Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

The Power of Ramadan (Bagian 3)

Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).

Alhamdulillah kembali berjumpa dengan muhasabah diri hari ketiga dari Bulan Istimewa tahun 1445 H. Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar menjadi kebaikan untuk kita. Semoga selama menjalankan puasa, kita benar-benar menghayati tiap detik dari waktu-waktu Ramadhan ini. Semoga The Power Of Ramadhan kali ini menjadi sumber kekuatan untuk mampu bermuhasabah diri.

Muhasabah diri artinya menghitung diri. Dalam muhasabah diri, yang terpenting adalah kesungguhan dan kejujuran dalam menghadapi kenyataan. Selain itu, selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. 

Muhasabah diri dapat membawa manfaat dan membimbing langkah-langkah menuju perbaikan yang lebih baik dalam hidup kita sebagai seorang muslim. Allah berfirman : "Dan janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-Munafiqun [63] : 9).

Dalam konteks psikoanalisis, refleksi diri atau dalam bahasa Islam muhasabah diri merujuk pada proses introspeksi atau pemikiran yang mendalam tentang diri sendiri. Ini adalah konsep yang penting dalam psikoanalisis, terutama dalam konteks terapi psikoanalitik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan dikembangkan lebih lanjut oleh para psikoanalis setelahnya.

Refleksi diri dalam psikoanalisis mendorong individu untuk menggali secara mendalam pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka sendiri. Ini melibatkan pengenalan dan pemahaman terhadap motif, keinginan tersembunyi, dan konflik psikologis yang mungkin mempengaruhi perilaku dan emosi seseorang.

Psikoanalisis menekankan pentingnya menelusuri akar masalah psikologis yang mendasari perilaku dan gejala seseorang. Melalui refleksi diri yang dalam, individu dapat mulai mengidentifikasi pola-pola perilaku yang mungkin berasal dari pengalaman masa lalu atau konflik yang belum terpecahkan.

Refleksi diri membantu individu memahami hubungan kompleks antara pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Ini dapat membantu dalam mengidentifikasi pemikiran atau pola perilaku yang mungkin tidak sehat atau merugikan, serta memahami bagaimana pola tersebut berkembang. 

Melalui refleksi diri yang terus-menerus, individu dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan mereka. Ini dapat membantu dalam pertumbuhan pribadi dan pengembangan diri yang lebih baik.

Refleksi diri dalam psikoanalisis adalah proses yang berkelanjutan. Individu didorong untuk terus-menerus mengeksplorasi dan merenungkan diri mereka sendiri secara mendalam, karena pemahaman tentang diri sendiri dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu dan pengalaman hidup.

Banyak sekali pertanyaan yang mesti kita jawab sebagai seorang muslim dalam rangka muhasabah diri. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penting disaat kita muhasabah diri di bulan Ramadhan ini. 

Bagaimana tingkat ketaatan kita pada ajaran Islam? Seberapa konsisten dalam menjalankan ibadah wajib dan sunnah ?. Apakah telah melaksanakan kewajiban seperti shalat, puasa, zakat, dan haji (jika mampu)?

Sejauh mana kita menerapkan nilai-nilai akhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari?. Bagaimana sikap kita terhadap sesama, termasuk keluarga, tetangga, dan masyarakat?

Apakah telah meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam? Mungkin dengan mendalami Al-Qur'an, hadis, atau studi agama lainnya. Sejauh mana kita berusaha memahami ajaran Islam dengan mendalam?

Bagaimana hubunganmu dengan keluarga? Sejauh mana kamu memenuhi hak-hak mereka?. Apakah sudah berusaha menjalin dan memperkuat hubungan keluarga dengan keharmonisan dan kerjasama?. Bagaimana perkembangan karier kita dan apakah kita telah berusaha menjalani pekerjaan dengan etika Islam?. Sejauh mana kita terlibat dalam pengembangan diri dan kontribusi positif pada masyarakat?

Seberapa besar peran kita dalam amal sosial dan kegiatan kemanusiaan serta dakwah Islam?. Apakah sudah terlibat dalam kegiatan bersedekah dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat?. Sejauh mana kita merasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan menerima qadha dan takdir-Nya dengan ikhlas?. Bagaimana hubungan kita dengan ujian dan cobaan yang mungkin telah dihadapi?

Bagaimana rencana masa depan kita, baik dari segi kehidupan spiritual, keluarga, karier, dan pengembangan diri?. Apakah sudah ada langkah-langkah konkret yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut?. Apakah kita telah melakukan taubat dan berusaha memperbaiki diri dari kesalahan di masa lalu?. Sejauh mana kita bersedia untuk terus meningkatkan diri secara spiritual dan moral?

Bagaimana perkembangan spiritual kita selama beberapa tahun terakhir?. Apakah telah ada usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas ibadah?. Apakah telah ada rencana konkret untuk mengembangkan aspek spiritual dalam hidup kita?. Bagaimana langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai pertumbuhan spiritual yang lebih baik?

Sejauh mana kita memahami arti kematian dan persiapan untuk akhirat?. Apakah kita memperbaiki amal perbuatan dan ketaatanmu dengan kesadaran bahwa hidup ini adalah ujian menuju kehidupan akhirat?.

Muhasabah juga bisa dilalukan oleh bangsa ini, dimana negeri ini mayoritas dihuni oleh umat Islam. Para pemimpin dan seluruh rakyat ada baiknya muhasabah kebangsaan selama bulan suci Ramadhan ini. Sebenarnya negeri ini sedang berjalan kemanakah?. Apakah negeri ini telah berjalan di atas hukum dan aturan Allah?. Mengapa kehidupan masyarakat negeri ini semakin susah?.

Baiknya para pemimpin negeri ini merenungkan firman Allah berikut : Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS Thahaa : 124-126).

Muhasabah juga bisa kita lakukan atas kondisi umat Islam di seluruh penjuru dunia, apakah benar-benar telah menjadi umat terbaik ataukah sebaliknya, menjadi umat yang teraniaya, terjajah, terzalimi, miskin, terpuruk, mundur dan selalu menjadi obyek kebijakan tidak adil dari para penguasa dunia?

Di tengah kegembiraan kaum muslimin menyambut bulan Ramadhan di negeri ini, di saat yang sama saudara muslim lain di negara lain justru dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Mereka terjebak dalam situsi perang, kelaparan, kezaliman dan bahkan pengusiran. 

Padahal umat ini adalah umat terbaik yang dilahirkan di dunia. Hingga tulisan ini dibuat, genosida atas kaum muslimin Palestina oleh zionis israel laknatullah belum juga berhenti. Lebih dari 30.000 umat Islam menjadi korban kebiadaban zionis Yahudi. 

Lantas apa yang bisa dilakukan oleh umat Islam yang berjumlah hamper dua milyar ini, apakah bisa menghentikan kezaliman ini?. Jika tidak bisa, mengapa umat muslim selemah ini?.

Berbagai tragedi dan kezaliman kini tengah dihadapi oleh kaum muslimin di berbagai negara dari Palestina, Suriah, Irak, Myanmar hingga negara-negara Eropa. Tragedi Palestina berupa pembunuhan dan penjajahan atas kaum muslimin tentu bukan semata-mata masalah kemanusiaan, tetapi masalah akidah seorang muslim. Dalam pandangan Islam, Tanah Palestina (Syam) adalah tanah milik kaum Muslim.

Kaum muslimin di seluruh dunia adalah bersaudara, satu kesatuan bagai satu tubuh. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakana sakitnya. Di tanah ini berdiri al-Quds, yang merupakan lambang kebesaran umat ini, dan ia menempati posisi yang sangat mulia. Umat Islam jangan melupakan sejarah, jangan melupakan sejarah.

Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh (QS Al Anbiya : 71-72).

Yang dimaksud dengan negeri di sini ialah negeri Syam termasuk di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu karena kebanyakan Nabi dilahirkan di negeri ini dan tanahnyapun subur. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).

Khalifah terakhir turki ustmani sultan Abdul Hamid II, mengatakan Sesungguhnya aku tidak akan melepaskan bumi Palestina meskipun hanya sejengkal. Tanah Palestina bukanlah milikku, tetapi milik kaum Muslim. Rakyatku telah berjihad untuk menyelamatkan bumi ini dan mengalirkan darah demi tanah ini. Hendaknya kaum Yahudi menyimpan saja jutaan uangnya. Jika suatu hari nanti khilafah terkoyak-koyak, maka saat itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun. Selagi aku masih hidup, maka goresan pisau di tubuhku terasa lebih ringan bagi diriku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi.

Syeikh Ahmad Yasin dengan lantang pernah berucap : Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh dengan Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilihlah oleh Anda: Allah atau binasa. 

Sementara di negeri pertiwi ini, dimana kaum muslimin adalah mayoritas juga tidak sepi dari berbagai cobaan dan ujian hidup. Kehidupan sempit tengah melanda negeri ini. Di negeri ini begitu mahal yang namanya keamanan, kesejahteraan, keadilan apalagi kebahagiaan. 

Kesulitan ekonomi dengan banyaknya pengangguran dan PHK tengah dirasakan oleh kaum muslimin. Ironisnya yang justru merasakan kesejahteraan materi adalah orang-orang asing yang diberikan ruang untuk menguasai sumber daya alam milik rakyat.

Negeri ini juga tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa ini kepada kubangan perilaku amoral. 

Akibatnya marak tindak kriminal, pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan tegas mengharamkan biang dosa ini.

Baik di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya, dapat disaksikan bagaimana kaum muslimin tengah menghadapi ujian berat dalam berbagai bentuknya. Kekompakan kaum muslimin di seluruh dunia dalam melaksanakan perintah puasa Ramadhan adalah refleksi ketundukan kepada Allah. 

Karena itu, hendaknya moment Ramadhan tahun ini semestinya dijadikan sebagai bentuk muhasabah kebangsaan atas apa yang menimpa kaum muslimin.

Muhasabah kebangsaan adalah refleksi ketaqwaan kolektif kaum muslimin di seluruh dunia untuk kembali bersatu membangun kepemimpinan dan peradaban Islam dengan ikatan Al-Qur’an dan al Hadis. 

Umat Islam adalah bangsa yang satu dengan ikatan persaudaraan berdasarkan akidah. Bukankah umat Islam diseluruh dunia memiliki Tuhan yang Satu, Kitab yang satu, Nabi yang satu, dan negara yang satu. Sebab ketakwaan adalah kembalinya manusia dalam ketundukan kepada Allah semata. 

Kepemimpinan peradaban Islam inilah yang akan mampu memerdekakan kaum muslimin dari berbagai bentuk perpecahan, kezaliman dan segala bentuk keterjajahan. Semoga Ramadhan kali ini memberikan inspirasi agung bagi persatuan, kebangkitan dan kemerdekaan seluruh kaum muslimin hingga kembali menjadi umat terbaik dengan segala kemuliaannya. Semoga syariah Islam kembali menghiasi peradaban dunia.

Muhasabah adalah konsep penting dalam Islam yang merujuk pada introspeksi atau evaluasi diri. Dalam pandangan Islam, muhasabah melibatkan penilaian terhadap perilaku, niat, dan amalan seseorang, serta memperbaiki apa yang kurang atau salah dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Muhasabah mengajarkan pentingnya memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap tindakan dan niat kita sehari-hari. Ini melibatkan pengenalan terhadap kebaikan yang telah dilakukan dan kesalahan yang telah dibuat. 

Muhasabah mendorong untuk menilai diri secara objektif, tanpa terlalu keras atau terlalu santai. Ini melibatkan pengakuan jujur terhadap kekurangan dan dosa-dosa yang dilakukan.

Muhasabah sering kali diikuti dengan bertobat kepada Allah SWT. Ini mencakup penyesalan yang tulus atas kesalahan yang telah dilakukan, tekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan memohon ampun kepada Allah SWT. 

Muhasabah tidak hanya tentang mengidentifikasi kesalahan, tetapi juga tentang perbaikan diri. Ini melibatkan usaha aktif untuk memperbaiki perilaku, meningkatkan kualitas iman, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Muhasabah bukanlah sekadar kegiatan sesekali, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan refleksi terus-menerus tentang tindakan dan niat kita, serta kesediaan untuk terus memperbaiki diri.

Semoga Ramadhan tahun 1445 H ini benar-benar menjadi kekuatan untuk bermuhasabah diri sebagai pribadi muslim maupun sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. 

Mengapa diri ini belum bisa memberikan konstribusi maksimal untuk agama ini, mengapa bangsa mayoritas muslim belum menjadi tuan di negerinya sendiri, mengapa umat Islam yang berjumlah 2 milyar ini justru masih dalam kondisi keterbelakangan, terjajah, terzalimi dan bahkan terusir dari negerinya.

(Rabu, Kota Hujan, 13/03/24 H – 3 Ramadhan 1445 H : 06. 30 WIB)


Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar