknya kehidupan umat Islam hari ini sudah sangat materialistis. Segala sesuatunya diukur dengan materi. Kebahagiaan diukur dengan materi. Jika memiliki materi yang banyak, maka dianggap bahagia. Sementara yang memiliki sedikit materi diklaim sebagai orang yang menderita jauh dari kebahagiaan. 

Materi yang dimaksud berupa harta semisal uang, rumah, kendaraan. materi juga bisa berupa jabatan, pangkat dan kedudukan.

Kecintaan kepada materi semakin menjadi-jadi seiring dengan melemahnya keterikatan umat Islam terhadap syariat Islam. Sekulerisme yang telah menguasai pemikiran umat Islam semakin memelihara kehidupan yang materialistis. 

Umat Islam dibuat nyaman dengan ritual agamanya, namun dimotivasi untuk mengejar dunia dengan syarat harus melepaskan ikatannya terhadap ajaran agama bahkan identitas agamanya pun harus ditanggalkan terlebih dahulu.

Tidak heran, praktek riba tidak hilang di bulan Ramadhan bahkan mengalami peningkatan. Umat Islam benar meningkat dalam hal spiritual, namun sebatas ibadah ritual. Puasa, ibadah shalat, sedekah, zikir, tilawah Al-Qur'an merupakan ibadah ritual yang meningkat kuantitas dan kualitasnya di bulan Ramadhan. 

Namun, di bulan yang mulia ini umat Islam tetap tidak lepas dari kemaksiatan yang berkaitan dengan kehidupan yang bernilai materi. Tuntunan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, benar-benar dituruti. 

Zina dan minuman keras mungkin berkurang dengan dilarangnya beroperasi tempat hiburan malam, namun riba yang dosanya lebih besar dari zina tetap merajalela bahkan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan materi di bulan Ramadhan.

Ramadhan sebagai bulan turunnya Al-Qur'an harusnya disikapi oleh umat Islam dengan menjalankan seluruh perintah dalam Al-Qur'an dan menjauhi seluruh larangan Allah dalam Al-Qur'an. 

Larangan riba sangat jelas dan tegas dalam Al-Qur'an. Dalam surat yang kedua yaitu surat Al-Baqarah, Allah bahkan menyatakan perang terhadap mereka yang tidak mau meninggalkan riba. Allah menghilangkan keberkahan harta riba, para pelakunya diancam akan dimasukkan ke dalam neraka bahkan kekal di dalamnya.

Na'udzu billahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari siksa api neraka. Karena itu, tidak ada pilihan selain harus menjauh dari riba. Berikut tips untuk tidak terjerat dengan riba apalagi di bulan Ramadhan.

Pertama, fokuslah beribadah di bulan Ramadhan. Ibadah dalam arti yang sesungguhnya yakni menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Maka dituntut untuk kita mengkaji syariat Islam untuk mengetahui mana saja perintah Allah dan apa saja yang dilarang-Nya. 

Dengan fokus beribadah, kita pun tidak akan terlalu dipusingkan dengan kekurangan materi atau memperbanyak materi. Lagi pula memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan tidak boleh dilewatkan. Pahala di dalamnya dilipatgandakan, pintu-pintu surga dibuka sehingga peluang untuk kita masuk surga sangatlah besar. Jangan dirusak dengan riba. Belum tentu kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan yang akan datang.

Kedua, seriuslah mengejar predikat takwa. Sebab takwa hanya bisa diraih dengan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tidak akan bisa menjadi takwa seseorang yang tetap menjalankan riba. Karena dengan tetap menjalankan riba, berarti telah melanggar larangan Allah. Alih-alih meraih predikat taqwa, justru di cap sebagai Musuh Allah.
Ketiga, menerapkan Islam secara kaffah. 

Syariat Islam memang tidak bisa diterapkan setengah-setengah. Islam memang harus diterapkan secara kaffah. Tidak satu pun syariat Islam yang boleh diabaikan. Individu, masyarakat maupun negara wajib menegakkan syariat Islam. 

Dengan begitu, maka umat Islam akan benar-benar terhindar dari riba. 
Ramadhan sudah semakin dekat. Jangan biarkan riba menggerogoti amal kita saat Ramadhan maupun sesudahnya.

Oleh: Muhammad Syafi'i
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar