Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183).
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).
Alhamdulillah, kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power Of Ramadhan hari ke sepuluh bulan suci Ramadhan 1445 H. Sebagai seorang muslim, jangan pernah berhenti bersyukur kepada Allah atas anugerah Ramadhan ini dengan terus memperkuat keterikatan dengan Allah (idra’ silla billah).
Hubungan yang kuat dengan Allah akan mendatangnya kekuatan lahir batin bagi seorang muslim. Kebangkitan umat Islam terdahulu, mula-mula dari keyakinan yang tinggi kepada Allah. Kebangkitan Islam dimulai dari keyakinan akan pertolongan Allah, jika kita sendiri mau dan yakin untuk menolong agama Allah.
Hal ini sejalan dengan firmanNya : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad : 7). Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS Al Hajj : 40)
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat (QS An Nash : 1-3).
Kebangkitan bagi seorang muslim adalah dengan Islam, bukan dengan ideologi selain Islam. Jangan sampai umat Islam mencari solusi atas masalah umat dengan meninggalkan sumber Islam itu sendiri.
Para nabi, sahabat dan ulama telah mencontohkan kepada kita semua. Hadji Umar Said Tjokroaminoto memberikan kata kuncinya di singkat 5 K (1) Kemauan, Kekuatan, Kemenangan, Kekuasaan dan Kemerdekaan.
Salah satu contoh terbaik kebangkitan dan kemenangan saat Ramadhan adalah kemenangan Rasulullah dan pasukannya pada perang Badar. Pertempuran Badar (Arab: غزوة بدر, translit: gazwah badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 625).
Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Kemenangan Rasulullah dan pasukannya dalam Perang badar diabadikan dalam Al Qur’an : Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya (QS Ali Imran : 123).
Pasukan muslim dikatakan lemah oleh Allah, karena pada faktanya Rasulullah mengadakan persiapan untuk keluar hanya berjumlah 313 atau hingga 317 orang, yang terdiri dari 82 hingga 86 dari Muhajirin, 61 dari Aus, dan 170 dari Khazraj.
Mereka tidak mengadakan pertemuan khusus dan tidak membawa perlengkapan yang banyak. Kudanya pun hanya dua ekor; seekor milik Az-Zubair bin Al-Awwam dan seekor lagi milik Al-Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindi. Untanya ada 70 ekor, Satu ekor dinaiki dua atau tiga orang. Muhammad naik seekor unta bersama Ali bin Abu Thalib dan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi.[2]
Muhammad, mengangkat Ibnu Ummi Makhtum menjadi wakilnya di Madinah. Namun, setibanya di Ar-Rauha', Muhammad menyuruh Abu Lubabah bin Abdul Mundzir agar kembali ke Madinah dan menggantikan posisi Ibnu Ummi Makhtum sebagai wakilnya. Bendera komando tertinggi yang berwarna putih diserahkan kepada Mush'ab bin Umair Al-Qurasyi Al-Abdari.
Pasukan kaum Muslimin dibagi menjadi dua battalion : Batalion Muhajirin. Benderanya diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib. Batalion Anshar. Benderanya diserahkan kepada Sa'ad bin Mu'adz.
Komando sayap kanan diserahkan kepada Az-Zubair bin Al-Awwam' dan sayap kiri diserahkan kepada Al-Miqdad bin Amr, karena hanya mereka berdualah yang naik kuda dalam pasukan itu. Sementara titik pertahanan garis belakang diserahkan kepada Qais bin Sha'sha'ah. Komando tertinggi berada di tangan Muhammad.
Badar adalah suatu tempat yang terletak di antara Makkah dan Madinah yang dikenal dengan sumurnya. Nama Badar itu dinisbatkan kepada penggali sumur itu, yaitu Badar bin Narin. Asy-Sya’bi berkata: “Badar adalah sebuah sumur milik seorang yang bernama Badar.”
Ibnu Katsir menegaskan terkait kemenangan pada pesang badar sebagai hari al-Furqaan [perbedaan antara kebenaran dan kebathilan] yang di dalamnya Allah memenangkan Islam dan kaum Muslimin.
Serta memusnahkan kemusyrikan dan pusatnya serta golongannya, meskipun golongan kaum muslimin sedikit sekali yaitu 313 orang saja. mereka hanya dilengkapi dua ekor kuda dan 70 unta, sedangkan sisanya berjalan kaki tanpa dilengkapi perlengkapan yang memadai.
Namun disisi lain, disaat pasukan kaum muslimin berjumlah banyak, justru terkalahkan, kecuali sejumlah pasukan yang masih bersama Rasulullah pada Perang Hunain.
Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kmudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahapengampun lagi Maha-penyayang.” (QS. At-Taubah: 25-27).
Pada peristiwa Hunain, ketika mereka terlena dengan jumlah mereka yang banyak, akan tetapi jumlah yang banyak itu tidak bennanfaat bagi mereka, mereka lari tunggang-langgang, kecuali sejumlah kecil orang-orang mukmin bersama Rasulullah SAW.
Setelah itu Allah menurunkan bantuan dan pertolongan-Nya, kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang bersamanya untuk memberikan pengetahuan kepada mereka bahwa kemenangan hanya berasal dari Allah semata, meskipun jumlah orangnya hanya sedikit.
“Berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah. Dan, sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al baqarah : 249).
Perang Hunain terjadi setelah penaklukan kota Makkah, pada bulan Syawwal tahun kedelapan Hijriyah. Yaitu ketika Rasulullah telah selesai dari penaklukan kota Makkah, di mana urusan-urusannya telah mencair. Dimana kebanyakan penduduknya telah masuk Islam dan telah dibebaskan. Lalu sampailah berita kepada Rasulullah SAW, bahwa Bani Hawazin di bawah pimpinan Malik bin Auf an-Nadhari mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Rasulullah SAW.
Bersama mereka ada Bani Tsaqif, Bani Jasyim, Bani Sa’ad bin Bakar, beberapa kelompok yang tidak berjumlah banyak dari Bani Hilal, sejumlah orang Bani `Amr bin `Amir dan dari Bani `Aun bin `Amir, mereka datang secara keseluruhan, membawa anak-anak, wanita, orang tua dan semua hewan peliharaan mereka.
Maka Rasulullah dengan pasukannya yang berjumlah 10.000 orang dari gang-orang Muhajirin, Anshar, dan suku-suku Arab, di tambah dengan 2000 personil dari orang Makkah yang telah masuk Islam dan dibebaskan. Mereka bertemu musuh di lembah Hunain, lembah yang terletak antara Makkah dan Thaif dan di sinilah terjadi peperangan yang dinamakan perang Hunain.
Dari kemenangan pada Perang Badar, kekalahan pada perang Hunain dan Uhud, kita bisa mengambil petunjuk dan pelajaran akan kunci-kunci kebangkitan dan kemenangan.
Ada beberapa petunjuk dan pelajaran sebagai berikut : Pertama, pondasi ruh dan keyakinan.
Perang Badar mengajarkan kepada kita betapa pentingnya keimanan dan ketaqwaan, serta kesyukuran. Keimanan dan ketaqwaan serta kesyukuran adalah bentuk kekuatan ruhiyah Rasulullah dan pasukannya yang memang terdiri dari orang-orang mukmin.
Kedua, kemenangan adalah hak Allah. Kemenangan pada Perang badar dan kekalahan pada Perang Uhud menerangkan bahwa kemenangan itu tidak terkait dengan banyaknya jumlah pasukan semata-mata, namun semata-mata karena pertolongan Allah.
Kemenangan adalah mutlak hak Allah. Sebab kaum muslimin meraih kemenangan di perang Badar dan meraih dengan jumlah pasukan lebih sedikit dan mengalami kekalahan di perang Uhud dengan jumlah pasukan lebih banyak. Kemenangan Islam adalah atas izin Allah yang ditopang oleh pejuang-pejuangnya yang yakin dan bersungguh-sungguh, meskipun jumlah sedikit.
Ketiga, lurus niat, tidak boleh disorientasi dalam berjuang membela Islam. Peperangan Rasulullah dengan musuh-musuh Allah mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan itu hanya untuk Islam, bukan yang lain.
Niat harus lurus, perjuangan harus fokus, tidak boleh disorientasi atau adanya muslim yang berkhianat. Perang Uhud menjelaskan pentingnya membersihkan barisan pejuang kaum muslimin dari orang-orang munafik dan mereka yang memiliki aqidah lemah.
Pembelotan yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay merupakan pelajaran yang tidak akan pernah dilupakan sejarah selama-lamanya. Itulah mengapa Abu Bakar tidak mengizinkan keterlibatan orang-orang murtad dalam pasukan penakluk kaum muslimin. Kekuatan umat itu ada pada visi yang jelas, metode merealisasikan visi, ditopang SDM yang punya komitmen dan memiliki ikatan akidah (ruh) yang kuat.
Keempat, pentingnya hukum kausalitas untuk menyiapkan faktor-faktor kemenangan. Perang uhud mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa sunnah kehidupan (hukum kausalitas) itu tidak dapat digantikan.
Ketika mereka mengambil sebab-sebab kemenangan, maka mereka akan mendapatkan kemenangan itu. Namun ketika mereka menyepelekannya, merekapun kalah. Itu sunnatulah pada makhlukNya dan kita tidak akan mendapat ganti dari sunnatullah itu.
Kelima, pentingnya kepemimpinan dan ketaatan. Perang Uhud mengajarkan kaum muslimin akan pentingnya disiplin militer dan memegang teguh perintah dan arahan pimpinan, bagaimanapun situasi dan kondisinya.
Seluruh kaum muslimin telah menyadari bahwa penyebab awal kekalahan perang Uhud adalah tindakan indisipliner alias menyepelekan perintah Rasulullah sebagai kepala pasukan sekaligus kepala Negara Madinah sebagai panglima pasukan dengan meninggalkan gunung Uhud oleh para pemanah. Karena itu barisan belakang jadi tidak terlindungi. Akibatnya, Khalid bin Walid dapat mengepung mereka.
Seluruh peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah terjadi pada saat Daulah Madinah telah berdiri, artinya satu komando dalam perang itu jelas oleh kepala negara tau kepala militer daulah Islam dengan musuh yang telah jelas juga. Inilah yang kurang dari umat hari ini, dikarenakan belum tegaknya daulah Islam, akhirnya umat Islam tercerai berai, lemah, dan tidka tahu siapa musuh utamanya, bagaimana mau bangkit dan memang ?. (Sumber : Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW, Prof DR. Muhammad Rawwas Qal’ahji)
(Kota Hujan, 20/03/24 M – 10 Ramadhan 1445 H, 06.30 WIB)
Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
0 Komentar