Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Utang Negara Menggunung, kok Masih Disebut Aman?

Topswara.com -- Melalui kabar berita menginformasikan kalau total utang negara saat ini sudah mencapai triliunan, namun rasio utang negara ini masih dikatakan aman benarkah seperti itu kenyataannya?

Hingga 31 Januari 2024, total utang pemerintah telah mencapai Rp 8.253,09 triliun. Dengan pendapatan yang hanya Rp 2.800 triliun, Indonesia punya beban pengeluaran Rp 4.000 triliun. Wakil presiden ke-10 dan ke12 JK mengungkapkan kondisi keuangan Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. ujarnya dikutip, Jumat detikFinance (8/3/24 detiksumut.com)

Jeratan utang luar negeri yang makin mengurita sebenarnya adalah akal muslihat asing, sehingga negara terjebak dalam utang yang besar yang akhirnya tanpa sadar semakin menggunung, dan negara tidak memiliki kedaulatan secara penuh karena berada di tangan asing. 

Secara tidak langsung, asing telah mengambil hak kedaulatan karena utang besar yang menjerat negeri ini, jadi apa masih bisa dikatakan aman dengan rasio utang negara saat ini.

Utang riba sesungguhnya merupakan jebakan untuk menjajah negeri ini sehingga sering sekali kenaikan uang pajak belum lagi uang pinjaman yang diberikan sangat memberatkan dana APBN, selain itu juga banyaknya kebijakan pemerintah yang dikendalikan asing serta seringnya dana subsidi yang diberikan untuk rakyat dipotong atau dipangkas abis oleh negara. Belum lagi atas nama investasi oleh investor asing yang katanya guna menakain perekonomian justru telah mengeruk abis SDA yang ada didalam negeri.

Sungguh miris sekali bila kita mendengar utang negara yang mengunung tetapi masih di katakan aman, sumber daya alam yang melimpah ruah tetapi dikuasai asing, yang seharusnya bisa untuk mencukupi kebutuhan rakyat. Ini semua disebabkan karena salah pengelolaan dalam SDA sehingga menjadi sia-sia dan rakyat lagi yang menderita selain itu rakyat hanya dijadikan alat saja untuk mendapatkan keuntungan bagi pemerintah dan para investor asing.

Inilah akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme rakyat makin menderita, dengan segala kebijakan pemerintah dan mahalnya biaya hidup ditambah lagi rakyat juga harus membayar pajak yang mahal setiap bulannya hanya untuk melunasi hutang negara. 

Sedangkan penghasilan sudah lama tidak pernah naik dan rakyat masih harus berkerja sendiri untuk keluar dari permasalahan hidup, SDA yang melimpah ruah tidak ada gunanya karena tidak bisa di nikmati oleh rakyat.

Utang yang besar bagaikan gurita melilit negeri ini bisa kapan saja menerkamnya, selama pihak penjajah masih belum bosan mengeruk kekayaan alam negeri ini selama itu juga dana pinjaman terus mengalir. 

Lalu apakah penderitaan ini terus berlanjut hingga pemerintah sadar apabila kekayaan alam ini telah habis dirampas jangan sampai pemerintah telat menyadari negeri ini dihancurkan seperti negara Srilanka dan Zimbabwe yang tidak bisa bayar hutang kehidupan negara merekapun hancur dan tidak ada lagi kesejahteraan disana.

Sistem demokrasi kapitalisme sekularisme yang makin menampakkan borok dan wajah rusaknya yang benar-benar nyata telah menimbulkan kesempitan dan penderitaan hidup bagi rakyat. 

Kedaulatan negara yang sudah tergadaikan sehingga rakyat makin terbebani dengan segala kebutuhan hidup yang mahal, serta kewajiban bayar pajak yang makin tinggi, serta cengkraman asing makin menjadi-jadi.

Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (Qs. Ali Imran [3]: 130)

Berbeda jauh sekali dengan sistem ekonomi Islam yang adil dan merata tidak menjadikan utang ribawi sebagai sumber pemasukan ekonomi, dan negara melarang keras melakukan ribawi karena jeratan hutang hanya akan menghilangkan martabat dan kedaulatan suatu negara. 

Serta pengelolaan sumberdaya alam yang ditangani dengan baik untuk kebutuhan dan kepentingan rakyat agar bisa hidup sejahteraan selain itu haram bila dimonopoli karena menjadi hak mutlak milik rakyat sepenuhnya.

Jadi sudah saatnyalah manusia kembali pada hukum Allah dan menjadikan Al-Qur'an sebagai aturan dalam hidup dengan menjalankan syari'at Islam secara kafah dan menjadikan Islam sebagai satu-satu ideologi yang sahih agar bisa keluar dari kesempitan hidup menuju hidup berkah dunia akhirat yang Allah ridhai.

Waallahu a'lam bish-shawab.












Ermawati
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar