Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sekat Nasionalisme Membuat Dunia Diam Tidak Membela Palestina

Topswara.com -- Sejak 7 Oktober 2023 lalu, serangan di jalur Gaza tak juga usai. Adapun genjatan senjata di antara kedua belah pihak yakni IDF dan Hamas sama sekali tak menyurutkan kondisi Palestina hingga kini. Malahan warga Palestina berulang kali mengungsi dari satu wilayah ke wilayah lain, hingga kini berada di ujung Gaza yakni wilayah Rafah. 

Jumlah warga Palestina di jalur Gaza yang menjadi korban dari serangan Israel (7 Oktober 2023 - 21 Februari 2024 ) telah mencapai kurang lebih 29.313 jiwa sementara korban luka sebanyak 69.333 orang. (databooks, 22/2/2024) Ini bukan lah angka yang kecil. Nyawa-nyawa itu tak semestinya menjadi korban kebengisan Israel dalam setiap serangan mereka ke Gaza. OCHA (United Nations Office fot the Coordination of Humanitarian Affairs melaporkan bahwa Israel terus melakukan pengeboman di Jalur Gaza dari udaea, darat bahkan laut. Hal ini mengakibatkan semakin banyak korban sipil, pengungsian dan kehancuran infrastruktur. 

Di tengah kondisi konflik ini, Dewan Keamanan PBB masih berupaya membuat resolusi untuk medesak genjatan senjata. Draf resolusi terbarunya disusun oleh Aljazair, dan sudah didukung oleh 13 dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB. Akan tetapi, Inggris menyatakan abstain, dan Amerika Serikat kembali menggunakan hak veto untuk membatalkan resolusi tersebut pada Selasa (20/2/2024).

Amerika Serikat pada Sabtu mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza lewat udara untuk pertama kalinya dengan menerjunkan lebih dari 30.000 makanan menggunakan pesawat militer. (ANTARANews, 3/3/2024). Namun langkah ini tidak menutup kemungkinan juga sebagai sarana bagi mereka untuk memberikan bantuan senjata untuk zionis dengan jalur udara. 

Tidak banyak yang berubah sejak serangan pertama zionis terhadap warga Palestina hingga kini. Penderitaan mereka tak juga usai. Mirisnya lagi negeri-negeri muslim sekitar Palestina, hanya diam. 

Alih-alih membantu, mereka justru mempersulit muslim palestina, di antaranya dengan membangun tembok lebih tinggi dan berlapis-lapis, tidak mengirimkan pasukan dan bahkan melanggengkan kerjasama politik dengan pihak penjajah.

Dunia muslim di bawah kepemimpinan berasas sekularisme (yang memisahkan agama dari kehidupan ) serta campur tangan paham nasionalisme telah menjadikan pemimpin negeri-negeri kaum muslim tidak memiliki daya dan kemampuan untuk membela saudara seimannya yang digempur serangan penjajah.

Betapa lemahnya kaum muslimin saat ini ketika tak lagi mampu melakukan apa-apa membela saudara muslimnya yang tertindas secara keji. Ini membuktikan betapa berbahayanya pemikiran yang disusupkan Barat sejak lama pada jiwa-jiwa kaum muslimin. 

Sehingga tak lagi bergetar marah ketika pembantaian demi pembantaian dilakukan terhadap saudara muslimnya. Sekat nasioalisme menjadikan kita fokus pada negeri kita sendiri dan tak memperhatikan selain dari kepentingan diri sendiri. 

Maka, apa yang bisa menyelamatkan muslim Palestina hari ini tak lain ialah dengan kembalinya kepemimpinan umat dengan aturan Islam. Dengan adanya negara Islam yang dipimpin seorang khalifah. 

Negara khilafah ialah satu-satunya yang mampu membela Palestina dan kaum muslim terjajah lainnya secara nyata. Di bawah kepemimpinan khalifah, umat akan diseru untuk melakukan pembelaan dengan cara mengirimkan pasukan. Hal ini dikarenakan khalifah ialah perisai bagi umat, yang mana umat berlindung di belakangnya mengikuti perintahnya. 

Adapun khalifah mengikuti pada tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan hukum yang diemban dan diterapkannya.  Kita dapat belajar dari bagaimana sejarah mencatat kisah kepemimpinan di masa Khilafah Abbasiyah, di mana Al-Mu'tasim Billah yang mengirimkan puluhan ribu pasukan untuk membela seorang muslimah yang dilecehkan oleh kaum Romawi. Dari peristiwa itu sebanyak 30.000 pasukan Romawi terbunuh dan beliau kemudian membebaskan Kota Ammuriyah dari tangan Romawi Timur. Perisitiwa ini terjadi pada tahun 223 Hijriah. 

Namun bila berkaca pada pemimpin negeri kaum muslim hari ini? Jangankan membela sebegitu banyak jiwa kaum muslim, membela satu saja pun mereka tidak mampu. Ini semua tidak lain karena paham nasionalisme serta kerjasama politik dengan penjajah telah melumpuhkan kekuatan kaum muslimin menjadi lemah tidak berdaya.

Sungguh, kembalinya umat ini pada sistem Islam saja yang sanggup untuk memberikan kemerdekaan hakiki bagi Palestina. Untuk kita maka kita sebagai penyambung risalah Rasulullah SAW tak boleh patah semangat dalam terus mengopinikan Islam kaffah di tengah-tengah umat. 

Islam harus ditegakkan, umat harus dipersatukan hingga kelak Allah akan penuhi janji-Nya untuk mengembalikan kekuasaan itu di bawah kaum muslimin. Agar Islam kembali menjadi rahmatan lil'alamin. 

Wallahu'alam Bisshawab 


Oleh: Tri Ayu Lestari
Penulis Novel Remaja dan Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar