Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Modal Paling Penting Bagi Pengemban Dakwah: Ilmu, Lemah Lembut, dan Sabar


TopSwara.com – Dakwah merupakan salah satu bentuk pengamalan ilmu. Dalam berdakwah kita membutuhkan modal yang mesti kita siapkan. 

Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

فَلَا بُدَّ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ : الْعِلْمُ ؛ وَالرِّفْقُ ؛ وَالصَّبْرُ ؛ الْعِلْمُ قَبْلَ الْأَمْرِ وَالنَّهْيُ ؛ وَالرِّفْقُ مَعَهُ وَالصَّبْرُ بَعْدَهُ

Orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar semestinya memiliki tiga bekal yaitu: (1) ilmu, (2) lemah lembut, dan (3) sabar. Ilmu haruslah ada sebelum amar ma’ruf nahi mungkar (di awal). Lemah lembut harus ada ketika ingin beramar ma’ruf nahi mungkar (di tengah-tengah). Sikap sabar harus ada sesudah beramar ma’ruf nahi mungkar (di akhir).” (Majmu’ Al-Fatawa, 28:137)

Pertama. Ilmu.

Modal ilmu hanya bisa kita dapatkan dengan satu cara saja yakni ngaji. Oleh karena itulah setiap pengemban dakwah mesti ngaji, ngaji dan ngaji. Minimal ngaji secara rutin pekanan untuk menguasai ilmu yang terkait dengan dakwah untuk merubah diri dan umat. Bukan sekedar ilmu untuk diri sendiri saja. Karena dakwah kita sebagaimana dakwah Baginda Nabi Muhammad Saw adalah untuk merubah masyarakat umat Islam agar hidup sesuai dengan Islam. Yakni hidup dalam sistem Islam kaffah sebagimana contoh Baginda Nabi Muhammad Saw. Yang kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin yang empat dengan Sistem khilafah.

Para pengemban dakwah mesti lebih semangat ngaji daripada orang orang yang didakwahi. Agar ilmu yang difahami dengan benar menjadi penjamin bahwa apa yang disampaikan dalam dakwah nya sudah benar
 
Kedua. Lemah Lembut.

Sikap lemah lembut sangat penting ketika kita berdakwah. Sikap kasar apalagi arogan dan terkesan memaksa dengan sikap keras hanya akan berujung pada penolakan masyarakat. 

 Firman Allah Ta’ala:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).

 Yang dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah bertutur kata kasar. Dengan sikap seperti ini malah membuat orang lain lari dari kita.

Ketiga. Sabar

Kesabaran itu baik untuk semua perkara. Tak terkecuali dalam dakwah. Khusunya saat dakwah kita ditolak alias tak sesuai harapan. Maka disinilah pentingnya kita bersabar. Sekali ditolak diulangi lagi. Ditolak lagi ya diulangi lagi. Misalnya mendakwahkan khilafah, sebagai satu satunya sistem pemerintahan yang sah menurut syariat, tak jarang mendapatkan penolakan sehingga kita mesti sabar. Dan terus menerus melakukan dakwah hingga Allah memberikan kemenangan.

Penolakan dakwah dan sikap permusuhan di sebagian orang merupakan ujian bagi kita. Dan pengemban dakwah insyaallah merupakan orang orang yang sabar.

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih).

Dalam hal ini Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan:

لَا يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ إلَّا مَنْ كَانَ فَقِيهًا فِيمَا يَأْمُرُ بِهِ ؛ فَقِيهًا فِيمَا يَنْهَى عَنْهُ ؛ رَفِيقًا فِيمَا يَأْمُرُ بِهِ ؛ رَفِيقًا فِيمَا يَنْهَى عَنْهُ ؛ حَلِيمًا فِيمَا يَأْمُرُ بِهِ حَلِيمًا فِيمَا يَنْهَى عَنْهُ

Tidaklah seseorang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, melainkan ia haruslah menjadi orang yang berilmu (faqih) pada apa yang ia perintahkan dan apa yang ia larang; ia juga harus bersikap lemah lembut (rafiq) pada apa yang ia perintahkan dan ia larang; ia pun harus bersikap sabar (halim) pada apa yang ia perintahkan dan yang ia larang.” (Majmu’ Al-Fatawa, 28:137)

Moga kita diberikan oleh Allah kemudahan. Untuk selalu menambah ilmu. Dan memiliki sifat lemah lembut dan sabar dalam dakwah. Aamiin.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar