Topswara.com -- Warga desa Jambewangi, kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur dihebohkan dengan penarikan material paving oleh salah satu calon anggota legislatif (caleg). Paving blok ditarik kembali setelah sempat dikirim menggunakan truk untuk pembangunan salah satu sudut jalan desa Jambewangi.
Diduga paving diambil kembali karena caleg tidak mendapatkan dukungan suara dari masyarakat desa yang dikehendaki. Menurut keterangan warga yang mengambil kembali material paving adalah tim caleg dari partai Nasdem, (kompas.com, Senin,19/02/2024).
Dikutip dari tvonenews.com, Cirebon, Senin, 19/02/2024, disebutkan bahwa dua orang timses salah satu caleg depresi usai gagal mengantarkan caleg jagoannya meraih suara. Padahal caleg dimaksud di gadang-gadang akan meraih suara tinggi untuk duduk di kursi legislatif tingkat kabupaten.
Merasa gagal mengantarkan jagoannya duduk di kursi legislatif, keduanya sengaja datang ke padepokan Al Busthomi atau yang di kenal Padepokan Anti Galau. Seorang tim sukses calon legislatif (caleg) WG alias Wagiono alias Gundul, 56, warga desa Sidomukti, kecamatan Pangkalan Kuras, kabupaten Pelalawan, nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di pohon rambutan di kebun kates miliknya, sekitar pukul 11.00 WIB, kamis (15/2) lalu.
Kapolres Pelalawan Ajun Komisaris Besar (AKB) Suwita membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya WG di duga depresi lantaran caleg yang di usungnya tidak mendapatkan suara sesuai harapan atau kalah. Penyebab yang pertama yaitu logistik adalah peran utama dalam panggung politik yang menjadi fokus utama jangan sampai kehabisan logistik.
Sehingga skenario dalam drama peperangan terhenti sebelum berakhir. Rata-rata caleg yang berhasil selalu mengungkapkan peranan logistik sangat penting dalam proses pemenangan. Bahkan dana operasional yang di keluarkan tidak sedikit dan hampir mencapai angka yang fantastik tergantung dari besaran wilayah pemenang.
Sayangya tidak sedikit para caleg yang berhasil mengungkapkan bahwa penggunaan logistik (uang) bukan untuk mengenalkan visi dan misi, tetapi mereka dengan percaya diri mengungkapkan dana tersebut untuk membeli suara.
Yang kedua yaitu tim sukses kurang maksimal. Tim sukses merupakan salah satu komponen yang tidak kalah penting dalam proses pemenangan caleg. Seperti struktur yang untuk tim sukses merupakan kaki yang akan bergerak menjalankan proses pemenangan hingga mencapai tujuan.
Ada lagi seperti caleg dadakan partai kecil yang kekurangan kode seringkali melakukan perekrutan asal-asalan yang penting nomor urut terisi. Fenomena ini merupakan salah satu realita yang tidak dapat dipungki dalam panggung politik. Ada juga tidak semua masyarakat memilih caleg yang memberikan uang, mereka hanya memanfaatkan momentum bisnis pemilu saja.
Jadi mereka hanya menerima uangnya bahkan menerima uang lebih dari satu caleg. Kurangnya komunikasi dengan para pemilih sehingga gagal mengambil hati mereka. Para pemilih hanya mengeluarkan pendapat datang cuma pas lagin nyaleg (kampanye doang). Terlalu berharap kepada tim sukses dan terlena dengan laporan asal bisa senang saja dari relawan sehingga melupakan hal hal realistik dan tidak melakukan klarifikasi lapangan.
Menurut sistem Islam sebagai pemimpin hendakya kita selalu berupaya menyempurnakan keilmuan, berani mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari keberhasilan serta kegagalan para pemimpin yang berangkat atas dasar keilmuan dan ketakwaan bukan atas dasar nafsu dan keserakahan. Ini menunjukan bahwa umat Islam harus melakukan musyawarah atau konsultrasi dalam mengurus urusan mereka termasuk urusan kepemimpinan.
Musyawarah adalah cara untuk mencari pendapat dan kesepakatan dari para ahli atau wakil-wakil umat tentang siapa yang layak menjadi pemimpin bagi mereka atau bagaimana cara memperbaiki keadaan saat ini.
Maka dalam sistem Islam tidak akan ditemukan orang gagal nyaleg menjadi gila atau bahkan bunuh diri gara-gara gagal jadi pemimpin. Islam mencetak generasi yang berjiwa pemimpin tapi tidak haus akan kekuasaan. Setiap Muslim ditanamkan dengan pendidikan siap menjadi pemimpin sekaligus siap dipimpin.
Mereka sadar betul pemimpin adalah untuk menerapkan semua hukum Allah SWT dan menjadi pelayan rakyat untuk mengurus dan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya bukan untuk mengeruk kekayaan melalui jabatan kekuasaan.
Gagal jadi caleg dan berakhir gila bahkan bunuh diri hanya akan marak terjadi di sistem negara yang tidak menerapkan Islam. Karena mahalnya ongkos pemilu dengan segala perniknya yang lebih banyak bertentangan dengan hukum Allah SWT. Yang didukung dengan lemahnya ketakwaan dan juga salahnya tujuan dari para calon pemimpin. Dan Islam telah menetapkan cara-cara yang ditempuh untuk mencari pemimpin harus sesuai dengan hukum syara.
Dalam Islam, pemilu adalah cara untuk mencari pemimpin/majelis umah, dengan mekanisme yang sederhana, praktis, tidak berbiaya tinggi dan penuh kejujuran, tanpa tipuan ataupun janji-janji. Para calon pun memiliki kepribadian Islam, dan hanya mengharap keridhaan Allah semata.
Wallahu a'lam bish shawwab.
Oleh: Upi Ernasari
Aktivis Muslimah
0 Komentar