Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

The Power of Ramadan (Bagian 6)

Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). 

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).

Mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segara nikmat yang diberikan kepada kita, khususnya nikmat iman dan Islam. Memasuki hari ke 6 Ramadhan 1445 H semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keistiqomahan dalam menjalankan ibadah istimewa ini. 

Banyak peristiwa perjuangan umat Islam yang terjadi pada bulan Ramadhan sepeti perang Badar. Selain karena pertolongan Allah, kemenangan perang Badar adalah karena tetap sabar di jalan Allah serta bersatu padu diantara kaum muslimin.

Ramadhan telah memberikan kekuatan ukhuwah dan persatuan umat Islam saat perang Badar pada zaman Rasulullah, sehingga Allah memberikan pertolongan dan kemenangan umat Islam atas kaum kafir Quraisy. Begitulah juga seharusnya Ramadhan 1445 H ini mampu memberikan kekuatan ukhuwah dan persatuan umat Islam untuk bisa melawan musuh-musuh Allah.

Mengingat Ramadhan tahun 1445 H masih diwarnai oleh duka mendalam segenap kaum muslimin di berbagai wilayah di dunia. Kondisi ini sangat menuntut persatuan umat Islam untuk bisa membebaskan umat Islam di seluruh dunia dari berbagai bentuk kezaliman dan penjajahan.

Di sejumlah negeri, kaum Muslim menyambut Ramadhan dalam ketertindasan. Di Palestina, misalnya, kaum Muslim bukan hanya terancam kelaparan. Mereka pun dihadapkan pada aksi pembantaian dan genosida. Jelas, apa yang mereka alami bertolak belakang dengan keadaan kaum Muslim di negeri-negeri lain yang ceria dan gembira menyambut Ramadhan.

Di Palestina, kaum Muslim berada dalam dua ancaman: genosida dan kelaparan. Seruan pembunuhan terhadap warga Gaza terus digencarkan oleh para pemimpin zionis Yahudi. Seorang tokoh Yahudi, Rabbi Eliyahu Mali, meminta murid-muridnya yang bertugas di Pasukan Pendudukan Israel (IDF) untuk membunuh semua orang di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak.

Isolasi yang dilakukan zionis Yahudi juga telah menyebabkan bencana kelaparan di Gaza. Diperkirakan ada 800 ribu warga terancam mati akibat kelaparan dan tidak punya akses air bersih. Sampai tulisan ini dibuat sudah ada 30 anak-anak meninggal akibat bencana kelaparan. Sebagian warga terpaksa makan rumput dan minum air kotor demi bertahan hidup.

Nasib memilukan juga dialami Muslim Uighur yang hidup dalam tekanan rezim komunis Cina. Tahun lalu Organisasi Kongres Uighur Dunia melaporkan sejumlah umat Muslim di Cina dilarang berpuasa oleh pemerintah setempat. 

Mereka terancam ditangkap jika ketahuan berpuasa. Anak-anak sekolah, para pegawai negeri dan keluarga mereka dilarang berpuasa selama Ramadhan. Pemerintah komunis Cina juga memata-matai warga Muslim Uighur. Tujuannya untuk memastikan mereka tidak berpuasa.

Ketika kita di tanah air merasakan indahnya sahur dan berbuka bersama keluarga, di beberapa negeri lain banyak saudara seiman yang hidup di tenda-tenda pengungsian ala kadarnya. Mereka kehilangan semua anggota keluarganya. Mereka pun tidak memiliki makanan untuk sahur maupun berbuka. Inilah realita Ramadhan di tengah derita umat. Ini terjadi hampir setiap tahun.

Sungguh berdosa kaum Muslim yang tidak memikirkan dan memberikan bantuan kepada sesama Muslim. Sebabnya, Allah SWT telah mewajibkan kita untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Firman-Nya : Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan (TQS al-Anfal [8]: 72).

Nabi Muhammad SAW. juga telah mengingatkan : Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak boleh mengkhianati, mendustai dan menelantarkan saudaranya (HR at-Tirmidzi).

Apakah kaum Muslim tidak menyadari bahwa pahala ibadah shaum bisa rusak akibat sikap egois, ’ashabiyah, tidak peduli dan menahan diri dari menolong mereka yang membutuhkan. Semua itu adalah perkara yang diharamkan agama yang dapat membinasakan pahala puasa. Rasulullah SAW. sudah mengingatkan: Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga (HR an-Nasa’i).

Ada beberapa penyebab penderitaan umat masih terus terjadi. Pertama, umat masih terbelenggu dengan paham nasionalisme yang menyebabkan hilangnya sikap peduli dan kemauan menolong saudara seiman. Kedua, umat Muslim, khususnya para pemimpin mereka, masih memberikan loyalitas dan kepercayaan pada negara-negara Barat dan lembaga-lembaga internasional yang mereka dirikan, seperti PBB ataupun International Court of Justice (ICJ).

Ketiga, para pemimpin dunia Islam telah lama menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan politik Barat. Keempat, umat masih belum sepenuhnya sadar bahwa berbagai penderitaan yang mereka alami hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di bawah kepemimpinan khilafah Islamiah.

Ukhuwah atau persaudaraan antar kaum muslimin kini telah pudar atau hampir pudar. Diperlukan sebuah upaya yang konkret untuk merekatkan kembali semua elemen umat menjadi satu kesatuan visi untuk membangun dan memajukan Islam sebagai agama rahmatan lil'alamin. 

Ukhuwah islamiah dan persatuan umat adalah salah satu cara untuk bisa menolong kaum muslimin yang terjajah. Dalam sejarah, sistem khilafah telah mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu kepemimpinan.

Bagaimana kaum muslimin akan saling membela saudaranya, jika kini antar komponen umat Islam tidak pernah merasa satu tubuh. Seluruh komponen umat Islam tidak akan pernah merasa satu tubuh jika mereka tidak pernah mau bersatu. 

Merekapun tidak akan pernah bisa bersatu jika tidak pernah bersilaturahim. Apa yang kita rasakan melihat kaum muslimin di Palestina dibantai oleh kaum kafir Israel hingga menelan korban ratusan dan melukai ribuan warga.

Rapuhnya kondisi ukhuwah umat Islam kini harus segera diakhiri jika Islam akan kembali jaya untuk memimpin dunia dengan kemuliaan nilai dan ajarannya sebagaimana telah diberikan teladan oleh Rasulullah kepada kita. Karenanya setiap upaya untuk membangkitkan lagi tali silaturohim dan ukhuwah bagi semua komponen umat Islam harus mendapat dukungan dan dorongan oleh semua komponen umat juga.

Secara normatif agar silah ukhuwah ini semakin erat, maka hendaknya semua komponen umat Islam mesti secara kuat memegang tali agama Allah. Al-Qur'an dan al hadist adalah dua pedoman yang bisa dijadikan sebagai kunci persatuan umat Islam. 

Sebab Al Qur'an dengan jelas telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana membangun ukhuwah islamiyah ini. Sebab pada dasarnya nikmat ukhuwah dan persatuan adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

Hal ini sejalan dengan firmanNya : "Dan Dia (Allah) mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) di bumi, niscaya kamu tidak akan mampu mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh Dia mahaperkasa dan maha bijaksana". (QS. An-Anfal : 63).

Pada prinsipnya perpecahan umat Islam yang terjadi saat ini adalah karena umat Islam tidak mematuhi perintah Rasulullah dan sebaliknya, mereka memperturutkan hawa nafsu mereka. 

Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an terkait dengan ketidaktaatan pasukan pemanah untuk tetap bertahan pada tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah dalam perang Uhud walau dalam keadaan bagaimanapun. 

Namun karena mengikuti dorongan hawa nafsu untuk memiliki harta rampasan perang, maka terjadilah malapetaka kekalahan dalam peperangan, sebab pasukan kaum muslim bercerai berai.

Hal ini sesuai dengan firman Allah : "Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantaramu ada orang yang menghendaki akherat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan atas orang-orang yang beriman" (QS. Ali Imran : 152).

"Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorangpun, sedang Rasul yang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (berupa kekalahan), supaya kamu jangan bersedih hati apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Ali Imran : 153).

Untuk itu alangkah indahnya jika Ramadhan tahun 1445 H ini benar-benar menjadi energi bagi persatuan umat Islam di seluruh dunia yang akan melahirkan kekuatan dan kemenangan, tidak ada lagi cerai berai yang menyebabkan kelemahan dan kekalahan. Hilngkan seluruh egoisme asyobiah dan primordialisme, seperti ikatan nasionalisme dan keorganisasian, sebab ikatan inilah yang sesungguhnya telah memecah belah umat Islam di seluruh dunia.

 
(Kota Hujan, Sabtu, 16/03/24 M – 6 Ramadhan 1445 H : 05. 50 WIB)


Oleh : Dr. Ahmad Sastra 
Dosen Filsafat 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar