Topswara.com -- Terjadi lagi! Seorang remaja pelajar SMK membunuh satu keluarga hingga menewaskan lima orang.
Sebagaimana diberitakan media, seorang remaja berinisial J (16 tahun) telah membunuh W (34 tahun) dan istrinya SW (33 tahun) beserta ketiga anaknya; RJS (14 tahun), VDS (10 tahun) dan ZAA (2,5 tahun). J menghabisi kelima korban dengan menggunakan parang. Tak cukup sampai disitu, J juga merudapaksa jasad si ibu dan anak pertamanya yang diduga pernah ada hubungan dengan J. J juga mengambil hp dan sejumlah uang korban. Sadis!
Peristiwa sadis ini berawal setelah pelaku berpesta minuman keras bersama teman-temannya. Setelah diantar pulang oleh teman-temannya, J mengambil parang dan menuju rumah korban yang memang berdekatan untuk melancarkan aksinya.
Pembunuhan sadis ini terungkap setelah akhirnya J mengakui perbuatannya. Menurut J, dia melakukan aksinya karena dendam dan persoalan asmara dengan korban RJS. Dan atas perbuatan sadisnya ini, J ditetapkan sebagai tersangka dan diancam dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup (REPUBLIKA.CO.ID)
Kenapa perbuatan sadis masih saja terus terjadi, apalagi dilakukan oleh seseorang yang berstatus pelajar?
Pelajar yang tega melakukan perbuatan sesadis itu menunjukkan betapa masih ada yang tak beres dengan sistem pendidikan kita. Gonta-ganti kurikulum ternyata tak mampu menghasilkan anak didik yang tak hanya cerdas secara keilmuan, tapi juga cerdas secara spiritual, sosial dan emosional.
Hal ini wajar, sebab sistem pendidikan kapitalis menjadikan agama bukan sebagai tolok ukur dan pondasi pendidikan. Agama dijadikan sebagai urusan pribadi yang tak boleh dicampuri dan tak boleh mencampuri urusan publik, termasuk pendidikan. Akibatnya, kurikulum pendidikan yang diberikan kepada pelajar minus aplikasi agamanya.
Remaja sadis juga tidak lepas dari pola asuh dan pola didik di dalam keluarga. Kurangnya komunikasi antara anggota keluarga, kurangnya perhatian orangtua kepada anak-anaknya karena mereka sudah terlalu sibuk dan capek bekerja, juga salah satu faktor anak remaja menjadi berperilaku sadis.
Selain itu, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya bisa jadi juga kurang. Maklum, individualisme menjadi salah satu sifat turunan dari sistem sekularisme kapitalis yang saat ini melingkupi masyarakat. Maka wajarlah muncul sosok-sosok remaja sadis dalam masyarakat ini.
Dan faktor utama munculnya remaja sadis adalah abainya negara dalam mengurus rakyatnya. Berbagai kebijakan yang ditetapkan tidak mendukung terciptanya remaja yang salih dan cerdas. Sistem pendidikan dengan kurikulum yang berganti-ganti justru membuat output pendidikan tidak maksimal.
Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan negara lebih mementingkan keuntungan materi daripada keselamatan generasi. Buktinya, produksi dan distribusi miras sebagai pemicu kejahatan masih ada di negeri ini. Sistem sanksi yang tidak tegas kepada pelaku kejahatan juga menjadi penyebab kejahatan terus berulang dari waktu ke waktu.
Semua faktor pemicu munculnya remaja sadis di atas harus segera diselesaikan agar tidak terjadi lagi kejadian seperti ini. Keluarga harus benar-benar menjadi tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orangtua harus berupaya maksimal untuk mendidik dan mengawal putra putrinya agar menjadi anak-anak shalih/ah yang taat bertakwa kepada Allah dan taat syariatnya.
Masyarakat sebagai komunitas keluarga juga harus kondusif dan mendukung apa yang sudah dilakukan dalam keluarga. Penjagaan dan pengawalan anggota masyarakat, termasuk remaja, harus terus dilakukan. Budaya amar makruf nahi mungkar harus dibiasakan dalam masyarakat.
Selanjutnya, negara dalam hal ini menjadi ujung tombak pembentukan generasi. Kebijakan yang ditetapkan harus menjamin terwujudnya generasi yang shalih/ah dan taat syariat. Sistem pendidikan yang diterapkan harus dilandasi syariat Islam agar terwujud generasi yang berkepribadian Islam.
Sistem ekonomi juga harus memudahkan bagi para penanggungjawab nafkah di keluarga (ayah) untuk melaksanakan tugasnya secara proporsional, tanpa mengabaikan perannya sebagai pendidik anak-anaknya. Juga agar ibu sebagai pendidik pertama dan utama di rumah bisa menjalankan perannya dengan maksimal.
Selanjutnya, sistem sanksi yang ditetapkan bagi para pelaku kejahatan harus benar-benar tegas dan memberikan efek jera agar tidak ada lagi kejahatan-kejahatan yang dilakukan di kemudian hari.
Dalam kasus J di atas, miras menjadi pemicu terjadinya perbuatan sadisnya. Benarlah Islam yang menyatakan bahwasanya miras adalah 'ummul jaraa'im', induknya kejahatan.
Jadi kembali kepada semua syariat Islam yang diwujudkan dalam sistem Islam yang komprehensif adalah solusi bagi pemberantasan pelaku sadisme. Bukan sekuler kapitalis.
Wallahu a'lam bishshawab.
Salma
Aktivis Muslimah
0 Komentar