Topswara.com -- Lagi dan lagi, rintihan warga Palestina terus terngiang tanpa henti. Tragedi menyayat hati dari dulu hingga kini terus terjadi. Berdasarkan data dari United Nasions Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) tercatat jumlah korban luka 69.33 orang dan korban meninggal dunia yang disebabkan serangan biadab Israel mencapai 29.313 jiwa (Databoks, 22/02/2024).
Dengan angkuh pasukan militer Israel telah menjatuhkan 18 ribu ton bom. Salama Marouf, kepala kantor media pemerintah, mengatakan, bom yang dijatuhkan oleh Israel di Gaza 1,5 kali lipat lebih dahsyat dari kekuatan bom nuklir Hiroshima, Jepang pada 1945 (Republika.com, 2/11/2023).
Sudah lebih dari 150 hari serangan Zionis Yahudi, makin kejam dan menjadi-jadi. Seolah membuktikan bahwa ini merupakan genosida yang bertarget dengan penuh ambisi. Berbagai Lembaga PBB mengecam perilaku Zionis Yahudi dan menyodorkan ilusi resolusi gencatan senjata yang dianggap sebagai solusi.
Di sisi lain Amerika Serikat muncul sebagai pahlawan kesiangan dengan wajah gandanya. Berlaku baik dengan memberikan bantuan makanan melalui udara, namun juga menggunakan hak vetonya untuk membatalkan resolusi gencatan senjata. Inilah definisi serigala berbulu domba yang sesungguhnya. Lalu bagaimana dengan sikap negeri muslim sekitarnya?
Resolusi Gencatan Senjata dan Jeratan Nasionalisme
Berpuluh tahun tanah Palestina banjir darah namun tidak ada satu pun pemimpin negara di dunia yang bisa mengatasi masalah. Mirisnya, tidak sedikit negeri muslim yang memilih untuk diam, acuh tidak acuh, tidak mau menyuarakan kebenaran dengan mengatasnamakan keamanan negara dan kelanggengan kekuasaan mereka.
Tidak ada satu pun negara yang berani mengirimkan pasukan dan memberikan solusi jitu untuk mengenyahkan zionis Israel. Paling banter mereka hanya bisa mendukung solusi konyol yang disebut dengan gencatan senjata padahal mereka tahu bahwa ilusi ini sudah basi adanya.
Solusi resolusi gencatan senjata yang disodorkan PBB ini bukan hal baru. Melainkan sudah berkali-kali digaungkan namun pada faktanya, sampai sekarang zionis Israel masih bisa dengan sesuka hatinya tanpa rasa berdosa membombardir tanah Palestina.
Terbukti bahwa gencatan senjata bukanlah solusi melainkan hanya halusinasi. Maka kita membutuhkan sesuatu yang lebih dari gencatan senjata. Sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah dari akarnya.
Enggannya pemimpin negara muslim di dunia untuk mengurusi urusan Palestina tidak lain disebabkan oleh racun nasionalisme yang telah mendarah daging di tubuh umat muslim.
Kita bisa lihat bagaimana sikap mereka, alih-alih memberikan solusi justru mempersulit dengan membangun tembok besar lagi tinggi.
Nasionalisme telah membuat hati mereka keras seperti batu, mata mereka buta, mulut mereka bisu. Mereka lupa akan sabda Rasulullah dalam hadis riwayat muslim bahwa "Mukmin itu dianalogikan seperti satu tubuh dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi. Jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh anggota tubuh lainnya ikut sakit".
Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurot ayat 10, yang artinya: "Sungguh mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Islam: Akidah Pemersatu Umat
Sejarah mencatat, 13 abad Islam menguasai dua per tiga dunia, Islam ditakuti dan disegani. Namun kini telah 100 tahun lamanya kaum muslim hidup bagaikan itik yang ditinggal induknya.
Kaum muslim seakan tidak ada harganya, dianggap remeh dan mudah dijajah. Hal ini bisa terjadi akibat runtuhnya khilafah islamiyah pada 3 Maret 1924 ditangan Mustafa Kemal Ataturk. Dengan iming-iming nasionalisme laknatullah ‘alaih ini berhasil memorak-porandakan kaum muslimin.
Maka untuk menumbuhkan kesadaran akan persoalan Palestina dan saudara muslim lainnya dibutuhkan ikatan yang benar, yang tumbuh dari individu-individu muslim. Ikatan itu adalah ikatan akidah islamiyah. Ikatan yang mampu membuat para penguasa muslim berani mengirimkan pasukan militer untuk membantu Palestina.
Ikatan yang mampu menumbuhkan semangat jihad fii sabilillah. Karena sesungguhnya persoalan Palestina ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya aktivitas jihad dan membutuhkan negara super power yang berani mengerahkan pasukan militernya, negara itu adalah daulah khilafah islamiah.
Wallahu A’lam Bish-shawwab.
Oleh: Diyah Aulia
Aktivis Muslimah
0 Komentar