Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sikap Optimis Adalah Salah Satu Karakter Positif Mukmin Sejati


Topswara.com -- Sobat.Hendaknya kita membiasakan berpikir, berbicara, dan berbuat yang baik-baik, agar ketika sakit atau menjelang ajal nanti, rekaman kebaikan itu yang akan menemani dan mengawal kita menempuh perjalanan lebih lanjut.

Sobat. Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan, tapi orang yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. Sobat. Ya, optimisme memang merupakan salah satu karakter positif yang sangat penting bagi orang mukmin sejati. Keyakinan akan kebaikan dan harapan akan kebaikan di masa depan adalah bagian integral dari iman. Dalam Islam, optimisme juga merupakan manifestasi dari tawakal, yaitu kepercayaan sepenuhnya kepada Allah SWT dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin-Nya dan memiliki hikmah di baliknya. Dengan sikap optimis, seseorang mampu menghadapi tantangan hidup dengan keberanian dan ketabahan, serta tetap bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah.

Allah SWT berfirman:

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا  

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah (94): 5-6)

Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan, terdapat kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar. 

Namun demikian, dalam usaha untuk meraih sesuatu itu harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Ini adalah sifat Nabi saw, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.

Walaupun demikian, beliau tidak pernah gelisah dan tidak pula mengubah tujuan, tetapi beliau bersabar menghadapi kejahatan kaumnya dan terus menjalankan dakwah sambil berserah diri dengan tawakal kepada Allah dan mengharap pahala daripada-Nya. Begitulah keadaan Nabi saw sejak permulaan dakwahnya. 

Pada akhirnya, Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya. Mereka yakin bahwa hidup mereka tidak akan sempurna kecuali dengan menghancurleburkan segala sendi kemusyrikan dan kekufuran. Lalu mereka bersedia menebus pahala dan nikmat yang disediakan di sisi Allah bagi orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya dengan jiwa, harta, dan semua yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka sanggup menghancurkan kubu-kubu pertahanan raja-raja Persi dan Romawi.
Ayat tersebut seakan-akan menyatakan bahwa bila keadaan telah terlalu gawat, maka dengan sendirinya kita ingin keluar dengan selamat dari kesusahan tersebut dengan melalui segala jalan yang dapat ditempuh, sambil bertawakal kepada Allah. Dengan demikian, kemenangan bisa tercapai walau bagaimanapun hebatnya rintangan dan cobaan yang dihadapi.

Dengan ini pula, Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa keadaannya akan berubah dari miskin menjadi kaya, dari tidak mempunyai teman sampai mempunyai saudara yang banyak dan dari kebencian kaumnya kepada kecintaan yang tidak ada taranya.

وَنُيَسِّرُكَ لِلۡيُسۡرَىٰ  

“dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah,” (QS. Al-A’la (87): 8)

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Ia akan memberi Nabi-Nya taufik kepada jalan yang mudah, yang membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dialah yang memberinya agama yang mudah diterima jiwa dan tidak sukar dipahami oleh akal.

Sobat. Dalam perspektif Islam, membangun sikap optimisme melibatkan beberapa aspek yang penting:

1. Iman dan Tawakal: Keyakinan yang kuat pada Allah SWT adalah landasan utama dari optimisme dalam Islam. Memahami bahwa Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, serta meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki hikmah di baliknya, akan membantu seseorang untuk tetap optimis dalam menghadapi segala situasi.

2. Shalat dan Doa: Shalat merupakan koneksi langsung antara seorang hamba dengan Allah SWT. Dalam sholat, seseorang dapat memperkuat imannya, meminta petunjuk, serta memperoleh ketenangan hati. Melalui doa, seseorang juga dapat meminta kekuatan dan bimbingan Allah dalam menghadapi segala cobaan.

3. Menghindari Negativitas: Islam mendorong umatnya untuk menjauhi hal-hal yang negatif, baik itu berupa pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Melalui menjauhi negativitas, seseorang dapat menjaga keseimbangan emosionalnya dan mencegah terbawanya oleh pesimisme.

4. Bersyukur: Mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah merupakan bagian penting dari sikap optimisme dalam Islam. Dengan mensyukuri nikmat yang ada, seseorang akan lebih mampu melihat sisi positif dalam setiap situasi, sekecil apapun itu.

5. Pengembangan Diri: Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan berkembang, baik secara spiritual maupun intelektual. Dengan mengembangkan diri, seseorang dapat memperoleh kepercayaan diri yang lebih kuat dan melihat masa depan dengan lebih optimis.

6. Berkomunikasi yang Baik: Berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan membangun, serta berkomunikasi dengan baik, juga dapat membantu seseorang untuk membangun sikap optimisme. Mendengarkan nasihat yang baik dan memberikan dukungan kepada sesama merupakan bagian dari ajaran Islam.
Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat membangun sikap optimisme yang kokoh dalam perspektif Islam.

Sobat. Kapan saja kamu melihat kondisimu suram, maka ingatlah bahwa ada nikmat yang tidak disyukuri, atau ada kesalahan yang dikerjakan demikian nasehat Ibnu Jauzi.

Allah SWT berfirman:
وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ  

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud (11): 3)

Sobat. Nabi Muhammad saw menyeru kaum musyrikin untuk memohon ampun kepada Tuhan terhadap dosa perbuatan-perbuatan syirik, kekafiran, dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Sesudah itu hendaklah mereka kembali kepada Allah, dengan taat melakukan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah sepenuh hati tidak menyembah selain Allah, seperti patung-patung dan berhala-berhala dan lain sebagainya. Jika mereka pernah berbuat demikian, hendaklah mereka minta ampun dan bertobat dengan teguh dan terus menerus. Allah niscaya akan mengampuni mereka dan memberi rezeki yang melimpah, kemakmuran, kesehatan, dan kesejahteraan sampai akhir hayat mereka. Demikianlah, keimanan yang tulus kepada Allah dan Rasul dari setiap individu, merupakan faktor utama yang menyebabkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup.

Firman Allah:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (an-Nahl/16: 97)

Selain memberikan kenikmatan hidup di dunia bagi orang-orang yang beriman, Allah juga memberikan kepada orang yang mempunyai keutamaan, seperti orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau karya besar, ganjaran di dunia dan pahala di akhirat. Tetapi bilamana manusia berpaling dari keimanan dan tidak bertobat bahkan terus menerus dalam kemusyrikan, kemaksiatan, dan kerusakan akhlak, mereka akan mengalami kehancuran atau kemelaratan hidup sesuai dengan Sunatullah pada umat manusia dan azab Allah di hari akhirat.

Sobat. Kematian adalah pintu gerbang untuk meneruskan dan memasuki kehidupan baru yang lebih indah dan lebih berkualitas karena kehidupan dan kenikmatan ruhani, dengan derajat dan kualitasnya lebih tinggi, ketimbang kenikmatan badani yang durasinya sangat pendek dan fluktuatif. Ingat Mati membuat semakin semangat berdakwah, berjuang dan berIbadah untuk semakin mendekat kepada Allah SWT.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar