Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Belajar dari Nabi Nuh Keteguhan dan Keistiqamahan



Topswara.com -- Sobat. Belajar dari kisah Nabi Nuh keteguhannya dalam berdakwah dan membina umatnya. Telah popular bagi kita bahwa kisah Nabi Nuh AS identik dengan bahtera dan banjir bandang. Tentu saja, bahtera itu adalah sesuatu yang menyelamatkan Nabi Nuh As, keluarganya, dan makhluk-makhluk yang naik ke dalamnya dari banjir bandang yang membinasakan penduduk bumi. 

Banjir bandang tersebut terjadi karena Allah SWT berkehendak untuk memberikan azab kepada kaum Nabi Nuh As yang mendustakan perintah Allah SWT. Selain itu mereka juga mendustakan Nabi Nuh As sebagai penyebar risalah Allah SWT.
 
Kisah Nabi Nuh (Noah) dalam dakwah dan membangun umatnya memiliki banyak pelajaran berharga yang bisa diambil. Berikut beberapa pembelajaran yang bisa dipetik dari keteguhan Nabi Nuh dalam berdakwah:

1. Keteguhan dan Kesabaran: Nabi Nuh menunjukkan keteguhan dan kesabaran yang luar biasa selama berabad-abad dalam dakwahnya kepada kaumnya. Meskipun dihadapkan dengan penolakan dan ejekan dari kaumnya, ia terus berjuang tanpa merasa putus asa.

2. Keberanian untuk Menentang Kesalahan: Nabi Nuh memiliki keberanian untuk menentang kesalahan yang melanda masyarakatnya, meskipun itu berarti ia harus menghadapi tekanan dan konflik. Ini menunjukkan bahwa sebagai pembawa risalah, kita harus berani berbicara dan bertindak untuk memperbaiki yang salah meskipun dihadapkan dengan tantangan.

3. Konsistensi dalam Dakwah: Nabi Nuh tetap konsisten dalam menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada kaumnya, meskipun tidak langsung melihat hasilnya. Ini mengajarkan kita pentingnya konsistensi dan kesabaran dalam berdakwah, bahkan ketika tidak ada yang langsung memperhatikan atau merespons.

4. Kepatuhan dan Kepedulian terhadap Tugas Ilahi: Meskipun kaumnya menolak dan memusuhi ajarannya, Nabi Nuh tetap patuh dan setia pada tugas yang telah diberikan kepadanya oleh Allah. Ini mengajarkan kita pentingnya mengutamakan ketaatan kepada Allah dalam setiap tindakan dan keputusan kita.

5. Komitmen terhadap Kesejahteraan Umat: Nabi Nuh tidak hanya berdakwah untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi juga untuk menyelamatkan umatnya dari kebinasaan. Ini menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan, bukan hanya kepentingan individu.

6. Ketaatan kepada Perintah Tuhan: Nabi Nuh menaati perintah Allah untuk membangun bahtera meskipun masyarakatnya menertawakannya. Ini menunjukkan bahwa kita harus selalu taat kepada perintah-perintah Allah, bahkan jika itu terlihat aneh atau tidak masuk akal di mata orang lain.

7. Tawakkal dan Kepercayaan pada Allah: Nabi Nuh menunjukkan tingkat tawakkal dan kepercayaan yang tinggi kepada Allah, percaya bahwa jika ia melaksanakan tugasnya dengan baik, Allah akan memeliharanya dan memberikan hasil yang terbaik.

Kisah Nabi Nuh mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan, kesabaran, konsistensi, keberanian, ketaatan, komitmen, dan kepercayaan kepada Allah dalam menjalankan tugas dakwah dan membangun umat.

Hikmah dibalik perintah Allah kepada Nabi Nuh untuk membangun sebuah bahtera atau kapal.

Perintah Allah kepada Nabi Nuh untuk membangun sebuah bahtera atau kapal memiliki beberapa hikmah yang mendalam:

1. Ujian Ketaatan: Perintah ini adalah ujian bagi ketaatan dan kepatuhan Nabi Nuh kepada Allah. Allah menguji kesetiaan dan ketaatan Nabi Nuh dengan memberinya tugas yang tidak biasa dan sulit, yaitu membangun bahtera di daratan yang kering.

2. Pemberian Peringatan: Bahtera yang dibangun oleh Nabi Nuh merupakan simbol dari peringatan kepada kaumnya tentang datangnya azab yang besar berupa banjir besar. Dengan membangun bahtera, Nabi Nuh secara simbolis menyampaikan pesan kepada kaumnya bahwa mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana yang akan datang dan bertaubat kepada Allah.

3. Pelajaran tentang Persiapan dan Perlindungan: Pembangunan bahtera juga memberikan pelajaran tentang pentingnya persiapan dan perlindungan terhadap bencana. Bahtera itu sendiri menjadi sarana untuk melindungi Nabi Nuh, keluarganya, dan hewan-hewan yang Allah perintahkan untuk diselamatkan dari banjir besar yang akan datang.

4. Simbol Kehidupan Baru: Bahtera juga bisa dianggap sebagai simbol kehidupan baru setelah bencana. Setelah banjir, bahtera menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan hewan yang tersisa. Hal ini mengajarkan tentang harapan dan kebangkitan setelah cobaan dan kesulitan.

5. Keadilan Allah: Bahtera juga menunjukkan keadilan Allah dalam menyelamatkan orang-orang yang beriman dan taat kepada-Nya. Nabi Nuh dan keluarganya diselamatkan karena keimanannya, sementara orang-orang yang mendustakan dan menolak ajaran-Nya diliputi oleh azab.

Dengan demikian, perintah Allah kepada Nabi Nuh untuk membangun bahtera memiliki banyak hikmah, termasuk sebagai ujian ketaatan, peringatan kepada kaumnya, pelajaran tentang persiapan dan perlindungan, simbol kehidupan baru, dan pengajaran tentang keadilan Allah.

Inilah Doa Nabi Nuh As yang diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an:

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ  

“Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Hud (11): 47)

Sobat. Pada ayat ini diterangkan anggapan Nabi Nuh a.s. terhadap teguran Allah yang berisi penolakan atas permohonannya, agar anaknya Kan’an diselamatkan dari topan. Demikianlah, setelah Nabi Nuh a.s. mengetahui dari Allah hakikat anaknya tempatnya. Ia berlindung kepada Allah supaya dapat menjaga dirinya agar tidak menyampaikan itu, maka ia memohon ampun kepada-Nya tentang kekhilafan dan kesalahannya dalam memohonkan sesuatu yang tidak pada permohonan yang sifatnya serupa dengan kesalahannya itu. 

Pada akhir permohonan ampun itu, dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, ia menyatakan penyesalannya kepada Allah. Jika kesalahannya tidak diampuni Tuhan, niscaya ia termasuk golongan orang yang merugi, sebab kesalahannya itu hanya didorong oleh perasaan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya dan ingin supaya anaknya mendapat rahmat Allah.

Allah SWT berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ  

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66) : 6 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.

Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah:
 
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. (thaha/20: 132)
 
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (asy-Syu'ara'/26: 214)

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, 'Umar berkata, "Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?" Rasulullah saw menjawab, "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. 

Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.

Sobat. Kita bisa belajar keteguhan dan pantang menyerah Nabi Nuh dalam mendidik anaknya dan umatnya. Apa pun hasilnya, kita harus tetap berikhtiar. Segera bertaubat jika bersalah dan sering bersyukur ketika mendapatkan nikmat.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis 30 Buku mengenai motivasi dan pengembangan diri. Safari Ramadhan 1425 H, 21 Maret 2024 di PKT, Bontang Kaltim 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar