Topswara.com -- Sobat, jadilah hamba terpilih. Bahkan, yang terpilih di antara yang terpilih. Caranya sirnakan kehendak dan hasrat pribadimu. Berjuanglah untuk selalu dekat kepada Allah SWT. Kedekatan-Nya itu tidak terlihat olehmu dan kau terus tenggelam di hadirat-Nya.
Sobat, betapa banyak nikmat yang telah kauterima dan tak kausadari! Jangan merasa bahagia dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan ceritakan ihwalmu kepada siapa pun. Tujukan cintamu hanya kepada-Nya, berbahagialah hanya dengan-Nya, dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim (14) : 34).
Sobat, sebagai nikmat Allah juga ialah Dia telah menyediakan bagi manusia segala yang diperlukannya, baik diminta atau tidak, karena Allah telah menciptakan langit dan bumi ini untuk manusia. Dia menyediakan bagi manusia segala sesuatu yang ada, sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan kapan dikehendaki. Kadang-kadang manusia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keperluan pokoknya, dimana tanpa keperluan itu, ia tidak akan hidup atau dapat mencapai cita-citanya. Keperluan seperti itu tetap dianugerahkan Allah kepadanya sekalipun tanpa diminta. Ada pula bentuk keperluan manusia yang lain yang tidak mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan berdoa, karena itu diperlukan usaha manusia untuk memperolehnya.
Sobat, sangat banyak nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, sehingga jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup. Oleh karena itu, hendaknya setiap manusia menyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Menyukuri nikmat Allah yang wajib dilakukan oleh manusia itu bukanlah sesuatu yang diperlukan oleh Allah SWT. Allah Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari manusia, tetapi kebanyakan manusia sangat zalim dan mengingkari nikmat yang telah diberikan kepadanya.
Sobat, Saydina Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata :
1. Manisytaaqa ilal jannah saaro’a ilal khoiraati. Siapa yang merindukan surga, dia akan bersegera melakukan kebaikan.
2. Waman asfaqa minan naari intaha ‘anisysyahawaati. Siapa yang takut siksa neraka, dia akan berhenti mengikuti hawa nafsu.
3. Waman tayaqqana bil mawti inhadamat ‘alayhilladzdzaatu. Siapa yakin datangnya kematian, dia tidak akan terlena dengan kesenangan dunia.
4. Waman ‘arofad dunyaa haanat ‘alayhil mushiybaatu. Siapa yang mengetahui bahwa dunia adalah tempat ujian, semua musibah akan dirasa ringan.
Sobat, bila hikmah ilmumu makin tinggi, keyakinanmu makin teguh, dan hatimu makin tercerahkan, maka kau mendapatkan maqam yang lebih dekat kepada-Nya. Dia akan memberimu kemampuan “melihat ke depan” , sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas perjuanganmu. Ini hanyalah sebagian ridha-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. “ ( QS. Al-‘Ankabut (29) : 69).
Sobat, ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak.
Allah berfirman:
"(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-hajj/22: 40).
Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.
Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya:
"Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 47).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya.
Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan.
Sobat, Utsman bin Affan ra berkata, “Aku telah menemukan nikmatnya beribadah dalam empat hal: Pertama. Dalam menunaikan kewajiban-kewajiban Allah, baik yang ringan maupun yang berat. Kedua. Dalam menjauhi larangan-larangan Allah. Baik yang kecil maupun yang besar. Ketiga. Dalam menyeru pada yang ma’ruf, karena mengharap pahala dari Allah. Keempat. Dalam mencegah kemungkaran. Baik dengan perkataan maupun perbuatan dan menjauhkan diri dari murka Allah SWT.”
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis 30 Buku mengenai motivasi dan pengembangan diri. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo).
0 Komentar