Topswara.com -- Apakah Anda terbelalak melihat film dokumenter berjudul Dirty Vote? Film ini diperankan oleh tiga orang ahli hukum tata negara.
Bagi Anda yang belum menonton. Silahkan tonton terlebih dahulu. Sampai saat tulisan ini ditulis. Masih gampang ditemukan dengan hanya mengetikkan judul film di bagian pencarian gadget yang dipakai untuk berselancar di dunia maya.
Pastikan jaringan atau kuota Anda mencukupi. Karena durasi filemnya hampir dua jam. Hehe.
Sebelum Saya menulis ini.
Sudah lebih dari 6 juta orang penontonnya.
Luar biasa, padahal baru kemarin mulai ditayangkan di kanal YouTube.
Jumlah subscriber juga hanya belasan ribu awalnya. Dalam sehari meningkat tajam menjadi hampir 100 ribu. Hari kedua sudah mulai bermunculan podcast yang mengundang tokoh-tokoh yang terkait langsung dengan film edukasi tersebut.
Besar kemungkinan Anda akan terbelalak setelah melihat fakta-fakta yang diungkap dengan alur dan narasi yang ciamik dan argumentatif.
Tetapi sebaliknya, Saya biasa saja dalam menyikapi film tersebut. Mungkin sikap Anda ada yang sama dengan Saya? Tentu Saya tidak tahu alasannya. Kenapa Anda tidak terbelalak. Sampai Saya mendengar langsung keterangan dari Anda. Karena memang untuk menjawab pertanyaan kenapa. Memerlukan informasi valid dari yang melakukannya.
Saya akan tuliskan alasannya. Mungkin Anda ingin tahu, bukan? Tentu Anda bisa percaya dan juga bisa tidak. Itu sepenuhnya hak Anda. Agar lebih mudah bagi Anda.
Saya buatkan dalam beberapa poin.
Pertama, Saya sudah sering sekali berdiskusi dengan kolega terkait topik yang diangkat dalam film.
Kedua, sebelum filmnya tayang. Saya sudah ikut kelas bedah buku dengan judul How Democracies Dies. Dalam buku itu dijelaskan dengan rinci sebab dan proses kematian demokrasi. Lengkap dengan contoh dari banyak belahan di dunia.
Fakta yang diungkap difilm hanya melengkapi contohnya saja.
Jika Anda ingin ikutan juga bedah bukunya. Silahkan googling aja.
Gratis kok, tinggal siapkan waktu dan kuota untuk akses kelasnya. Hehe.
Ketiga, Saya telah belajar hukum Islam terkait, ke banyak guru ber-sanad secara intensif. Sehingga terbentuk pemahaman yang diyakini dengan kuat.
Bahwa apapun hukum dan sistem hukum buatan manusia pasti akan rusak.
Fakta kerusakan yang diangkat dalam filem penambah maklumat saja.
Sistem apapun yang rusak akan memproduksi kerusakan. HP atau komputer aja yang rusak sistem operasinya. Akan memproduksi kerusakan pada aplikasi yang digunakan.
Bahkan bisa sampai pada titik, harus mengganti HP dan komputernya.
Karena sudah tidak mampu menopang aplikasi yang diperlukan. Saya sudah sering mengalaminya. Dan mungkin pernah Anda alami juga, bukan?
Dari dulu juga begitu adanya.
Ini hanya pengulangan sejarah dengan pelaku dan tempat yang berbeda. Dan telah terjadi dibanyak negara. Bahkan Al-Qur'an juga menceritakan. Eksis juga di zaman Fir'aun.
Nah, kalau dalam film Dirty Vote solusinya hanya mengajak untuk "menghukum" orang dan kelompoknya. Maka Saya mengajak siapapun Anda untuk mengganti saja HP Saya yang sudah mulai rusak sistem operasinya. Hehehe bercanda.
Maksudnya, saatnya Kita ambil solusi yang menyelesaikan sampai keakar permasalahannya. Pengalaman Saya belajar hukum-hukum Islam secara terperinci bertahun-tahun didapati kesimpulan.
Bahwa akar permasalahannya yaitu, tidak tegaknya semua hukum-hukum Allah dalam setiap sendi kehidupan.
Tegaknya hukum Allah Azza wa Jalla secara totalitas sajalah yang akan membuka pintu keberkahan-Nya.
Itulah solusi hakiki.
Selagi Kita tidak mengubah kondisi yang ada pada diri Kita, maka Allah Azza wa Jalla juga tidak akan mengubah nasib Kita.
Tetap akan terpuruk dan bahkan akan terperosok semakin dalam.
Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan-tangan manusia.
Semoga bagi yang sekarang terbelalak melihat kondisi ini.
Menemukan jalan yang benar dalam menegakkan kebenaran.
Tinggal luruskan niat lillahita'ala dan teladani jalan Rasulullah dalam menggapainya.
Itulah syarat semua amal diterima-Nya. Jangan sampai di akhirat nanti.
Kita terbelalak ketika menerima kitab amal dari belakang dan kiri Kita. Na'uzubillah.
Mak Wok
Aktivis Muslim
0 Komentar