Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mukmin yang Tangguh dan Rela Berjuang di Jalan Allah

Topswara.com -- Betul sekali, Rasulullah Muhammad SAW sangat memuji dan menghargai mukmin yang tangguh dan rela berjuang di jalan Allah. Mereka yang gigih dan tabah dalam menghadapi cobaan serta bersedia berkorban demi agama dan kebenaran sangat dihargai dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri memberikan banyak pujian dan dorongan kepada para sahabat yang menunjukkan ketangguhan dan keberanian dalam menegakkan agama Islam.

Allah SWT berfirman:
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
 
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hasyr (59) : 8).

Sobat, ayat ini menerangkan bahwa orang yang berhak memperoleh pembagian harta fai' dalam ayat 7 di atas, adalah orang-orang Muhajirin karena mereka dianggap kerabat Rasulullah SAW. Mereka sebagai Muhajirin telah datang ke Madinah mengikuti Rasulullah SAW berhijrah dengan meninggalkan kampung halaman, sanak keluarga, harta benda, dan handai tolan yang biasa membantu mereka. Di Madinah, mereka hidup dalam keadaan miskin, tetapi mereka adalah pembela Rasul dan pejuang di jalan Allah. Seakan-akan dengan ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar memperhatikan mereka dengan menyerahkan sebagian fai' ini untuk mereka.

Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang-orang Muhajirin itu sebagai berikut: 
1. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka menunjukkan ketaatan mereka hanya kepada Allah saja dengan mengorbankan semua yang mereka miliki hanya untuk mencari keridaan-Nya.

2. Orang-orang yang rela meninggalkan rumah dan harta bendanya untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

3. Orang-orang yang berani mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela Allah dan Rasul-Nya.

Diriwayatkan bahwa kemiskinan dan penderitaan orang-orang Muhajirin sedemikian rupa, sehingga ada yang mengikatkan tali ke perut mereka untuk mengurangi rasa lapar. Namun demikian, mereka tidak menampakkan kemiskinan dan penderitaan mereka kepada orang lain.
Pada ayat yang lain, Allah memerintahkan kaum Muslimin agar memberi nafkah kepada mereka, di samping juga menyebutkan sifat-sifat mereka:
 
"(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui,". (al-Baqarah/2: 273).
 
Oleh karena itu, Allah menyediakan pahala yang besar untuk mereka sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis Nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda, "Berilah kabar gembira wahai kaum Muhajirin yang miskin dengan cahaya yang sempurna di hari Kiamat. Kalian masuk surga lebih dahulu setengah hari sebelum orang-orang kaya. Setengah hari (pada hari Kiamat) adalah selama lima ratus tahun (masa di dunia)." (Riwayat Abu Dawud dari Sa'id al-Khudri).

Orang yang memiliki sifat dan keadaan seperti orang Muhajirin itu ada sepanjang masa selama ada perjuangan menegakkan agama Allah. Oleh karena itu, perintah dalam ayat ini berlaku juga bagi kaum Muslimin saat ini dan kaum Muslimin di masa yang akan datang.

Beberapa contoh pujian Rasulullah SAW terhadap mukmin yang tangguh dan rela berjuang di jalan Allah antara lain:
1. Bilal bin Rabah: Bilal adalah seorang sahabat yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW karena kesetiaan dan keberaniannya. Meskipun mengalami siksaan yang berat karena keislamannya, Bilal tetap teguh dalam iman dan rela menderita demi agama Allah. Rasulullah SAW pernah mengatakan, "Aku mendengar suara langkah kaki Bilal di surga."

2. Umar bin Khattab: Umar adalah salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW dan menjadi salah satu khalifah Islam yang paling terkenal. Dia dikenal karena keberaniannya dalam membela Islam dan keadilan. Rasulullah SAW pernah bersabda tentang Umar, "Sekiranya ada seorang nabi setelahku, tentu akan ada Umar bin Khattab di antara umatnya."

3. Ali bin Abi Thalib: Ali adalah sepupu dan menantu Rasulullah SAW yang sangat dihormati oleh beliau. Dia terkenal karena keberaniannya di medan perang dan keadilannya dalam memimpin umat Islam. Rasulullah SAW pernah mengatakan tentang Ali, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya."

4. Hamzah bin Abdul Muttalib: Hamzah adalah paman Rasulullah SAW yang dijuluki sebagai "Singa Allah" karena keberaniannya dalam pertempuran. Rasulullah SAW sangat menghargai Hamzah dan menyatakan bahwa dia akan menjadi pemimpin para syuhada di surga.

Pujian Rasulullah SAW terhadap mukmin yang tangguh dan rela berjuang di jalan Allah menunjukkan betapa pentingnya sifat keberanian, keteguhan, dan kesetiaan dalam menjalankan ajaran Islam. Para sahabat yang menunjukkan ketangguhan ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tetap teguh dalam menghadapi tantangan dan mengorbankan segala-galanya demi agama Allah. Allah melukiskan orang yang konsisten dalam bingkai kebajikan sebagai pengukuh agama-Nya

Ya, dalam ajaran Islam, Allah SWT memuji orang yang konsisten dalam bingkai kebajikan sebagai pengukuh agama-Nya. Konsistensi dalam melakukan kebaikan, menjalankan ajaran agama, dan memperbaiki diri merupakan salah satu sifat yang sangat dihargai dalam Islam. Allah SWT menyatakan dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang yang konsisten dalam kebaikan dan taat kepada-Nya adalah pengukuh agama-Nya. Contohnya, dalam Surah Ali Imran (3:139), Allah berfirman:
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 

"Dan janganlah kamu lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."

Sobat, ayat ini menghendaki agar kaum Muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami pukulan berat dan penderitaan yang cukup pahit dalam Perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah hal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum Muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi serta lebih unggul jika mereka benar-benar beriman. Ayat ini menunjukkan bahwa keberanian, keteguhan, dan konsistensi dalam menghadapi rintangan dan cobaan merupakan ciri-ciri orang yang beriman. Mereka yang tidak goyah dalam menjalankan ajaran agama Allah adalah mereka yang memperkuat agama itu sendiri.

Rasulullah Muhammad SAW juga menekankan pentingnya konsistensi dalam kebaikan. Beliau bersabda, "Perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah perbuatan yang paling terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Muslim).

Dengan demikian, orang yang konsisten dalam bingkai kebajikan, baik dalam ibadah, akhlak, maupun perbuatan baik lainnya, dianggap sebagai pengukuh agama Allah. Mereka menjadi teladan bagi orang lain dan berperan dalam memperkokoh fondasi agama Islam. Oleh karena itu, konsistensi dalam berbuat baik adalah suatu hal yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Allah SWT  berfirman:

۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 
 
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah (2) : 177).

Sobat, ayat ini bukan saja ditujukkan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam. Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. 

Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur'an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.

Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:
1. a. memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.

b. memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.

c. memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.

d. memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.

e. memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.

2. Mendirikan salat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan salat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad SAW wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.

4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW.
Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk. 
 
Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. 

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Safari Ramadhan 1425 H,22 Maret 2024 di PKT Bontang, Kaltim
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar