Topswara.com -- Pondok hingga hari ini merupakan pilihan pendidikan yang terfavorit dimayoritas orang tua hari ini, karena pondok memiliki beberapa kelebihan dalam pendidikan dibandingkan yang tidak mondok.
Apalagi terkait dengan kurikulum pendidikan yang menanamkan keimanan dan ketakwaan serta membangun habit keseharian menjadi seorang muslim yang saleh, pondok menjadi daya tarik tersendiri.
Ditambah lagi keberadaan para ustaz/ustazah yang hanif, rajin beribadah dan memiliki kekayaan tsaqafah Islam membuat ayah bunda sangat besar harapan mereka menitipkan anak-anak di pondok. Dan masih banyak keunggulan lainnya yang hanya dimiliki oleh pondok.
Namun realitasnya, walau banyak keunggulan pondok ini tidak serta merta anak menjadi bertambah keshalihannya, sejumlah persoalanpun bisa terjadi pada anak karena pondok bisa jadi tidak bisa mengcover semua santrinya untuk mendapatkan out put yang sama.
Sebab santri juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari rumah dengan pola pengasuhan dan pendidikan yang beragam. Karenanya para santri yang ada di pondok tidak semuanya siap berada di komunitas pondok dan berbeda motivasi Ketika anak-anak masuk pondok.
Diantara santri ada yang masuk pondok karena ingin membahagiakan ayah bunda dan tidak bisa menolak, ada juga santri bersemangat karena keinginan sendiri dan pilihan sendiri semata-mata untuk mengembangkan diri dengan ilmu dan menjadi lebih shalih, juga ada yang ingin keluar dari rumah karena tidak betah di konflik saudara dan ingin cari suasana baru. Apapun itu keberagaman ini tidak bisa dihindari dan tidak bisa dihilangkan sama sekali, itulah dinamika pondok.
Lantas bagaimana ayah bunda menyikapi pendidikan anak, baiknya mondok atau di rumah saja? Usia mondok anak rata-rata setelah tamat SD, mereka rata-rata sudah baligh dan di usia itu seharusnya anak-anak sudah memiliki syakhshiiyyah Islamiyyah, dengan begitu masuk pondok anak-anak dalam rangka mengembangkan diri dan mematangkan syakhshiyyah islamiah mereka.
Setidaknya ada beberapa Langkah bagi ayah bunda yang ingin memondokkan anak :
Pertama, sejak usia 7 tahun saat anak masuk SD sudah disuasanakan kehidupan pondok baik di rumah maupun di sekolah, tentang pondok ini sudah familiar dan merupakan rumah pendidikan impian.
Maka lakukanlah kajian-kajian yang dikaji di pondok, semisal tahsin, tahfidz, tsaqafah Islam, Bahasa Arab dan praktek-praktek ibadah saat mabit misalkan dan diagendakan, suasana bersama teman-teman dengan minat yang sama ke pondok.
Kedua, berupaya agar Ananda terbentuk kepribadian Islam di usia 10 tahun, pondasi akidah Islam yang cukup kuat, tsaqafah Islam yang cukup memadai sebagai bekal awal baginya dalam kemandirian ketaatan kepada Allah, pertanggung jawaban di yaumul akhir dan kemandirian menyelesaikan masalah hidupnya dengan syariah Islam.
Ketiga, lakukan koordinasi bersama sekolah agar anak-anak dimotivasi mondok dan arahan-arahan apa saja yang hendak disiapkan ketika Ananda mondok.
Keempat, pilihkan pondok sebisa mungkin kondusif dengan anak sesuai minatnya, kedepan mampu melejitkan potensinya. Tidak harus mahal dan tidak harus mengikuti kebanyakan. Karena sandaran utama pendidikan anak adalah ayah bunda.
Kelima, ajaklah anak untuk survei pondok agar tumbuh minat dan semangat untuk menuntut ilmu di pondok dan bersemangat untuk lebih saleh, lebih takwa.
Memang betul, tidak dipungkiri masalah santri saat pulang ke rumah atau saat santri selesai menunaikan pendidikan pondoknya, tiga tahun berjalan kadang-kadang ilmu dari pondok dan habit pondok tidak serta merta di bawa ke rumah.
Anak dihadapkan pada kehidupan yang berbeda, realitas yang berbeda. Dan itu wajar, sebab kehidupan mereka sesungguhnya adalah saat anak di rumah dimana mereka harus kuat mengikat ilmu dengan amal. Di sinilah peran ayah bunda tidak boleh abai dan mencoba menata kehidupan anak dengan benar.
Kejadian-kejadian seperti ini tidak serta merta menyurutkan ayah bunda memondokkan anak, karena sisi lebihnya juga banyak dan besar, semisal sudah punya hafalan yang banyak, tsaqafah yang sudah melebihi ayah bundanya, doa-doa yang banyak dihafalkan, sudah bisa baca kitab. Problemnya adalah di amal. Ini adalah tantangan yang harus diantisipasi jauh-jauh hari oleh ayah bunda.
Tidak semua santri begitu, lagi pula santri juga manusia yang sedang belajar tentang kehidupan. Persoalannya bagaimana ayah bunda bisa menjawab tantangan ini sehingga Ananda bisa berada di atas rata-rata orang lain yang tidak mondok ???
Selamat memondokkan anak !!!
Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pemerhati Keluarga dan Generasi
0 Komentar