Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Risiko Utang Menggunung

Topswara.com -- Besarnya utang yang dimiliki oleh Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Namun, tampaknya ini tidak menjadi kekhawatiran pemerintah. Jumlah utang yang besar ini masih dianggap aman.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan utang pemerintah sebesar Rp8.253 triliun per 31 Januari 2024. Jumlah ini tentunya meningkat dibandingkan waktu yang sama pada tahun 2023, yakni sebesar Rp7.754,98 triliun. 

Meskipun jumlahnya terus menggunung, Kemenkeu menyatakan utang masih dalam rasio aman karena berada di bawah ambang batas 60 persen dari produk domestik bruto atau PDB. (cnbcindonesia.com, 27/2/2023)

Namun, pernyataan ini mendapat sanggahan keras dari ekonom Bright Institute, Awalil Rizky. Awalil mengatakan bahwa rasio utang atas pendapatan negara telah jauh melampaui rekomendasi International Monetary Fund (IMF) dan International Debt Relief (IDR) untuk kondisi yang bisa dikatakan aman. 

Ia menjelaskan bahwa total utang pemerintah per akhir Januari kemarin setara dengan 38,75 persen dari PDB. Jika dibandingkan dengan masa krisis ekonomi pada 1998, rasio utang pemerintah meningkat. Pada 1997 rasio utang tercatat 37,92 persen, sedangkan pada akhir 1998 mencapai 61,74 persen. (tempo.co, 29/2/2024)

Kedaulatan Tergadai

Jeratan utang riba oleh asing sesungguhnya merupakan perangkap untuk menjajah kedaulatan suatu negara. Pinjaman yang diberikan selain memberatkan APBN juga akan mendikte kebijakan yang ditelurkan pemerintah. Akibatnya, subsidi untuk rakyat selalu dikurangi, bahkan dipangkas habis-habisan. 

Atas nama investasi legal, SDA kita dirampok secara besar-besaran tanpa tersisa untuk kepentingan rakyat. Pajak menjadi satu-satunya solusi praktis yang akan dilirik negara sebagai pemasukannya. 

Sungguh miris, negeri zamrud khatulistiwa yang gemah ripah loh jinawi ini harus mengambil utang untuk membiayai pembangunannya. Kekayaan alam yang terbentang dari ujung Barat hingga ke ujung timur tersia-siakan karena salah pengelolaan. Padahal, seharusnya dengan melimpahnya SDA, rakyat bisa hidup Sejahtera. 

Inilah dampak dari penerepan sistem ekonomi kapitalis. Rakyat tak hanya pontang-penting sendiri memenuhi kebutuhannya, tetapi juga diperas keringatnya untuk memberi pemasukan negara. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudahlah SDA melayang, masih disuruh banting tulang untuk melunasi utang.

Utang yang menggunung ini bisa kapan saja menggulung negara dan rakyatnya. Sudah banyak contohnya. Lihat saja Sri Lanka yang akibat gagal bayar utang harus merelakan Pelabuhan Hambantota ke Cina. Begitu pula Zimbabwe yang harus mengganti mata uangnya menjadi yuan karena tidak mampu melunasi utangnya ke Cina. Apakah Indonesia mau bernasib serupa?

Sistem kapitalisme sekularisme telah nyata membawa penderitaan bagi rakyat. Kedaulatan negara tergadai sehingga tidak mampu melindungi dan menyejahterakan rakyatnya. Lalu, bagaimana cara mengakhiri kesempitan hidup saat ini yang dirasa semakin mencekik leher umat? 

Negara Berdaulat dengan Ekonomi Islam

Berbeda dengan sistem kapitalis yang menjadikan utang sebagai sumber pemasukan negara, ekonomi Islam melarang berbagai bentuk utang ribawi. Allah akan memerangi pelaku riba sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 279:

فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا فَاۡذَنُوۡا بِحَرۡبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ‌ۚ "

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), ketahuilah bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." 

Inilah ketangguhan ekonomi Islam. Aturannya akan menghindarkan suatu negara terjerat dalam penjajahan gaya baru seperti saat ini. Negara memiliki kedaulatan penuh atas SDA yang sejatinya adalah milik rakyat sehingga akan mengelolanya sebaik mungkin untuk kepentingan rakyat. 

Selain dari SDA, negara juga memiliki sumber pendapatan lain yang tak kalah besarnya. Pos pemasukan lainnya adalah bagian fai, ganimah, kharaj, jizyah, dan lain-lain. Ada juga pos pemasukan zakat yang pengeluarannya khusus untuk delapan asnaf sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, yaitu untuk fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, fisabilillah dan ibnu sabil.

Inilah sistem yang kita butuhkan saat ini. Sistem yang mampu memutus dominasi asing atas negeri dan umat Islam. Hanya dengan penerapan syariat Islam secara kaffah, negeri ini akan berdaulat dan diliputi keberkahan. Karena itu, berjuang untuk sistem Islam Rahmatan lil alamin ini merupakan jalan terbaik menuju kehidupan yang diridai Allah taala.

Wallahu a’lam bissawwab


Oleh: Esti Dwi
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar