Topswara.com -- Hai, sekarang saya mau cerita soal utang negara, guys! Jadi, ceritanya utang negara-negara berkembang lagi pada ngegas, termasuk negara kita nih, Indonesia. Utangnya terus meroket setiap tahun. World Bank pernah ngomong, utang bener-bener bikin negara krisis, terutama yang ekonominya lagi goyah. Tetapi, ada yang bilang ke kita-kita, "Santai aja, bro, utang kita masih aman!"
Oke lah, ini ada update terkini dari Kemenkeu! Utang pemerintah kita naik lagi, tembus Rp8.253,09 triliun per Januari 2024. Naik sekitar Rp108,4 triliun dari Desember 2023, yang waktu itu sudah mencapai Rp8.144,69 triliun.
Rincian jelasnya kayak gini nih, utang ini terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN), yaitu 88,19 persen atau Rp7.278,03 triliun. Sisanya, 11,81 persen atau Rp975,06 triliun, itu dari pinjaman. Kalo diurai lagi, SBN punya dua jenis, bro, ada SBN domestik yang mencapai Rp5.873,38 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) Rp4.741,85 triliun dan SBN Syariah Rp1.131,54 triliun.
Sementara SBN Valuta Asing sudah, yang dalam mata uang asing, ada SUN Rp1.058,17 triliun dan SBN Syariah Rp346,49 triliun. Selain itu, utang dari pinjaman juga jadi bagian penting. Pinjaman dalam negeri mencapai Rp36,23 triliun, dan pinjaman luar negeri sebesar Rp938,83 triliun (cnnindonesia.com, 27/02/2024).
Nah, ada juga yang bilang tenang aja lah, toh rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah batas aman (60 persen), cuma 38,75 persen. Tetapi, hati-hati guys, statement seperti ini perlu di sikapi serius. Soalnya, menurut saya PDB itu gak bisa jadi cerminan kemampuan negara bayar utang.
Alasan kalau rasio rendah artinya aman itu bisa bias dan membingungkan. Ada yang bilang juga, membandingkan rasio utang kita dengan negara maju. Meskipun utang kita lebih kecil daripada negara maju kayak Amerika Serikat dan Jepang, tetapi enggak berarti aman, loh!
Bro, cek nih penjelasan Ekonom Awalil Rizky di Channel YouTube! katanya, rasio utang negara terhadap pendapatan sampai 310,93 persen pada tahun 2023, terus 317,63 persen di tahun 2024. Sudah melebihi saran International Monetary Fund (IMF) sama International Debt Relief (IDR) yang bilang aman kalo berada di kisaran 90-150 persen atau 92-167 persen.
Di sisi lain, sepertinya negara kita sudah jatuh ke dalam jebakan utang, guys! Bayar utang bukan buat modal produktif, tetapi buat bayar utang lagi. Tragisnya, duitnya enggak buat bayar pokok utang, tetapi buat bayar bunganya.
Utang di sistem ekonomi kapitalisme ini suka enggak suka juga bikin bunga utang. Utangnya saja sudah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), apalagi ditambah dengan bunga utangnya. Dimana pendapatan terbesar untuk membiayai APBN sumbernya dari pajak rakyat.
Bisa jadi rakyat sendiri yang bayar pajak, tetapi enggak ngerasain manfaat utangnya secara langsung. Malah hidupnya makin susah karena terkadang ada kebijakan pemotongan subsidi seperti untuk bahan bakar, kesehatan, pupuk, dan lain-lain. Sedangkan, utangnya terus meroket, baik pokok maupun bunganya, dan harus dibayar dari uang pajak rakyat.
Yuk kita simak lagi penjelasan Ekonom Awalil Rizky di Channel YouTube! Bunga yang harus Pemerintah bayar juga nggak main-main loh. Bayar bunga utang tahun 2023 aja sudah Rp 437,4 triliun, tahun 2024 malah Rp 497,32 triliun. Bener-bener makan APBN, uang segitu gede buat bayar bunga utang doang! Terus, rasio bayar bunga utang sampe 16,59 persen tahun 2023, dan 17,75 persen tahun 2024. Jauh banget dari saran IMF dan IDR yang aman 7-10 persen atau 4,6-6,8 persen. Gimana, bro!
Utang berbunga (riba), enggak peduli alasannya, itu haram loh. Umat Islam harus bangun bro, lepas dari utang riba. Kita harus sadar, ini enggak bakal kelar kalau Indonesia masih percaya sama ekonomi kapitalisme yang membolehkan riba. Padahal Allah sudah bilang: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan tinggalkan sisa-sisa riba jika kalian adalah kaum Mukmin “, (TQS al-Baqarah [2]: 278).
Sistem ekonomi kapitalisme juga membuat riba merata ke seluruh negeri, loh. Bahkan yang enggak terlibat langsung sama riba bisa kena dampaknya, kayak yang pernah dibilang Rasulullah SAW, " Akan datang suatu zaman kepada manusia. Saat itu mereka memakan riba. Kalaupun ada orang tidak memakan riba secara langsung, dia akan terkena debunya “ (HR an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan al-Hakim). Emang kerasa banget dampaknya.
Rusaknya ekonomi negeri ini dan jeratan utang riba yang mencekik tidak akan selesai hanya dengan pergantian kepemimpinan. Harus ada perubahan, bro, ke arah penerapan syariah Islam dalam segala aspek kehidupan. Enggak bisa lagi main di sistem ekonomi kapitalisme seperti sekarang. Apapun pemimpinnya, kalau enggak menerapkan syariah Islam, pasti bakal tetep terjerat sama utang riba yang haram dan pasti bikin susah hidup.
Harusnya negara mempunyai ekonomi yang mandiri, guys! Tetapi kemandirian ekonomi itu baru bisa muncul kalau kita ngikutin syariah yang diperintahkan sama Allah SWT, gitu loh. Coba cek sejarah, bro! Negara yang dibangun sama Rasulullah SAW, ekonominya jadi kuat dan politiknya juga mantap.
Jadi negara yang bisa merdeka dan bener-bener bikin rakyatnya sejahtera. Kesejahteraan dalam Islam itu dihitung per orang, guys! Nah, kesejahteraan itu beneran terjadi lewat sistem keuangan negara Islam yang mengatur harta yang didapat dan dialokasikan (distribusi) ke yang berhak.
Ada tiga sumber pendapatan yang masuk ke Baitul Mal: Pertama, ada fa'i kharaj dan jizyah, guys. Kedua, dari hasil pengaturan aset umum kayak barang tambang dan hutan. Ketiga, ada sumber pemasukan lain, kayak zakat harta, zakat ternak, zakat pertanian, sampai bisnis emas dan perak. Ini tiga sumber pendapatan yang bakal mengalirkan harta ke Baitul Mal, sehingga bida fokus di sektor yang produktif dan nggak terjerat utang riba. Plus, rakyat enggak dibebanin pajak di mana-mana. Keren, kan?
Sistem ekonomi Islam juga membagi harta kekayaan jadi tiga, guys: kemilikan individu, kemilikan umum, dan kemilikan negara. Semua ini membantu banget kontribusinya ke Baitul Mal, yang paling gede itu dari harta kemilikan umum, yaitu sumber daya alam yang diurus sama negara dan harta kemilikan negara yang dikelola sama negara.
Kalau sistem Islam dijalankan, APBN bisa surplus, bro! Karena pendapatan yang diterima dari berbagai sumber pendapatan lebih besar dari pengeluarannya, jadi nggak perlu tarik pajak masyarakat atau berutang untuk menutup biaya operasionalnya. Ini beneran bukti keadilan dan kekuatan sistem keuangan negara Islam, guys!
Semangat banget nih, guys! Yuk, sama-sama belajar dan pikirin masa depan ekonomi kita dengan bijak!
Oleh: Achmad Luthfi
Pemerhati Remaja
0 Komentar