Topswara.com -- Alhamdulillah, kita kembali diberikan Allah sebuah nikmat yang luar biasa dan istimewa, yakni diberikan kesempatan untuk berjumap pada Bulan Ramadhan tahun 1445 H tahun ini.
Tidak terasa sudah setahun berlalu, sejak penulis menyusun tulisan dalam program SHSA (Satu Hari Satu Artikel) selama bulan Ramadhan. Tahun kemarin terkumpul 30 tulisan dengan tema besar Ramadhan Transformatif dan Alhamdulillah sudah menjadi buku yang diterbitkan dengan judul Menjadi Pribadi Transformatif.
Nah kali ini SHSA akan kembali hadir di depan pada pembaca sekalian dengan mengambil tema besar The Power Of Ramadhan. Ramadhan sebagai sebuah bulan istimewa dan mulia memiliki waktu ibadah paling panjang dibandingkan dengan ritual ibadah lain dalam Islam.
Ibadah puasa Ramadhan berlangsung selama sebulan penuh, sementara ibadah yang lain seperti shalat, zakat, haji tidak selama puasa. Shalat lima waktu mungkin paling lama hanya menghabiskan 60 menit, haji dan umroh paling lama hanya 6 hari efektif.
Kekuatan inti puasa Ramadhan adalah adanya koneksitas atau sinyal ruhiah yang tinggi antara hamba dengan Allah. Sebab hanya ibadah puasa yang ditegaskan sebagai ibadah milik Allah dan Allah jugalah yang akan memberikan pahalanya.
Puasa adalah ibadah yang hanya Allah dan dirinya yang tahu. Kekuatan sinyal antara hamba dengan Allah inilah yang menjadikan puasa memiliki power jiwa yang kuat. Puasa menumbuhkan kekuatan untuk meninggalkan yang mubah seperti makan dan minum, terlebih lagi meninggalkan yang haram.
Kekuatan lahir dari keimanan yang kuat kepada Allah, itulah mengapa hanya untuk orang-orang yang beriman saja, perintah puasa ini ditujukan. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al Baqarah : 183 : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Tulisan pertama di hari pertama Ramadhan, Senin 11 Maret 2024 ini akan membahas The Power Of Ramadhan dari sudut pandang bahwa Ramadhan akan mampu Menggali Kekuatan Spiritual orang yang melaksanakan ibadah ini. Mengapa ?. Sebab hanya orang beriman kepada Allah lah yang mampu menjalankan puasa selama satu bulan penuh ini.
Ramadhan memfasilitasi momen introspeksi dan refleksi mendalam tentang diri, iman, dan hubungan seorang dengan dengan Allah. Jika ibadah lain, seperti shalat dibatasi oleh waktu berdasarkan aturan yang berlaku selama satu hari, yakni pagi hari, siang, sore dan malam yang terdiri dari sholat Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib dan Isya. Sementara ibadah puasa ini justru merupakan ibadah setiap detiknya selama 24 jam.
Adapun selama menahan lapar dan yang membatalkan puasa selama hampir 12 jam tanpa henti. Tidak boleh ada satu detikpun yang membatalkan puasa. Karena setiap detik harus terus terkoneksi dengan Allah agar tetap menjalankan ibadah puasa dan tidak batal inilah yang menjadikan Ramadhan sebagai sumber kekuatan spiritual seorang mukmin yang menjalankannya.
Ramadhan dengan demikian juga mampu menumbuhkan power yang lain yakni kekuatan kesabaran. Seorang mukmin yang sedang menjalankan ibadah puasa bisa menjelajahi bagaimana praktik puasa membantu memperkuat ketahanan jiwa dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian.
Sebab, semua ibadah akan dihadapkan dengan ujian dari Allah, tidak terkecuali ibadah puasa. Hal-hal yang menggoda adalah segala hal yang bisa membatalkan puasa itu sendiri, baik dari apa yang ada dalam dirinya sendiri, maupun dari luar dirinya.
Menghadapi berbagai ujian dan godaan yang bisa membatalkan puasa membutuhkan kesabaran. Sabar adalah tetap dalam ketetapan Allah meski dihadapkan dengan keadaan apapun. Sabar itu ada dalam tiga dimesi, sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam ketidakmaksiatan dan sabar dalam menghadapi ujian dari Allah.
Sabar dalam ketaatan mencakup kesabaran dalam menjalankan kewajiban agama, seperti shalat, puasa, dakwah dan menunaikan zakat. Ini adalah kesabaran untuk tetap istiqamah dalam menjalankan perintah Allah meskipun mungkin ada kesulitan atau godaan.
Sabar dalam menjauhi larangan berarti menjaga diri dari melakukan dosa dan melanggar larangan Allah. Ini melibatkan kesabaran untuk menahan diri dari godaan dan menghindari perbuatan yang tidak diinginkan meskipun terasa menggoda atau sulit.
Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan adalah sabar dalam menghadapi ujian hidup, kesulitan, atau cobaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Ini termasuk kesabaran dalam menghadapi penyakit, kehilangan, atau kesulitan lainnya dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar dan pahala bagi orang yang sabar.
Banyak ayat-ayat yang menganjurkan seorang muslim untuk bersabar : Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS Al-Baqarah : 45). Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah (kesabaran)mu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imran : 200).
Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS Al-Imran : 139).
Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat sangat kalap. Apabila ia ditimpa oleh malapetaka, maka ia berputar-putar (ke sana-sini), dan apabila ia mendapat kebaikan, maka ia kikir (tidak membaginya)." (QS Al-Ma'arij : 19-21)
Dan janganlah kamu menyerah kepada orang yang lemah (dari musuhmu), yang meminta-minta (kepada orang lain), dan berjalan terhuyung-huyung di muka bumi. Dan takutlah kamu kepada Allah yang menyeluruh segala kekuatan." (QS An-Nisa: 77)
Tumbuh dan meningkatnya kekuatan spiritual di bulan Ramadhan juga karena adanya interaksi yang inten dengan Al-Qur'an. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran karena merupakan wahyu dari Allah. Membaca Al-Qur’an adalah membaca kebenaran itu sendiri. Karena itu akan semakin tumbuh keimanan dan ketaqwaan seorang muslim saat berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Nah momentum Ramadhan adalah kesempatan yang tepat untuk lebih inten berkomunikasi dengan Al-Qur’an. Komunikasi dengan Al-Qur’an bisa dilakukan dengan membaca secara tartil, Memahami setiap makna ayatnya, menghafalnya, mempelajari tafsirnya dan seterusnya.
Kekuatan Ramadhan juga bisa memicu peningkatan spiritualitas karena bulan Ramadhan adalah bulan dimana doa-doa diterima oleh Allah SWT. Rentetan bulan Ramadhan adalah waktu-waktu istimewa yang di dalamnya akan diijabah doa-doa seorang hamba kepada Rabbnya. Ada beberapa waktu selama Ramadhan yang terijabah doa-doa yang terlantun.
Pertama, saat berbuka puasa (iftar). Ketika berbuka puasa, saat yang dipercaya sebagai waktu di mana doa-doa dikabulkan, karena pada saat itu seseorang telah menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesabaran dan taat.
Kedua, pada waktu sahur. Saat sahur juga dianggap sebagai waktu yang baik untuk berdoa karena pada saat itu umat Muslim sedang beribadah dengan menyantap sahur sebelum mulai berpuasa lagi.
Ketiga, saat shalat tarawih. Malam-malam di bulan Ramadhan, umat Islam biasanya melaksanakan shalat Tarawih di masjid. Setelah menunaikan shalat ini, umat Islam seringkali dianjurkan untuk berdoa karena dipercaya bahwa saat itu pintu-pintu langit terbuka.
Keempat, saat malam lailatul qadr. Malam ini adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini, doa-doa dikabulkan, dan pahala ibadah dilipatgandakan. Banyak umat Islam berusaha memperbanyak doa di malam-malam terakhir Ramadhan karena salah satunya dipercaya sebagai Lailatul Qadr.
Kelima, setiap saat selama bulan Ramadhan. Secara umum, setiap saat di bulan Ramadhan merupakan waktu yang baik untuk berdoa. Bulan Ramadhan adalah bulan di mana pintu-pintu rahmat Allah terbuka, dan umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, termasuk doa.
Peningkatan kekuatan spiritualitas lainnya yang tumbuh dari hadirnya bulan Ramadhan adalah : pertama, memperkuat kekuatan spiritual dalam mengatasi godaan dan keinginan negatif, yakni kekuatan spiritual untuk mengendalikan diri.
Kedua, kekuatan ikhlas. Bagaimana Ramadhan membantu memperkuat keikhlasan dalam beribadah dan berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan.
(Senin, 11/03/24 - 1 Ramadhan 1445 H)
Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
0 Komentar