Topswara.com -- Tidak hanya berita pemilu saja yang rame tetapi setelah pemilu justru lebih rame, banyak caleg dari berbagai daerah khususnya Kota Depok yang gagal dan berakhir menjadi stres.
Banyak caleg di Kota Depok yang mengalami stres karena gagal melenggang ke DPRD. Penyebab caleg stres salah satunya karena harapan yang terlalu tinggi.
Calon legislatif (caleg) yang mengalami stres karena kalah bertarung dalam pemilihan umum legislatif atau pileg 2024 terus bertambah di wilayah kota Depok, Jawa Barat (Jabar). Demikian kata Icuk Pramana Putra Caleg dari partai Solidaritas Indonesia (PSI). Minggu (3/3/24 mediaindonesia.com)
Euforia pemilihan umum 2024 telah usai namun tidak semua bisa menerima dengan senang hati dan berlapang dada, karena kemenangan hanya satu yang bakal terpilih sebagai presiden dan wakilnya.
Karena tidak dapat menerima kekalahan dan banyak juga masalah yang akan dihadapi pasca pemilu, sehingga membuat caleg di beberapa daerah yang mengalami depresi karena kesehatan mental yang terganggu akibat dari gagal nyaleg yang berakhir stres. Dan tidak sedikit uang yang telah mereka keluarkan agar bisa menjadi anggota legislatif baik di pusat ataupun daerah.
Demi mendapatkan kekuasaan dan jabatan mereka rela mengeluarkan uang yang cukup fantastis, bahkan sampai rela meminjam uang hanya untuk melanggengkan usahanya.
Maka dari itu banyak dari caleg ini yang meminta uangnya kembali kalau tidak mereka merusak apa yang telah mereka buat sebelum pemilu atau yang paling ekstrim meneror warga daerah tersebut dengan petasan yang hasil suaranya anjlok. Seperti yang telah di lakukan oleh seorang DPRD Subang (Jawa Barat).
Sungguh miris sekali jika kita mendengar penomema kegagalan caleg ini yang berakibat patal pada dirinya dan kehidupannya semua dilakukan hanya untuk jabatan.
Sistem demokrasi kapitalisme yang selalu dipuja-puja serta menganggap kekuasaan dan meteri lebih berharga dari apapun. Padahal yang ada hanya kesempitan dan kesengsaraan dalam hidup, makanya kenapa banyak caleg yang tidak siap menerima kegagalan, karena berbagai cara mereka lakukan, waktu, tenaga, dan materi itu semua untuk mendapatkan tujuannya, tidak peduli halal atau haram yang penting kekuasaan dan jabatan yang mereka inginkan dapat terwujud.
Yang namanya permainan pasti ada yang menang dan kalah dan mereka yang kalah tidak bisa menerima kenyataan pahit yang kemudian berakhir stres.
Inilah akhir dari kondisi para caleg yang kalah dalam pilpres karena memikirkan utang yang besar, jabatan, dan kekuasaan yang mereka puja tak bisa dimiliki.
Sistem demokrasi yang kejam dan kufur serta tidak manusiawi tetapi masih banyak saja orang yang mendambakannya demi popularitas dan kemewahan hidup dunia, negara yang berdaulat tetapi telah dirusak oleh sistem yang diadopsi dari kapitalisme.
Sekularisme yang katanya bersemboyan demokrasi adalah mendengarkan suara rakyat tetapi mana buktinya, segala peraturan dan kebijakan justru menyengsarakan rakyat.
Sudah makin terlihat jelas kerusakan dalam sistem demokrasi kapitalisme, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan dan sistem yang mengubah cara pandang seseorang yang lebih percaya hukum buatan manusia dari pada hukum buatan Allah.
Apakah mungkin keadilan akan didapatkan dari mereka yang hari ini bersaingan untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan sedangkan dari awal saja sudah terlihat curang dengan berbagai cara mereka lakukan agar dapat tercapai tujuan dan kepentingan mereka, dan perlu kita ketahui juga pada dasarnya sistem demokrasi ini telah rusak jadi akan semakin merusak bila diterapkan.
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Andai saja penduduk negeri -negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan membuka untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka telah mendustakan (ayat-ayat kami). Karena itu kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang telah mereka perbuat. (TQS al-A'raf [7]: 96).
Didalam Islam juga ada pemilihan tetapi tidak seperti saat ini, tidak ada persaingan dan tidak menggunakan uang serta tidak membutuhkan waktu lama dan juga tidak ribet seperti saat ini.
Semua suara diambil kesadaran dan kesepakatan bersama karena orang yang dipilihpun bukanlah sembarang ia memiliki kemampuan dan kecakapan serta wawasan yang tinggi tetapi yang terlebih penting dari itu semua ia menjadikan ideologi Islam sebagai aturan dalam hidupnya.
Waallahu a'lam bish-shawab.
Ermawati
Aktivis Muslimah
0 Komentar