Topswara.com -- Sobat. Kita mesti smart atau cerdas dalam mengelola keuangan keluarga yang sesuai yang Allah ajarkan. Jangan sampai kita mengeluarkan uang secara berlebihan untuk menghancurkan. Tapi kita tahan uang untuk membangun ( perbuatan baik, seperti bersedekah, wakaf dan zakat ).
Itulah pos-pos yang akan membagun rezeki. Dengan sedekah, Allah akan melipatgandakan 10 x lipat. Dengan wakaf lebih dahsyat lagi pahalanya dan zakat akan menyucikan dan mengembangkan harta anda.
Allah SWT berfirman :
ÙˆَØ¡َاتِ Ø°َا ٱلۡÙ‚ُرۡبَÙ‰ٰ ØَÙ‚َّÙ‡ُÛ¥ ÙˆَٱلۡÙ…ِسۡÙƒِينَ ÙˆَٱبۡÙ†َ ٱلسَّبِيلِ ÙˆَÙ„َا تُبَØ°ِّرۡ تَبۡØ°ِيرًا
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” ( QS.Al-Isra’ (17) : 26 )
Sobat. Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu ialah: mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan penderitaan yang mereka alami.
Sekiranya ada di antara keluarga dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk keperluan hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan ditolong agar bisa mencapai tujuannya.
Di akhir ayat, Allah swt melarang kaum Muslimin bersikap boros yaitu membelanjakan harta tanpa perhitungan yang cermat sehingga menjadi mubazir. Larangan ini bertujuan agar kaum Muslimin mengatur pengeluar-annya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka. Kaum Muslimin juga tidak boleh menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Keterangan lebih lanjut tentang bagaimana seharusnya kaum Muslimin membelanjakan hartanya disebutkan dalam firman Allah swt:
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. (al-Furqan/25: 67)
Adapun keterangan yang menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat tentang larangan boros yang berarti mubazir dapat diperhatikan dalam hadis-hadis Nabi sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, "Rasulullah saw bertemu Saad pada waktu berwudu, lalu Rasulullah bersabda, "Alangkah borosnya wudumu itu hai Saad!" Saad berkata, "Apakah di dalam berwudu ada pemborosan?" Rasulullah saw bersabda, "Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir." (Riwayat Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, "Datanglah seorang laki-laki dari Bani Tamim kepada Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai Rasulullah! Saya adalah seorang yang berharta, banyak keluarga, anak, dan tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat. "Maka Rasulullah saw bersabda, "Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu penyucian yang menyucikan kamu, peliharalah silaturrahim dengan kaum kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui tentang hak orang yang meminta pertolongan, tetangga, dan orang miskin. Kemudian lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku?"
Rasulullah saw membacakan ayat: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Lalu lelaki itu berkata, "Cukuplah bagiku wahai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan Rasul-Nya," lalu Rasulullah saw bersabda, "Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain akan berdosa." (Riwayat Ahmad)
Sobat. Mengelola keuangan keluarga dengan hemat dan praktis sangatlah penting untuk memastikan stabilitas finansial dan keberlanjutan keuangan jangka panjang. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda dalam mengelola keuangan keluarga dengan hemat dan praktis:
1. Buat Anggaran Bulanan: Buatlah anggaran bulanan yang mencakup semua pemasukan dan pengeluaran keluarga. Tentukan alokasi anggaran untuk kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, transportasi, pendidikan, dan lain-lain. Pastikan untuk memprioritaskan kebutuhan sebelum keinginan.
2. Lakukan Perencanaan Keuangan Jangka Panjang: Selain anggaran bulanan, penting juga untuk membuat perencanaan keuangan jangka panjang. Tentukan tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk keluarga Anda, seperti tabungan pendidikan anak, dana darurat, dan persiapan pensiun.
3. Gunakan Metode Pembayaran yang Efisien: Manfaatkan metode pembayaran yang efisien dan hemat, seperti pembayaran secara otomatis untuk tagihan rutin dan memanfaatkan diskon atau cashback saat berbelanja dengan kartu kredit atau kartu debit.
4. Beli Barang dengan Bijak: Bandingkan harga dan pertimbangkan kualitas sebelum membeli barang atau jasa. Manfaatkan diskon, promosi, dan belanja dalam jumlah besar untuk memperoleh harga yang lebih murah.
5. Batasi Pengeluaran Hiburan: Tetapkan batas pengeluaran untuk hiburan dan gaya hidup. Prioritaskan kegiatan yang menyenangkan namun hemat, seperti piknik keluarga, bersepeda, atau menonton film di rumah.
6. Rencanakan Makanan dengan Bijak: Rencanakan menu makanan mingguan dan belanja bahan makanan secara cerdas dengan memanfaatkan diskon dan promosi. Hindari makan di luar sebanyak mungkin dan manfaatkan sisa makanan untuk diolah kembali.
7. Simpan Sebagian Penghasilan: Alokasikan sebagian dari penghasilan bulanan untuk disimpan dalam tabungan darurat atau investasi jangka panjang. Hal ini penting untuk menghadapi situasi darurat atau membangun kekayaan jangka panjang.
8. Komunikasi Terbuka: Lakukan komunikasi terbuka dengan anggota keluarga mengenai keuangan. Diskusikan tujuan keuangan bersama dan libatkan seluruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan keuangan.
9. Hindari Utang yang Tidak Perlu: Hindari utang yang tidak perlu dan tetapkan batas penggunaan kartu kredit. Prioritaskan membayar utang yang ada dan hindari meminjam lebih dari kemampuan Anda.
10. Evaluasi dan Sesuaikan: Lakukan evaluasi secara berkala terhadap anggaran dan perencanaan keuangan keluarga. Sesuaikan strategi keuangan sesuai dengan perubahan kondisi dan kebutuhan keluarga.
Dengan menerapkan tips-tips di atas secara konsisten, Anda dapat mengelola keuangan keluarga dengan hemat dan praktis, serta mencapai stabilitas finansial yang diinginkan.
Harus Bisa Membedakan Mana Kebutuhan dan Mana Keinginan
Membedakan antara kebutuhan dan keinginan merupakan langkah penting dalam mengelola keuangan keluarga dengan bijaksana.
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda membedakan antara keduanya:
1. Kebutuhan Primer: Kebutuhan primer adalah kebutuhan dasar yang diperlukan untuk kelangsungan hidup, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Identifikasi kebutuhan primer ini sebagai prioritas utama dalam anggaran keluarga Anda.
2. Kebutuhan Sekunder: Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang tidak langsung berkaitan dengan kelangsungan hidup, tetapi tetap penting untuk kenyamanan dan keamanan, seperti transportasi, pendidikan, dan asuransi. Pastikan untuk memasukkan kebutuhan ini ke dalam anggaran, tetapi dengan memperhatikan prioritas.
3. Keinginan: Keinginan adalah keinginan atau keinginan yang tidak menjadi kebutuhan esensial untuk hidup. Ini bisa berupa barang-barang mewah, liburan, hiburan, atau gaya hidup tertentu. Ketika mempertimbangkan keinginan, pertimbangkan apakah memenuhi keinginan tersebut akan mempengaruhi kemampuan Anda untuk memenuhi kebutuhan dasar atau kebutuhan yang lebih penting.
4. Evaluasi Urgensi dan Pentingnya: Ketika mempertimbangkan apakah sesuatu adalah kebutuhan atau keinginan, pertimbangkan urgensi dan pentingnya. Kebutuhan harus memenuhi kebutuhan dasar yang mendesak, sementara keinginan bisa ditunda atau dihindari jika tidak mendesak.
5. Berpegang pada Anggaran: Gunakan anggaran keluarga sebagai pedoman untuk memprioritaskan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial Anda. Tetap berpegang pada anggaran yang telah ditetapkan akan membantu Anda mengelola keuangan dengan lebih efisien.
6. Jangan Mengorbankan Kebutuhan untuk Keinginan: Ketika anggaran terbatas, penting untuk tidak mengorbankan kebutuhan dasar untuk memenuhi keinginan. Prioritaskan kebutuhan keluarga Anda dan pertimbangkan alternatif kreatif untuk memenuhi keinginan tanpa mengorbankan stabilitas finansial Anda.
Dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan serta memprioritaskan pengeluaran berdasarkan hal ini, Anda dapat mengelola keuangan keluarga dengan lebih efektif dan memastikan bahwa kebutuhan dasar keluarga terpenuhi secara konsisten. Dan niatkanlah setiap pengeluaran Anda untuk membeli barang-barang yang memang Anda butuhkan, bukan sekedar keinginan. Salam dahsyat dan luar biasa!
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis 30 Buku mengenai Motivasi dan Pengembangan diri. Dosen Filsafat Ilmu Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar