Topswara.com -- Sobat. Mengeluh pada orang lain atas nasib buruk yang menimpa termasuk pertanda tidak terima dengan ketetapan Allah. Kita tidak diperkenankan mengeluh kecuali kepada Allah. Mengeluh kepada-Nya diperbolehkan karena itu merupakan doa.
Rasulullah SAW bersabda:
1. Siapa yang pada pagi harinya mengeluh kesulitan hidup maka dia sama dengan mengeluhkan Tuhannya.
2. Siapa yang pada pagi harinya bersedih karena urusan dunia maka dia pada pagi hari itu telah membenci ketetapan Allah SWT.
3. Siapa yang merendahkan diri pada orang kaya karena kagum pada kekayaannya, sungguh telah hilang dua pertiga dari agamanya (ketaatannya).
Disebutkan dalam riwayat dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan beberapa kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa As ketika menyeberangi laut bersama Bani Israil? Para sahabat menjawab, “Tentu mau wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “ Ucapkanlah:
Allahumma lakalhamdu wa ilaikal musytakaa wa antal musta’aanu wa laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhiimi.
“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu dan hanya kepada-Mu kami mengadu. Engkaulah Dzat yang paling berhak dimintai pertolongan. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi, Mahaagung.”
Allah SWT berfirman:
ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf (7): 55)
Sobat. Ayat ini mengandung etika dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah munajat antara hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah berkenan mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan penuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri.
Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras, menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Doa tidak harus dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata, "Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda: "Sayangilah dirimu jangan bersuara keras, karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari)
Bersuara keras dalam berdoa, bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadah, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadah yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut: (Yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Maryam/19: 3)
Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampau batas." Maksudnya, dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai dilampaui.
Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas, Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' ataupun akal, seperti seseorang meminta agar dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni, tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin mengubah sunatullah yang mustahil terjadinya. Firman Allah:
Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi ketentuan Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu. (Fathir/35: 43)
Berdoa dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara (washilah) orang yang sudah mati adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdoa itu hanya dihadapkan kepada Allah, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Allah berfirman: Katakanlah (Muhammad), "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti." (al-Isra'/17: 56-57)
Hadis Nabi saw: Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, "Telah bersabda Rasulullah saw, "Mintalah kepada Allah washilah untukku. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah washilah itu? Rasulullah menjawab: "Dekat dengan Allah azza Wa Jalla, kemudian Rasulullah membaca ayat; (mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah." (Riwayat at-Tirmidzi dari Ibnu Mardawaih).
Sobat. Sikap kedua, orang yang sedih karena urusan dunia berarti marah kepada Allah SWT. Dia tidak ridha atas ketetapan-Nya dan tidak sabar atas cobaan yang diterima. Dia tidak beriman kepada takdir-Nya karena setiap kejadian di dunia ini sesugguhnya berdasarkan qadha dan qadar Allah SWT.
Sobat. Pemuliaan terhadap orang itu berdasarkan kebaikan akhlak dan keilmuannya, bukan karena harta yang dimilikinya. Orang yang memuliakan harta di atas segala-galanya, berarti dia telah menghinakan ilmu dan akhlak mulia.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah pernah mengatakan dalam nasihatnya, “ Seluruh sikap dan tingkah laku seorang mukmin itu harus mencerminkan tiga hal; yakni menaati perintah Allah, meninggalkan larangan Allah, atau menerima ketetapan Allah. Sesederhana apa pun sikap dan tingkah lakunya, minimal mencerminkan satu dari tiga hal tersebut.
Oleh sebab itu, hati harus selalu dijaga untuk menetapi tiga hal tersebut, menasehati diri sendiri untuk menjalankannya, serta mengarahkan seluruh anggota tubuh dalam segala sikap dan tingkahnya ke dalam tiga hal tersebut.”
Sobat. Umar bin Khaththab ra berkata:
1. Sikap sayang terhadap sesama manusia adalah separuh kecerdasan.
2. Pertanyaan yang baik adalah separuh ilmu.
3. Manajemen yang baik adalah separuh penghidupan.
Adapun Usman bin Affan pernah berkata : “ Siapa yang meninggalkan kesenangan dunia, dia akan dicintai oleh Allah SWT. Siapa yang menghindari dosa-dosa, dia akan dicintai para malaikat. Siapa yang menyingkirkan sifat tamak dari milik umat Islam, dia akan dicintai oleh mereka.”
Sobat. Sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah SWT berikan pada hamba-Nya adalah penciptaan mereka dari tiada menjadi ada dan membebaskan mereka dari kekufuran menuju cahaya Islam.
Ada tiga hal pokok dalam kehidupan : Pertama. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu. Kedua. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu. Ketiga. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar