Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potret Buram Pemilu, Caleg Gagal Banyak yang Stres

Topswara.com -- Pasca pesta Demokrasi pada 14 Februari 2024 lalu, ada banyak fenomena yang terjadi. Salah satunya fenomena caleg gagal, dan tim sukses (Timses) yang kecewa dikarenakan hasil yang mereka peroleh tidak sesuai dengan harapan mereka. Ada yang mengalami stres hingga berujung bunuh diri, bahkan ada yang menarik kembali pemberian yang telah diberikan kepada masyarakat.

Salah satunya terjadi di Desa Jambewangi, kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur. Seorang calon legislatif menarik kembali bantuan paving block yang telah diberikan untuk pembangunan salah satu sudut jalan Desa, hal ini dilakukan sebab perolehan suara yang didapat tidak sesuai harapannya atau kecil. (Kompas.com 19/02/2024)

Sementara itu, salah seorang Timses calon legislatif berinisial WG (56) warga Desa Sidomukti, kecamatan Pangkalan Kuras, kabupaten Palelawan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di pohon rambutan di kebun karet miliknya. 

Menurut keterangan dari pihak Kapolres Palelawan Ajun Komisaris Besar (AKB) Suwinto, WG diduga depresi lantaran caleg yang diusungnya tidak mendapatkan suara sesuai harapan. (MediaIndonesia.com, Senin, 19/02/2024)

Beberapa kasus diatas adalah sebagian dari banyaknya kasus serupa, hal ini sudah cukup menjadi gambaran betapa lemahnya kondisi mental mereka yang hanya siap menerima kemenangan tetapi tidak siap dengan resiko kekalahan yang akan mereka terima. Alhasil mereka merasa tertekan, stres, depresi hingga berujung mengakhiri hidupnya.

Fenomena ini juga disebabkan tingginya persaingan dalam memperebutkan kursi jabatan, menurut mereka jabatan adalah jalan pintas untuk memperoleh keuntungan. Sebab, demi jabatan tersebut mereka rela merogoh kocek yang tentunya tidaklah sedikit, hal ini dilakukan untuk membiayai kampanye mereka. 

Dana yang digunakan untuk membeli suara rakyat dengan adanya amplop serangan fajar menjelang pencoblosan, serta digunakan untuk menarik simpati rakyat dengan memberikan bantuan fisik pembangunan jalan dan lainnya.

Tidak hanya itu saja, ini juga disebabkan oleh lemahnya keimanan mereka yang menjadikan mereka merasa stres serta depresi karena kekalahan yang didapatkan sehingga menjadikan mereka berpikir pendek kemudian mengakhiri hidupnya.

Sejatinya permasalahan yang menimpa para caleg ini, disebabkan oleh sistem yang rusak. Dimana sistem saat ini yakni kapitalisme telah menjadi acuan dalam segala hal. Sehingga menjadikan persaingan yang tidak sehat yang mana ketika memiliki dana yang besar maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan kursi jabatan.

Sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam tidak ada perebutan kursi jabatan. Sebab dalam Islam, jabatan adalah sebuah hal yang sakral dan yang memiliki jabatan mengetahui bahwa itu adalah amanah yang besar. Karena ketika menjadi seorang pemimpin negara atau daerah maka tanggung jawab semua rakyat berada dipundaknya dan harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT.

Kemudian jika ia mampu menjalankan amanah tersebut dengan baik dan benar maka ia beruntung, namun apabila ia tidak mampu menjalankan amanah tersebut dengan baik dan benar maka ia akan menyesal di akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang artinya “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya” (HR. Al- Bukhari).

Dalam sistem Islam, pemimpin dipilih berdasarkan dengan ketentuan Islam yaitu dengan mekanisme sederhana, cara yang praktis, tidak memerlukan biaya tinggi dan penuh dengan kejujuran tanpa tipuan dan janji- janji palsu. Sehingga menghasilkan pemimpin yang adil serta berakhlakul karimah.

Pemimpin dalam Islam tidak akan mengambil keuntungan pribadi dengan jabatannya. Sebab ia merasa takut untuk berbuat hal yang demikian dan ia hanya mengharapkan ridha Allah SWT.

Kemudian dalam Islam, pemimpin cenderung hidup secara sederhana dan tidak tamak dengan jabatan. Salah satu contoh kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau menyerahkan semua hartanya serta perhiasan-perhiasan milik istrinya ke baitulmal. Sedangkan beliau dan keluarganya hidup secara sederhana.

Betapa indahnya gambaran ketika pemimpin kita berlandaskan sistem Islam. Semua kebutuhan rakyatnya terjamin, tidak ada pemimpin yang tamak akan jabatan seperti sistem kapitalisme. Maka, hanya dengan menegakkan sistem Islam lah kita akan memperoleh pemimpin yang berkualitas serta berakhlakul Islam yang hanya mengharapkan ridha Allah SWT.

Wallahu a’lam bis shawwab.


Dwi Jayanti
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar