Topswara.com -- Lebih dari 140 hari zionis Israel membombardir rakyat Palestina tanpa henti. Puluhan ribu rakyat sipil dari anak-anak hingga orang tua tak luput dari serangan tersebut. Ironisnya, umat muslim dunia seolah tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu saudaranya. Bahkan, islamofobia makin meningkat di berbagai belahan dunia.
Sejak serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, kasus Islamofobia meningkat sehingga 2.010. Yang mana tadinya hanya 600 menjadi 335 persen. Dampak ini sangat memprihatinkan, sehingga dapat meningkatkan kebencian terhadap umat muslim. Hal ini tentu tidak dapat diterima, harapan kami hendaknya para pemimpin politik bersuara untuk menyampaikan pesan yang jelas dengan adanya anti muslim dan anti-semitisme tidak diterima di negara kita. ((23 /2/24)viva.co.id)
Fakta bahwa umat muslim di benua lainnya tidaklah dalam keadaan baik-baik saja. Terbukti bahwa organisasi Tell MAMA di Inggris mengamati melonjaknya sikap anti muslim itu meningkat tiga kali lipat semenjak serangan zionis terhadap Palestina dengan jumlah 2.020 kasus yakni dari 901 kasus yang offline kemudian 1.109 yang terjadi di dunia Maya. (VOA Indonesia, 23-2-2024).
Begitupun muslim Swedia juga merasakan hal yang sama, yakni masjid di Stockholm Swedia mengalami sebuah ancaman pembunuhan yang tertulis di pintu masjid. Tidak hanya itu muslim di sana juga menerima surat yang isinya zat seperti bubuk dan kiriman bom palsu. (Viva,23/2/24)
Islamofobia bahkan terus digaungkan saat umat Islam menjadi korban kezaliman zionis. Meski hari anti Islamophobia telah ditetapkan oleh PBB, namun dunia tidak bergeming. Bukankah muslim di Palestina kini mengalami penderitaan sudah cukup lama, tapi mengapa penjajahan itu tak kunjung usai justru malah semakin menjadi.
Lebih mirisnya lagi, penduduk dunia yang mayoritasnya Islam sepertinya tidak mampu berbuat apa-apa. Meskipun ada lembaga perdamaian dunia PBB, namun umat muslim tidak memperoleh perlindungan sebagaimana mestinya. Bukankah ini membuktikan bahwa dunia saat ini tidak mampu menjadi pelindung bagi umat manusia khususnya umat muslim.
Di sisi lain hal ini menunjukkan lemahnya PBB untuk menghilangkan kejahatan yang demikian besar dari menjaga umat manusia. Inilah buah dari sistem kufur yakni kapitalisme yang tidak akan pernah bisa bersanding dengan Islam. Karena wujud sifat dari kapitalisme hanya ingin meraih materi belaka.
Mereka akan menghalalkan segala cara demi meraih kepentingannya. Terbukti bahwa abainya pemimpin dunia saat ini dengan membiarkan kaum muslim bercerai berai.
Bahkan ikatan nasionalisme dan sistem politik demokrasi lebih mereka gaungkan ke dunia Islam. Bahkan tidak cukup sampai disitu dan ini bukan menjadi sebuah rahasia lagi tentunya, di mana mereka itu malah memasukkan Israel ke tengah pemukiman kaum muslim di wilayah Palestina. Dengan demikian tentu kaum muslim di Timur tidak akan pernah bersatu sebab stabilitas keamanan terus dilemahkan.
Semenjak runtuhnya khilafah di Turki Utsmani pada Maret 1924, kaum muslim menjadi sasaran kebencian oleh musuh-musuh Islam. Sebelum runtuhnya khilafah saat itu umat muslim senantiasa merasakan keamanan dimanapun berada. Setiap ada tindakan yang menyangkut ketidak nyamanan semisal teraniaya, maka seorang khalifah saat itu langsung mengirimkan pasukan untuk membelanya.
Inilah bukti bahwa saat itu seorang khalifah mampu menundukkan dunia, sehingga semua negara tidak berani melawan nya. Khalifah menerapkan sistem Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan as-sunnah. Tentu berbeda jauh dengan sistem saat ini, di mana negara adidaya saat ini justru menyengsarakan rakyat nya, karena mereka para penguasanya justru mengeruk SDA dan menyebarkan ketakutan.
Khilafah adalah sebagai junnah (perisai)yang akan senantiasa melindungi kaum muslim dari segala macam bahaya. Oleh sebab itu dengan adanya masalah yang dihadapi oleh Palestina, islamophobia, dan lain-lain, tidak akan pernah usai jika umat Islam tidak mempunyai junnah (perisai) yang kokoh. Perisai tersebut adalah khilafah sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“Sebagai kaum yang beriman kepada Allah, sudah selayaknya kita percaya bahwa janji Allah tentang berita kemenangan Islam akan segera datang. Berita gembira pun pernah Rasulullah saw. sampaikan, “‘Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa kekhalifahan ‘ala minhaj an-nubuwwah, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang zalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa raja diktator (pemaksa), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Kemudian datanglah masa Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (khilafah yang berjalan di atas metode kenabian).’ Setelah itu, beliau (saw.) diam.” (HR Imam Ahmad).
Tenanglah wahai kaum muslim, janji Allah SWT pasti datang. Seluruh kaum muslim insyaallah akan terselamatkan, Palestina akan terbebaskan,dan islamophobia akan sirna. Yang menjadi pertanyaan akankah kita itu yakin dengan janji tersebut atau justru mengingkarinya.
Lalu apa peran kita dalam menyambut datangnya janji Allah SWT itu, apakah kita termasuk yang menjadi pemain yakni sebagai pejuang, atau hanya sebagai penonton yakni hanya sebagai simpatisan (pendukung) saja, atau justru kita menjadi pecundang yakni yang menjadi penghalang dari datangnya janji Allah SWT itu?
Sobat maka mulai saat ini tentukanlah peran kita tuk menjadi pejuang khilafah yang sudah menjadi janji Allah SWT.
Wallahu a'lambisshawab []
Oleh: Elyarti
Aktivis Muslimah
0 Komentar