Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tipuan Pemilu Demokrasi

Topswara.com -- Sistem demokrasi sekuler yang banyak dipraktikkan di berbagai negara di penjuru dunia ini ternyata belum bisa menyelesaikan masalah-masalah mendasar masyarakat seperti kesejahteraan, pengurangan kemiskinan dan korupsi pun masih marak terjadi.Begitu pula di negeri ini pasca reformasi, banyak berbagai persoalan masih belum bisa terselesaikan. 

Banyak pihak berharap, dari sistem politik yang demokratis akan melahirkan kesejahteraan dan kebaikan. Yang terjadi malah sebaliknya, pasca reformasi justru muncul berbagai UU yang yang berpihak kepada para pemilik modal (kapital). 

Kebijakan ekonomi negara pun makin tidak berpihak kepada rakyat kecil, seperti dari pengurangan subsidi, privatisasi BUMN, hingga kenaikan BBM mengikuti harga pasar serta banyaknya pajak yang dipungut oleh penguasa kepada rakyat kecil. 

Padahal pengertian dari demokrasi yang berasal dari kata demos dan kratos. Demos berarti rakyat, Kratos berarti kedaulatan. Karena itu demokrasi berarti kedaulatan rakyat. Demokrasi tanpa demos berarti demokrasi tanpa rakyat, sama dengan rakyat yang tidak mempunyai kedaulatan.

Fenomena pemilu kali ini pun menunjukkan adanya pergeseran kekuasaan rakyat, sebagai pemilik sah dalam sistem demokrasi. Rakyat seharusnya menentukan sepenuhnya siapa yang akan menjadi pemimpinnya, juga wakil rakyatnya, secara langsung. 

Faktanya sudah berubah. Malah para juru hitunglah (KPU) yang akan menentukan siapa yang akan memimpin negeri ini. Tak ada yang bisa menjamin semua proses penghitungan berlangsung secara jujur dan adil. 

KPU sepertinya harus mengikuti hasil perhitungan lembaga quick count(QC) yang telah mengumumkan hasilnya beberapa saat setelah pesta demokrasi itu berlangsung. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya angka penghitungan KPU selalu mengikuti pada angka hasil QC.

Suara rakyat tidak lagi ditentukan oleh suara dari mereka sendiri sebagaimana prinsip-prinsip dalam demokrasi. Tetapi siapa yang nantinya terpilih menjadi pemenang kontestasi itu sepenuhnya adalah hak para penghitung suara. Dan KPU-lah yang menentukan hasil siapa sang pemenangnya. 

Di tangan mereka, semua bisa terjadi. Yang menang bisa kalah. Sebaliknya, yang kalah bisa menang. Sistem perhitungan sepenuhnya di bawah kendali KPU. 

Secanggih apapun sistem informasi yang dibuat tetapi faktanya semua itu sangat ditentukan oleh kemauan si perancangnya. Sistem informasi hanyalah alat untuk mengelabui rakyat.

Berbeda dengan sistem demokrasi yang dimana manusia (rakyat) yang mempunyai kedaulatan, dalam sistem Islam (khilafah) kedaulatan hanya ada ditangan syariah (as-siyaadah li syar’i) akan menjadi pondasi dasar yang akan membuat pemimpin tidak dipilih dari banyaknya modal yang digelontorkan untuk meraih kekuasaan dan dibantu oleh para kapitalis (pemodal) yang bisa membuat dia berkuasa semau dia atau sesuai yang mengendalikan dia (para pemodal).

Seorang pemimpin dalam Islam diangkat dengan cara dibaiat untuk menjalankan Al-Qur'an dan as-sunnah. Dengan begitu semua sikap politiknya, atas dorongan keimanan dan ketakwaan dan dibatasi oleh syariah Islam. Dan ini akan menutup celah kendali kekuasaan dari para kapitalis yang rakus.

Sedangkan untuk kekuasaan sepenuhnya berada di tangan umat (as-sulthaan li al-ummah). Artinya, umat yang memiliki pemahaman akan Islam dan kesadaran politiknya yang tinggi akan menjadi penentu baik dan buruknya siapa yang akan memimpin dan akan menjadi pengawas dalam jalannya kekuasaan melalui mekanisme koreksi dan kontrol kepada penguasa (muhaasabah dan amar makruf nahi mungkar). 

Semua kesadaran ini dibentuk dalam bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh umat, juga didasari oleh rasa keimanan dan ketakwaan melalui kekuatan individu, partai politik Islam dan kelembagaan yang ada: Mahkamah Mazhalim dan Majelis Umat. Bukan dikarenakan ingin mendapatkan jatah jabatan tertentu tetapi atas seruan perintah syariat.

Dengan demikian bila melihat realitas demokrasi, maka kemana umat Islam di negeri ini harus berpaling dan mengganti sistem bobrok yang bernama demokrasi itu? Sudah saatnya kita harus hijrah, hijrah dari sistem kufur yang menyengsarakan umat manusia menuju sistem Islam yang kaffah yang dapat membawa keberkahan dari pintu langit dan bumi.

Seperti yang telah Allah SWT janjikan pada Q.S Al-A’raf : 96 yang artinya “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan”. Dan semua itu bisa diwujudkan hanya dalam naungan sistem khilafah Islamiah. 

Wallahu A'lam Bishawab.


Oleh: Amang Soehe 
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar