Topswara.com -- Beban hidup yang makin bertambah membuat sebagian ibu yang sampai tega melakukan tidakan kriminal, rasa kemanusiaan dan hati nurani yang sudah hilang menjual bayi demi mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
T (35), seorang ibu di Tambora, Jakarta Barat, menjual bayinya ke seseorang berinisial EM (30) karena masalah ekonomi. Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes M Syahduddi berujar, T berniat menebus bayinya dari EM setelah bekerja dan punya penghasilan.
Harapannya ketika nanti saudari T bekerja dan sudah mempunyai penghasilan, dia akan menebus bayinya dengan membayar kembali sejumlah uang Rp 4 juta," kata Syahduddi saat konferensi pers, Jumat (23/2/2024 kompas.com)
T bukanlah orang yang pertama kali menjual bayinya masih banyak hal serupa dengan T yang tega menukar anaknya dengan nilai uang yang tak seberapa, hati nuraninya sebagai seorang ibu sepertinya sudah hilang demi rupiah ia gadaikan buah hatinya.
Apakah rasa sakit dan lelah selama mengangandung bisa tergantikan dengan jumlah nominal rupiah dan melahirkan juga bukanlah suatu hal yang mudah karena harus mempertaruhkan nyawa tapi kenapa ada ibu yang tega menjual bayinya sendiri.
Sulitnya perekonomian saat ini, yang mana semua kebutuhan hidup sangat mahal, biaya kesehatan, dan pendidikan yang makin tinggi serta tidak adanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan rakyat membuat sebagian orang berpikir bagaimana cara mendapatkan uang secara cepat dan instan. Walaupun harus menggadaikan kehidupan seseorang.
Kemiskinan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat menjadikan cara berpikir mereka seperti tidak punya rasa kemanusiaan sekalipun harus menggunakan tindakan kriminal demi mendapatkan rupiah.
Menghalalkan segala cara tidak perduli walaupun anak sendiri yang dipertaruhkan, kesadaran yang telah hilang berbuat diluar akal sehat, kemiskinan yang terus-menerus telah mendekatkan manusia pada kehinaan hidup didalam sistem yang kufur ini, dan semua ini adalah buah dari sistem kapitalisme. Sistem yang makin rusak apabila diterapkan didalam kehidupan secara terus-menerus.
Peran pemerintah dalam menangani kemiskinan sepertinya setengah hati, Karena kebijakan pemerintah yang selalu saja membuat rakyat miskin makin tertindas seperti mahalnya biaya melahirkan, pendidikan, kesehatan, dan juga harga sembako yang begitu tinggi, belum lagi kebutuhan lainnya yang mendesak yang harus terpenuhi, membuat seorang ibu kehilangan nalurinya, pendek akal, otaknya tidak berfungsi karena situasi ini yang akhirnya memaksa ibu tega menjual bayinya.
Sistem demokrasi kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah berhasil menghancurkan kehidupan fitrah seorang ibu. Ibu adalah seorang pendidik yang nantinya akan melahirkan generasi emas yang cemerlang pejuang yang tahan banting dan tidak mudah putus asa.
Jadi jika ibunya dirusak karena masalah ekonomi apa lagi jauh dari nilai-nilai agama Islam maka akan mudah sekali bangsa ini dirusak, karena fungsi ibu yang sesungguhnya telah dihancurkan oleh sistem demokrasi kapitalisme.
Jika dalam sistem Islam pemimpin akan mencukupi semua kebutuhan rakyat dengan memberikan pelayanan terbaik untuk rakyatnya dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya sehingga tidak ada rakyat yang hidup miskin dan sampai tega menjual anaknya sendiri.
Rasulullah bersabda, "Imam (khalifah) adalah raa'in dan penanggung jawab urusan rakyatnya." (HR. Al- Bukhari).
Inilah mengapa kita harus kembali kepada hukum Allah dan syari'at Islam secara kafah, karena hanya Islamlah yang mampu menyelesaikan semua problematika dalam kehidupan serta dengan meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, sehingga menjauhkan kita dari perbuatan buruk dan maksiat jadi akal dan pikiran kita selalu dibimbing karena menjadikan Al-Qur'an sebagai aturan didalam hidup kita.
Waallahu a'lam bish-shawab.
Ermawati
Pegiat Literasi
0 Komentar