Topswara.com -- Salah satu musibah yang menimpa umat Islam hari ini adalah diamnya ulama terhadap kebatilan dan kemungkaran yang banyak terjadi di masyarakat. Khusunya kemungkaran yang dilakukan para penguasa.
Banyak orang tidak mau melakukan amar makruf nahi mungkar tentu banyak alasan. Diantaranya karena tidak berani alias takut terhadap konsekuensinya. Takut tidak populer sehingga dijauhi pengikutnya. Takut tidak mendapat bagian dari pemberian para penguasa. Atau takut diperlakukan buruk oleh para penguasa.
Oleh karena itulah berani menyampaikan Al Haq merupakan salah satu bekal penting pengemban dakwah. Se alim apapun seorang pengemban dakwah jika diam saja pada saat harus bicara maka ilmunya seolah tak berguna.
Baginda Nabi Muhammad Saw telah memerintahkan kepada kita untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِى أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِى وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِى وَأَمَرَنِى أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَداً شَيْئاً وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَخَافَ فِى اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَأَمَرَنِى أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ
Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku: (1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar, (4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, (5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.” (HR. Ahmad 5: 159)
Pengemban dakwah adalah manusia pilihan yang menjaga pemikiran dan perasaan umat agar sesuai Islam. Agar tidak menyimpang dari Islam. Meskipun harus berhadapan dengan penguasa zalim sekalipun. Bahkan menasehati penguasa zalim merupakan jihad yang paling utama.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011).
Para ulama terdahulu telah banyak mencontohkan kepada kita agar kita berkata benar. Diantaranya para sahabat seperti Abu Dzar Al Ghifari ra yang tanpa takut sedikitpun mengoreksi Khalifah Muawiyah Ra. Juga seorang tabiin Said bin Jubair rahimahullah yang berani menasehati Hajaj bin Yusuf Ats Tsaqofi yang kejam itu. Meskipun beliau akhirnya dibunuh oleh Hajaj. Begitulah para pengemban dakwah sepanjang jaman harus berani berkata benar.
Namun berani beda dengan ngawur. Berani tetap dilakukan dengan segala perhitungan yang matang bagaimana menghadapi problem dakwah yang ada. Sementara ngawur hanya sekedar berani tanpa berpikir tentang bagaimana menyelesaikan problem dakwah secara keseluruhan.
Semoga kita Istiqamah ya Sobat. Selamat berjuang. Ngaji yuk![]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar