Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tingginya Beban Hidup Mematiksn Fitrah Keibuan

Topswara.com -- Fenomena seorang ibu yang tega membunuh dan membuang bayi yang baru dilahirkannya kembali berulang. Kejadian tersebut terjadi di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, tepatnya pada tanggal 18 Januari 2024. Pelaku membunuh bayinya dengan cara menenggelamkannya ke dalam baskom berisi air, sesaat setelah dilahirkan. 

Setelah bayi tak bernyawa, si ibu membuangnya ke semak-semak di kebun milik warga setempat. Menurut pengakuan pelaku berbuat demikian gegara desakan ekonomi. (Bangka pos. Com, 23 Januari 2024).

Miris dan memprihatinkan. Tingginya beban hidup telah mematikan fitrah keibuan pada diri pelaku. Bahkan dalam kasus tersebut perempuan pun bisa menjadi pelaku kejahatan yang mematahkan pandangan yang disampaikan sekelompok orang yang selalu menempatkan perempuan sebagai korban. 

Nyatanya perempuan juga bisa menjadi pelaku kejahatan, bahkan tindakan keji yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri, kehidupan saat ini memberikan tekanan hidup yang luar biasa, termasuk kepada para ibu. 

Kehidupan terasa makin sempit dan sulit, apalagi bagi ibu yang menjalankan peran ganda. Kehadiran buah hati yang seharusnya dinanti dan menyenangkan malah terasa membuat hidup makin berat karena tuntutan kebutuhan yang bertambah, sementara itu pendapatan keluarga tidaklah seberapa.

Tentunya dalam melihat penyebab kasus tersebut tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja. Sangat memungkinkan ada banyak hal yang bisa membuat fitrah keibuan tercerabut baik faktor dari dalam maupun dari luar. Diantaranya aspek keimanan. 

Menanggung beratnya beban hidup tanpa disertai kekuatan iman bisa mengakibatkan hidup dalam tekanan. Keadaan ini dapat memicu dilakukannya tindakan apapun yang dipandang dapat melepaskan beban kehidupannya. Tak terbayang jika tekanan kehidupan ini berlangsung dalam waktu lama, bisa jadi menimbulkan tindakan yang lebih parah lagi.

Selain lemahnya iman, faktor kekuatan keluarga pun turut andil dalam mencegah ibu membunuh darah dagingnya sendiri. Keluarga seharusnya menjadi support system perempuan untuk menjalankan fungsi utamanya menjadi ibu. 

Namun, sayangnya kehidupan dalam asuhan sistem kapitalisme seperti saat ini telah memaksa kaum ibu untuk menanggung beban ekonomi keluarga. Yang akhirnya, anak dipandang menjadi beban tambahan.

Ditambah lagi sistem pendukung dari masyarakat yang tidak berjalan, yang cenderung bersikap individualis, tidak peduli pada nasib orang lain, makin memperburuk keadaan.

Mirisnya, negara yang harusnya garda terdepan menjadi pelindung kaum ibu tampak bersikap abai.

Inilah buah dari penerapan sistem kehidupan yang tidak manusiawi karena telah membawa kesengsaraan dan penderitaan bagi orang-orang yang lemah. Dan terbukti sistem yang menyingkirkan peran agama dalam kehidupan jelas makin membuat manusia yang fitrahnya makhluk lemah makin terpuruk.

Bila ada upaya yang dilakukan, pihak penguasa baru sebatas mencatat, mendata dan memberi hukuman. Belum ada solusi yang bersifat preventif dan komprehensif agar fenomena ini tidak berulang kembali.

Seharusnya negara memiliki peran utama dalam melindungi para ibu baik dari segi mengukuhkan keimanannya sehingga tidak mudah rapuh ketika ada terpaan ujian hidup. Begitupun dari sisi tanggungjawabnya dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, termasuk kaum ibu. 

Negara berperan mensuasanakan masyarakat dan keluarga agar peduli pada keselamatan jiwa dan raga ibu beserta anak-anaknya.

Namun, harapan seperti ini masih sulit diwujudkan jika negara masih berkubang dalam sistem demokrasi kapitalisme. Karena penguasa lebih mengabdikan pada kepentingan para kapitalis oligarki daripada rakyat yang lemah.

Kondisi ini tidak semestinya dibiarkan terus terjadi. Bagaimanapun, diperlukan perubahan agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

Islam sebagai agama yang sempurna, yang diturunkan Allah untuk mengatur kehidupan manusia, sangat memperhatikan fitrah manusia, termasuk para ibu.

Islam memiliki berbagai macam aturan untuk memenuhi kebutuhan manusia baik fisik, psikis hingga nalurinya. Manusia akan terjaga kemuliaannya sebagaimana fitrahnya.

Islam sangat memuliakan posisi seorang ibu yang kehormatannya harus dijaga. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.“ (TQS. Luqman:14).

Jaminan negara dalam memberikan kesejahteraan pada ibu dan anak memiliki beberapa mekanisme. Diantaranya melalui jalur nafkah. Perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja. Ia berhak mendapatkan nafkah dari suaminya dan walinya. Dengan demikian, ia tidak menanggung beban ekonomi keluarga dan bisa menjalankan fungsi utamanya sebagai ibu dengan optimal.

Selanjutnya, dukungan masyarakat yang didasari oleh prinsip ta'awun akan menciptakan rasa peduli kepada sesamanya terutama mereka yang kekurangan secara ekonomi. Anggota masyarakat lain akan saling membantu meringankan beban, bisa berupa pemberian sedekah, tawaran pekerjaan bagi para kepala keluarga atau bantuan lainnya.

Mekanisme lainnya, negara berperan dalam memberikan santunan kepada warga yang terkategori fakir dan miskin. Perhatian seperti ini pernah terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra. yang memanggul sekarung gandum untuk seorang ibu yang kala itu ditemukan sedang merebus batu.

Demikianlah gambaran mekanisme jaminan kesejahteraan yang diberikan Islam kepada warga negaranya. Kepedulian sistem Islam bisa terwujud karena Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan negara memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.

Semua ini akan terwujud ketika aturan Islam diterapkan secara keseluruhan oleh negara. Oleh karenanya, terjaganya fitrah manusia, termasuk kaum ibu, membutuhkan tegaknya sistem Islam.

Wallahu'alam bi ash-shawwab.


Oleh: Zidni Sa'adah
Pegiat Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar