Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan di Indonesia Masih Banyak PR

Topswara.com --Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim melaporkan, hingga 23 November 2023 penyaluran bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) telah mencapai 100 persen target, yaitu telah disalurkan kepada 18.109.119 penerima. Bantuan itu menelan anggaran sebesar Rp 9,7 triliun setiap tahunnya. (Republika (22/1))

Program Indonesia Pintar (PIP) dirasakan manfaatnya oleh sejumlah siswa untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi.
Salah seorang siswi, SMK 3 Kota Magelang, Fitria mengaku beruntung terdata sebagai penerima PIP, karena ekonomi kedua orang tuanya kurang mampu.

“Sudah seharusnya capaian bantuan dana pendidikan 100 persen. Sayangnya yang dimaksud adalah 100 persem penyaluran dana yang dialokasikan, itupun secara bertahap, namun belum mencakup 100 persen  jumlah anak didik yang ada. 

Faktanya akses pendidikan belum merata, juga kondisi sarana prasarana, baik kuantitas ataupun kualitas. Pendidikan Indonesia masih banyak PR nya. Apalagi kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh letersediaan dana, namun juga kurikulum dan SDM pendidiknya. 

Islam menjadikan pendidikan sebagai tanggung jawab negara, dalam semua aspeknya, baik fisik, SDM maupun kurikulum dan hal terkait lainnya. Bahkan Islam menjadikan pendidikan dapat diakses secara gratis oleh semua rakyat

Pendidikan dalam Islam juga memiliki kurikulum terbaik, berdasar akidah Islam, yang mampu mencetak generasi berkepribadian Islam, kuat imannya, berjiwa pemimpin dan trampil menguasai teknologi.

Islam telah mewajibkan terealisasi nya jaminan atas kewajiban pemenuhan kebutuhan pokok individu dan masyarakat dakan. Islam memberikan serangkaian hukum syariat untuk menyediakan semua itu bagi masyarakat. Hal itu ditunjukkan oleh banyak dalil. 

Adapun pendidikan dalilnya adalah tindakan Rasulullah SAW sebagai kepala negara yang menjadikan tebusan tawanan perang dari kaum kafir adalah mengajari baca tulis sepuluh anak kaum muslim. Tebusan tersebut termasuk ghanimah yang menjadi hak seluruh kaum muslim. Selain itu ada ijmak sahabat bahwa guru diberi gaji dari Baitul mal. 

Semua itu menegaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan pokok bagi individu dan rakyat sebagaimana ditunjukkan oleh hadist di atas.

Kaum muda juga adalah agen perubahan di tengah umat manusia. Tidak ada perubahan tanpa melibatkan dan tanpa dilakukan anak-anak muda. Itu karena mereka adalah kelompok manusia yang cerdas dan lebih mudah menerima petunjuk ketimbang orang yang sudah tua. Ketika menafsirkan QS al-Kahfi ayat 13 yang menceritakan para pemuda Kahfi. 

Imam Ibnu Katsir menerangkan: “Allah menyebutkan bahwa mereka adalah segolongan kaum muda yang lebih bisa menerima kebenaran dan lebih mudah ditunjukkan ke jalan yang lurus dibandingkan orang-orang tua yang saat itu telah durhaka dan tenggelam dalam agama yang batil. Karena itulah kebanyakan orang yang menyambut baik seruan Allah dan Rasul-Nya adalah dari kalangan kaum muda. Adapun orang-orang tua Quraisy, sebagian besar dari mereka tetap berpegang pada agamanya dan tidak ada yang masuk Islam dari kalangan mereka kecuali sedikit.”

Para nabi dan rasul juga adalah orang-orang berusia muda saat diangkat menjadi utusan Allah. Ibnu Abbas pernah menyatakan, ''Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan pemuda. Seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan pada waktu masa mudanya.''

Untuk itu ada sejumlah langkah yang harus dilakukan orangtua dan kaum Muslim untuk menyelamatkan para pemuda dari ideologi sesat dan rusak sekularisme kapitalisme, sekaligus mencetak mereka agar cerdas dan bermental pejuang. 

Pertama, mengokohkan akidah Islam sebagai landasan kehidupan dunia dan akhirat. Para pemuda disadarkan bahwa mereka adalah ciptaan Allah SWT dan kelak akan kembali kepada-Nya. Dengan kuatnya akidah, anak-anak muda akan sadar kalau hidup-mati mereka adalah semata untuk Allah SWT.

Dengan akidah Islam ini juga para pemuda akan dibuat yakin bahwa hanya Islam satu-satunya ideologi yang benar, sehingga mereka akan menolak ideologi lain seperti kapitalisme atau sosialisme komunisme. Kedua ideologi itu terbukti batil dan jadi penyebab kerusakan umat manusia.

Kedua, memahamkan para pemuda bahwa tujuan hidup yang tertinggi adalah mendapatkan ridha Allah SWT. Caranya dengan menaati aturan-aturan-Nya dan memperjuangkan agama-Nya. 

Sebaliknya, dunia bukan tujuan hidup. Dunia hanyalah sarana untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Itulah tujuan sekaligus kebahagiaan hakiki untuk seorang Muslim. 

Nabi SAW. bersabda:
Sungguh kebahagiaan yang sebenarnya adalah menghabiskan umur untuk taat kepada Allah (HR ad-Dailami). 

Ketiga, membimbing para pemuda untuk membangun habit/kebiasaan islami sejak awal; menaati Allah SWT dan meninggalkan kemaksiatan. Para ulama mengatakan, “Siapa saja yang membiasakan sesuatu (sejak dini) akan terbiasa hingga dewasa.” 

Keempat, mendorong para pemuda memiliki kepedulian terhadap kondisi umat serta menjadikan mereka pengemban dakwah yang akan memperjuangkan tegaknya agama Allah SWT. 

Bukan pemuda yang egois; hanya memikirkan amalan pribadi dan tidak peduli pada nasib umat. Allah SWT jelas membutuhkan mereka yang mau berjuang dan membela agama-Nya (Lihat: QS ash-Shaff [61]: 14). Maka sudah saatnya kita kembali kepada hukum Islam dalam naungan khilafah Islamiah ala minhajinnubuwwah. 

Wallahu'alam.


Oleh: Dewi Sulastini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar