Topswara.com -- Sobat. Pernyataan "Bahwa hidup adalah sempurna, maka setiap kejadian syukurilah" mencerminkan filosofi atau pandangan hidup yang melihat segala sesuatu dalam kehidupan sebagai bagian dari sebuah kesempurnaan atau rencana yang lebih besar. Ini mencerminkan sikap positif dan penerimaan terhadap segala situasi yang terjadi, baik itu baik atau buruk, karena dipercaya bahwa semuanya memiliki tujuan atau hikmahnya masing-masing.
Pendekatan ini sering kali diasosiasikan dengan pandangan spiritual atau filosofis tertentu, yang mengajarkan bahwa kita harus bersyukur atas setiap pengalaman hidup karena semuanya berkontribusi pada pertumbuhan dan pembelajaran kita sebagai individu.
Namun, penting untuk diingat bahwa pandangan ini bisa menjadi subjektif dan konteksual. Beberapa orang mungkin merasa sulit untuk bersyukur dalam situasi yang sulit atau menyakitkan, dan itu juga wajar. Yang penting adalah bagaimana kita merespons dan belajar dari setiap situasi yang kita hadapi, dengan harapan bisa tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Bersyukur atas Apa yang Sudah di Dapatkan Saat Ini
Bersyukur atas apa yang sudah didapatkan saat ini adalah sikap yang sangat positif dan bermakna dalam menjalani kehidupan. Ketika kita menghargai dan bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini, kita membuka pintu bagi rasa puas dan kebahagiaan dalam hidup.
Banyak hal dalam hidup yang bisa menjadi objek rasa syukur, mulai dari hal-hal yang besar seperti kesehatan, keluarga, dan pencapaian dalam karier, hingga hal-hal yang lebih kecil seperti momen kecil kebahagiaan sehari-hari atau kesempatan untuk belajar dan tumbuh sebagai individu.
Bersyukur tidak hanya membantu kita melihat sisi positif dalam hidup, tetapi juga memperkuat rasa kedamaian dan kepuasan dalam diri kita sendiri. Dengan bersyukur, kita memperkuat sikap positif dan membangun fondasi untuk memandang masa depan dengan lebih optimis.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Sobat. Ayat ini menghendaki agar kaum Muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami pukulan berat dan penderitaan yang cukup pahit dalam Perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah hal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum Muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi serta lebih unggul jika mereka benar-benar beriman.
Isilah dengan Aktivitas-Aktivitas yang Bermanfaat
Tentu, berikut adalah beberapa contoh aktivitas yang bermanfaat yang bisa menjadi objek rasa syukur:
1. Meditasi dan Refleksi: Bersyukur atas kesempatan untuk bermeditasi dan merenung, yang membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kesejahteraan mental.
2. Berolahraga: Bersyukur atas kesehatan yang memungkinkan kita untuk berolahraga dan merawat tubuh.
3. Belajar dan Membaca: Bersyukur atas akses terhadap pengetahuan dan literatur yang membantu kita terus tumbuh dan berkembang.
4. Bekerja dengan Semangat: Bersyukur atas pekerjaan atau aktivitas yang memberi kita kesempatan untuk berkontribusi dan merasa bernilai.
5. Berbagi dengan Orang Lain: Bersyukur atas kesempatan untuk berbagi waktu, pengetahuan, atau sumber daya dengan orang lain, memperkaya hubungan sosial dan membantu sesama.
6. Menyalurkan Kreativitas: Bersyukur atas kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui seni, musik, tulisan, atau aktivitas kreatif lainnya.
7. Menjaga Lingkungan: Bersyukur atas alam dan lingkungan sekitar yang memberi kita keindahan dan kesempatan untuk merawatnya.
8. Mengabdi kepada Masyarakat: Bersyukur atas kesempatan untuk melakukan seva (pelayanan tanpa pamrih) atau berkontribusi dalam kegiatan amal yang membantu mereka yang membutuhkan.
9. Menjaga Keseimbangan Hidup: Bersyukur atas kesempatan untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan, waktu luang, dan waktu bersama keluarga atau teman-teman.
10. Menghargai Momen Kecil: Bersyukur atas momen-momen sederhana seperti matahari terbit, senyum seorang anak, atau secangkir kopi di pagi hari.
Dengan bersyukur atas aktivitas-aktivitas ini, kita dapat lebih menghargai setiap aspek kehidupan kita dan mengalami kebahagiaan yang lebih besar dalam menjalani hari-hari kita.
Jangan Berfokus pada Kekurangan Diri Kita, Fokuslah pada Kelebihan yang Kita Miliki
Benar sekali, berfokus pada kelebihan yang kita miliki adalah kunci untuk memperkuat rasa percaya diri, kesejahteraan mental, dan kebahagiaan secara keseluruhan. Ketika kita terlalu banyak memusatkan perhatian pada kekurangan atau kelemahan diri, hal itu dapat mengurangi rasa percaya diri dan motivasi kita untuk berkembang.
Dengan mengalihkan fokus kepada kelebihan kita, kita dapat:
1. Membangun Kebanggaan Diri: Mengakui dan menghargai kelebihan kita membantu kita merasa bangga dengan diri sendiri dan meningkatkan harga diri.
2. Memotivasi Diri Sendiri: Mengetahui apa yang kita lakukan dengan baik dapat menjadi sumber motivasi untuk terus berkembang dan meningkatkan diri.
3. Mengatasi Rasa Takut dan Ketidakpastian: Kesadaran akan kelebihan kita dapat membantu kita mengatasi rasa takut dan ketidakpastian yang mungkin timbul dalam menjalani hidup.
4. Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi: Dengan mengandalkan pada kelebihan kita, kita dapat menggunakan kekuatan tersebut untuk menciptakan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan.
5. Meningkatkan Hubungan Sosial: Kelebihan individu seringkali dapat menjadi titik panggilan dalam hubungan sosial, memungkinkan kita untuk berkontribusi dalam interaksi dengan orang lain.
6. Membantu Orang Lain: Dengan mengenali dan menggunakan kelebihan kita, kita dapat lebih efektif dalam membantu orang lain dan berkontribusi pada kemajuan komunitas kita.
Mengenali dan menghargai kelebihan kita tidak berarti kita mengabaikan kekurangan atau kelemahan kita, tetapi lebih kepada menempatkan fokus pada aspek-aspek positif yang kita miliki. Dengan demikian, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan yang berkelanjutan.
Berfokus pada karya terbaik yang membuat Allah dan Rasul-Nya layak mencintai kita.
Benar, berfokus pada karya terbaik yang membuat Allah dan Rasul-Nya layak mencintai kita merupakan prinsip yang penting dalam menjalani kehidupan berdasarkan ajaran agama Islam. Dalam Islam, ditekankan pentingnya berusaha melakukan kebaikan, bermanfaat bagi sesama, dan mematuhi ajaran agama sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan sebagai jalan untuk mendapatkan rahmat-Nya.
Berikut adalah beberapa cara untuk berfokus pada karya terbaik yang membuat Allah dan Rasul-Nya layak mencintai kita:
1. Amal Shalih: Berupaya untuk melakukan amal shalih yang termasuk dalam perintah Allah, seperti menunaikan shalat, berpuasa, membayar zakat, dan menjalankan ibadah haji (jika mampu).
2. Akhlak Mulia: Mengembangkan akhlak yang mulia dan menjauhi perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti jujur, dermawan, sabar, dan berakhlak baik terhadap sesama.
3. Menjaga Hubungan dengan Allah: Memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, doa, dan taqwa (takwa kepada Allah).
4. Menjaga Hubungan dengan Sesama: Berbakti kepada sesama manusia, membantu yang membutuhkan, dan menjaga keadilan serta perdamaian dalam hubungan sosial.
5. Menghormati Rasulullah: Menghormati dan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW, baik dalam perilaku sehari-hari maupun dalam ibadah.
6. Membaca dan Memahami Al-Quran: Membaca, mempelajari, dan memahami Al-Quran serta mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.
7. Menyebarkan Kebaikan: Berusaha menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai Islam kepada orang lain, baik melalui tindakan nyata maupun dakwah yang baik dan santun.
8. Menghindari Perbuatan Dosa: Menjauhi perbuatan dosa dan menjaga diri dari godaan yang dapat memalingkan dari jalan Allah.
Dengan berfokus pada melakukan karya terbaik yang sesuai dengan ajaran agama Islam, kita dapat mendapatkan rahmat dan cinta Allah SWT serta mencapai keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Sobat. Sekarang katakan kepada diri anda bahwa saat ini kehidupan Anda sempurna dan teruskan pantaskan diri menjadi umat yang terbaik. Sebagaimana firman Allah SWT:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran (3): 110)
Sobat. Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah-belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka.
Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (al-hujurat/49: 15)
Jadi ada dua syarat untuk menjadi umat terbaik di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.
Ahli kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang fasik, tidak mau beriman, mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada sebagiannya yang lain, atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada Nabi Muhammad saw.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spirtual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar