Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Setiap Langkah Kita, Menuju Kematian, Namun Kita Masih Bersorak Gembira Mengikuti Hawa Nafsu

Topswara.com -- Sobat, ajal kita sudah Allah tentukan kapan dan dimana terjadi. Artinya garis finish sudah ditentukan, sudah pasti. Artinya tiap detik berlalu maka kematian makin dekat. 

Setiap langkah kaki kita hanyalah untuk mendekati kematian. Makin detik makin dekat. Makin hari makin dekat. Akhirnya sampailah kita pada batas kehidupan kita dan pindah lah kita ke alam barzah setelah mati.

Namun apa mau dikata. Kebanyakan manusia justru thulul amal, panjang angan-angan. Terus menunda beriman dan beramal shalih sambil berkhayal akan ada kesempatan terbaik suatu hari. Misalnya kita berkhayal bahwa akan shalat rajin jika sudah menikah. Atau sudah bekerja. Atau sudah berusia 40 tahun.

Padahal bukankah kita paham betul bahwa setelah menikah beban tanggung jawab kita makin bertambah? Sekarang saja ketika beban rumah tangga belum ada masih banyak waktu luang kita malas shalat. Bagaimana kah lagi jika beban berat ngurus istri dan anak sudah dipundak kita? Atau bukankah setelah bekerja waktu kita makin tersita? Sekarang saja saat masih sekolah atau kuliah dengan banyak waktu luang kita malas shalat bagaimana nantinya jika tambah sibuk? Atau bukankah sudah pasti bahwa kita belum tentu bisa mencapai usia 40? Ini semua adalah thulul amal. Panjang angan-angan. Hingga menunda-nunda banyak amal shalih hingga ajal tiba.

Contoh lain kita berangan-angan jika sudah kaya barulah mau serius ngaji dan dakwah. Atau kalau anak-anak sudah dewasa dan sudah lulus kuliah barulah serius ngaji dan dakwah. Atau jika sudah pensiun baru mau serius ngaji dan dakwah. 

Padahal bukankah kaya itu belum tentu kita raih karena semua itu rejeki dari Allah? Bukankah kalau anak-anak sudah lulus kuliah atau kita pensiun, andai kita masih hidup, bukankah kita sudah tua? Terus kondisi fisik dan mental pun ikut tua. Dan tidak sekuat atau setegar ketika masih muda. Pada saat kita masih kuat saja enggak serius dakwah apalagi sudah tua dan lemah? Kalau pun betul mau berangkat ngaji tetapi kalau badan sakit apa mau dikata?

Begitulah panjang angan-angan yang menjerat mayoritas manusia. Dan betapa bodohnya kita yang terjebak dalam panjang angan-angan. Sementara tanpa bisa kita hindari kaki kita melangkah satu dua tiga empat dan seterusnya menuju kematian.

Sungguh benarlah apa yang disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW bahwa orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian kemudian beramal shalih untuk bersiap-siap. Sementara orang bodoh sebaliknya, yakni yang panjang angan-angan akan selamat setelah mengikuti hawa nafsu.

ﺍﻟْﻜَﻴِّﺲُ ﻣَﻦْ ﺩَﺍﻥَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ، ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻣَﻦْ ﺃَﺗْﺒَﻊَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻫَﻮَﺍﻫَﺎ ﺛُﻢَّ ﺗَﻤَﻨَّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ

“Orang yang pandai adalah orang yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu, kemudian berangan-angan kosong kepada Allah” (HR. Tirmidzi).

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita agar memperbanyak mengingat mati. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi).

Maksud kata “memutuskan kelezatan” dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Syekh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah menjelaskan bahwa maksudnya yaitu agar kita memikirkan akhirat yang merupakan kehidupan abadi dan jauh lebih baik. Dengan mengingat akhirat, kita tidak akan bersenang-senang saja di dunia dan melupakan akhirat. Beliau Rahimahullah berkata,

الموت، يعني: اجعلوه على بالكم كثيرًا حتى تعدوا العدّة، والهادم: القاطع؛ لأنَّه يقطع اللَّذات في الدنيا، ولكنه يُدني من لذَّات الآخرة، ويُقرِّب من لذَّات الآخرة،

“Maksud dari mengingat kematian yaitu menjadikannya sering teringat dalam pikiran kita, agar kita menyiapkan bekal. Maksud dari ‘pemutus’ yaitu memutuskan kelezatan di dunia dan mendekatkan dengan kelezatan akhirat” (Syarh Bulughul Maram, Kitab Al-Janaiz).

Andai mau malas ngaji dan dakwah maka tidak jadi. Tetap berupaya serius ngaji dan dakwah meski capek atau lelah karena ingat mati. Dan ingin bersiap siap agar bisa membawa bekal yang cukup dalam perjalanan ke negeri akhirat yang panjang dan jauh. 

Manfaat mengingat kematian begitu besar bagi kita. Ad-Daqqaq Rahimahullah menjelaskan,

من أكثر من ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة. ومن نسي الموت عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضى بالكفاف، والتكاسل في العبادة

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: (1) bersegera dalam bertaubat, (2) hati yang qanaah, (3) bersemangat melakukan ibadah. Barangsiapa yang lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu: (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak rida terhadap pemberian (takdir) Allah, (3) malas beribadah” (At-Tadzkirah, 1: 27).

Semoga kita tidak termasuk orang-orang bodoh. Yang berjalan setapak demi setapak menuju kematian makin masih berbangga diri dalam maksiat kepada Allah. Kita mesti fokus beramal yang besar pahalanya dan berlipat ganda karena sedikitnya waktu kita. Juga amal yang bisa terus mengalir pahalanya jika pun kita sudah mati. Yakni amal ngaji dan dakwah. Semoga kita mati dalam Husnul khatimah. Aamiin.[]













Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar