Topswara.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Wiwing Nuraini menjelaskan bahwa cara membaca Al-Qur'an ala Rasulullah SAW dan sahabatnya yaitu dengan tartil, tilawah, qiroah, dan tadabur.
"Rasulullah SAW dan sahabatnya ketika membaca Al-Qur'an itu dilakukan sesuai dengan perintah Allah SWT, yakni dengan tartil, tilawah, qiroah, dan tadabur," tuturnya dalam Kuntum Khaira Ummah bertajuk Ramadhan Bulan Al-Qur'an, Saatnya Wujudkan Islam Kaffah di kanal YouTube Muslimah Media Center (MMC), Sabtu (22/3/2024).
Kemudian, ia mengatakan hal itu dengan mengaitkannya dengan Bulan Ramadan, dimana bulan Ramadan ini memiliki banyak sebutan, di antaranya adalah Bulan Al-Qur'an. Kenapa disebut Bulan Al-Qur'an? Karena di Bulan Ramadan ini Allah telah menurunkan Al-Qur'an. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
"Untuk apa Allah menurunkan Al-Qur'an? Begitu jelas disampaikan dalam ayat tersebut, yaitu sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelas-penjelas terhadap petunjuk itu, dan sebagai pembeda antara yang haq dan bathil," imbuhnya.
Maka dari itu katanya, supaya Al-Qur'an menjadi petunjuk, yaitu Al-furqon, maka Al-Qur'an tidak hanya dibaca, tetapi juga harus dipahami maknanya dan kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita lihat faktanya bagaimana Rasulullah SAW dahulu ketika turun Al-Qur'an, beliau membacanya dengan tartil, dipahami kemudian juga dihayati, direspons, diamalkannya sekaligus mendakwahkannya. Lantas, bagaimana dengan salah satu sahabat Rasulullah SAW, yakni Umar bin Khattab? ujarnya.
Umar bin Khattab katanya, ia mendalami surah Al-Baqarah sampai 12 tahun lamanya, kemudian beliau beralih ke surah-surah yang lainnya.
"Maka dari itu, di Bulan Suci Ramadhan ini seharusnya kita tidak hanya membaca Al-Qur'annya saja, tetapi juga berupaya untuk mempelajari dan memahami makna dan tafsirnya, kemudian mengamalkannya dan mendakwahkannya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Terlebih lagi kalau kita memahami Al-Qur'an, maka, ketika Allah SWT memerintahkan untuk membacanya sebagaimana perintah-Nya di dalam beberapa ayat Al-Qur'an," terangnya.
Pertama, katanya, dalam Al-Qur'an surah Al- Muzzammil ayat 4
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
"Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan,"
"Ayat tersebut menganjurkan membaca Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan atau tartil, yakni dengan perlahan, lancar, hati-hati, dan tenang. Kamu membaca Al-Qur'an satu, dua atau tiga ayat, demikian seterusnya hingga kamu berhenti. Itu menurut tafsir Ibnu Abbas, sehingga membaca Al-Qur'an itu adalah dengan jelas setiap hurufnya. Kalau menurut Ali bin Abi Thalib, yang disebut dengan tartil itu adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya," terangnya.
Kemudian kedua, Al-Qur'an menyebut baca itu dengan kata tilawah sebagaimana di dalam Al-Quran surah Al-Jumuah ayat 2
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata,".
"Tilawah dalam ayat tersebut artinya mengikuti. Sehingga, yang dimaksud dengan tilawah adalah membaca dengan maksud untuk mengikuti apa yang dibaca, yaitu Al-Qur'an. Oleh karenanya, Allah memerintahkan kita bukan hanya membacanya, tetapi mengikuti hukum-hukum Allah. Sehingga, ketika hukum-hukum itu berupa perintah Allah, kita kerjakan, sedangkan ketika hukum-hukum itu berupa sesuatu yang dilarang Allah, maka harus ditinggalkan," tegasnya.
Ketiga, qiroah. Perintah qiroah ada dalam Surah Al-Alaq ayat 1
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَۚ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"
Maksud iqra atau baca dalam ayat tersebut, itu bukan sekadar membacanya atau melafalkan huruf-hurufnya, tetapi yang dimaksud dengan iqra adalah membaca dengan memahami, mempelajari, menghafal, dan seterusnya dengan tujuan agar kita bisa mengamalkannya.
"Maka disinilah Al-Qur'an itu menjadi petunjuk bagi orang-orangyang bertakwa. Sehingga, kalau hanya dibaca saja, tetapi tidak dipahami maknanya, maka tidak bisa menjadi petunjuk dan jika tidak diamalkannya walaupun sudah dibaca dan dipahami, tentu tidak ada gunanya petunjuk itu," lugasnya.
Keempat, yaitu tadabur sesuai dalam Surah Shad ayat 29
كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran,".
"Dalam ayat itu maknanya adalah memperhatikan dan menghayati. Sehingga, hanya dengan merenungkan maknanya dan memikirkannya terus menerus, maka seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada di dalam Al-Quran," ulasnya.
Maka menurutnya, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan membaca Al-Qur'an itu bukan hanya membacanya, tetapi juga memahami maknanya, mempelajari, kemudian mengamalkannya dan mendakwahkannya.
"Oleh karena itu, di Bulan Suci Ramadhan ini, marilah kita memperbanyak berinteraksi dengan Al-Qur'an. Semoga dengan demikian, kita bisa menjadi Khairu Ummah yakni umat yang terbaik," tandasnya [] Nurmilati
0 Komentar