Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kemiskinan Menghilangkan Naluri Keibuan

Topswara.com -- Engkau merawat ibumu sambil menunggu kematiannya. Sementara ibumu merawatmu sambil mengharapkan kehidupan dan kebahagiaanmu (Umar Bin Khattab).

Ungkapan di atas tidak relevan dengan kejadian yang terjadi di Tambora, Jakarta Barat. Seorang Ibu terlibat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO). Satu diantara tersangka merupakan ibu bayi berinisial T (30) sedangkan dua tersangka lainnya adalah EM (30) dan AN (33). 

Pelaku menyasar ibu hamil dari keluarga yang ekonominya lemah. Perkenalan T dengan pelaku utama kasus ini bermula dari grup media sosial. Saat itu T yang tengah hamil 8 bulan kesulitan untuk membayar biaya persalinannya di salah satu rumah sakit di Jakarta Barat. T menjual bayinya sendiri kepada EM seharga Rp. 4.000.000,00 ( Berita satu, 25/02/2024).

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesja (LPAI) Seto Mulyadi menyebutkan bahwa terungkapnya kasus perdagangan bayi oleh Polres Metro, Jakarta Barat merupakan fenomena gunung es. Menurutnya, meskipun terdapat lima bayi yang diamankan dalam perdagangan gelap tersebut, masih banyak kasus serupa yang belum terungkap lantaran tidak tercium aparat berwenang. (Republika. 24/02/2024)

Ini bukan kasus pertama yang terjadi, sudah beberapa kali terjadi, tempatnya pun tak hanya di ibukota. Penyebab utama seorang ibu tega menjual anaknya dengan harga yang tidak seberapa hanya karena faktor ekonomi, mereka tergiur dengan jumlah rupiah yang ditawarkan oleh sang penadah bayi.

Rasa sakit yang dahsyat yang dialami seorang ibu dalam prosesi melahirkan bahkan bisa merenggut nyawanya, ataupun pengorbanan selama hamil yang dialami, seolah-olah semua kesakitan itu hilang tidak berbekas hanya dengan mendapatkan sejumlah nominal rupiah yang tidak seberapa. Sungguh tidak masuk akal.

Kemiskinan mengakibatkan hilangnya naluri keibuan. Kemiskinan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi ini adalah buah penerapan sekulerisme dan sistem ekonomi kapitalisme.

Kehidupan dalam sistem ini membuat akal sehat menjadi tidak berfungsi. Semua acara dilakukan untuk memperoleh rupiah dan keuntungan di dunia walaupun dengan melakukan tindakan ilegal bahkan tidak bermoral.

Lagi-lagi dengan sistem ini, meruntuhkan fungsi seorang ibu. Ibu terjebak dalam lingkaran materialisme. Uang menjadi menjadi tujuan utama demi memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi iman dan mental ibu yang lemah akibat seluruh tatanan kehidupan yang dijauhkan dari agama, maka ibu menggadaikan nalurinya untuk menyerah pada keadaan saat ini. Jadilah fungsi ibu harus dikorbankan.

Tidak kalah jahatnya dalam sistem kapitalisme ini membuat alur kehidupan kacau yang mana si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin. Maka penderitaan orang miskin membuat mereka semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka salah satu ibu mengeraskan hatinya untuk tega melakukan TPPO terhadap bayinya sendiri. Sungguh sangat miris.

Berbeda dengan Islam, Islam menjadikan negara wajib mewujudkan kesejahteraan individu per individu. Negara hadir untuk melayani dan mengurusi kebutuhan rakyat, melindungi kaum yang lemah dan mencegah terjadinya kezaliman dengan penerapan aturan Islam yang komprehensif, sesuai dengan hadis Rasulullah, " Imam (khalifah) adalah raa'in dan penanggung jawab urusan rakyatnya." (HR. Al- Bukhari).

Negara akan mengangkat beban ekonomi yang terlampau berat dari punggung - punggung rakyat dan menempatkan di atas bahu pemimpin yang kuat. Sistem ekonomi Islam telah menawarkan kebijakan ekonomi sehat yang telah teruji oleh waktu, mampu mengangkat dari derita kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan ekonomi.

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang mencetak individu yang beriman dan bertakwa, sabar dalam menghadapi ujian, menjauhi kejahatan dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
 
Tidak kalah pentingnya, Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan membuat jera pelaku sehingga dapat mencegah orang melakukan kejahatan. Maka jika aturan Islam diterapkan secara total dan sempurna disemua aspek kehidupan, fungsi dan peran ibu akan terjaga dan berjalan sebagaimana mestinya. Tidak akan ada lagi naluri ibu yang tergadaikan karena kemiskinan.

Wallahu'alam bish shawab.


Oleh: Irma Legendasari
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar