Topswara.com -- Betapa banyak kesedihan di Ramadhan yang seharusnya diliputi kebahagiaan
Betapa banyak kedukaan di Ramadhan yang seharusnya dihiasi keriangan
Betapa banyak ketidakpastian di Ramadhan yang seharusnya diganjar pasti pahalanya
Betapa banyak keprihatinan di Ramadhan yang seharusnya muncul kepedulian
Sedih di puasa kesembilan
Kok tiada beda dengan bulan sebelum Ramadhan
Tampaknya manusia belum mengilhami Allah hadirkan Ramadhan
Kalau dalam pikirannya cuma materi dan kesenangan duniawi
Sedih melihat tingkah pola manusia yang antah berantah
Syariah Islam yang agung nan mulia selayaknya jadi panglima
Sayangnya masih diabaikan bahkan dianggap pengekangan
Padahal Allah hadirkan sebagai solusi bagi kehidupan
Sedih sih di puasa kesembilan
Ada saudara di Gaza yang mengawali lima bulanan
Kondisi konflik yang meniadakan rasa kemanusiaan
Kepala negara itu banyak diam meski memiliki kekuatan dan kekuasaan
Sedih di puasa kesembilan
Terburainya kompleksitas untuk kembali kepada jalan ketuhanan
Akan tetapi pada asal tak bermuasal
Majemuk hidup dibikin kesal
Sedih di puasa kesembilan
Jika diri ini tidak bisa memaknai kehadiran agung utusan Sang Pencipta
Waktu yang terkadang tidak bisa dinikmati yang berlalu
Hingga fajar kembali menyingsing menguak tabir
Sembilan angka yang menarik insan
Kesedihan telah tergores dalam batu cadas keabadian
Di sini semua mengabdi pada ilahi
Terangkat jiwa nada menghamba di malam suka cita
Sedih di puasa kesembilan
Tidakkah merasa terketuk hati untuk membuka diri
Drama hidup tidak hanya tentang pribadi
Ada yang lainnya bernasib papa kehilangan penjaga
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media
0 Komentar