TopSwara.com – Di alam sekuler yang materialistis ini, orang kaya semakin kaya dan orang miskin tetap miskin. Terjadi gap kekayaan yang besar. Kenapa?
Karena mindset orang kaya adalah bagaimana uang digunakan untuk memancing kedatangan uang lainnya. Diinvestasikan atau dibuat modal bisnis yang menguntungkan.
Sedangkan mindset orang miskin adalah bagaimana uang digunakan untuk membeli kebutuhan konsumtif mereka.
Memang tidak salah, karena bagi mereka, saat punya uang itulah baru terbeli kebutuhannya. Boro-boro bisa investasi atau buat modal usaha.
Tapi, jika kita terus terjebak dalam pola konsumtif tanpa berniat dan bertekad untuk mengubah nasib, sampai kapanpun tidak akan sampai pada kekayaan. Misalnya terjebak impulsif dalam belanja. Terbukti, ketika orang miskin dapat bantuan uang cash, yang di pikirannya belanja, bukan untuk usaha.
Hal ini tidak terlepas dari iklim kapitalis yang memang merangsang orang untuk konsumtif. Tapi, ironisnya, yang konsumtif itu juga menyeret orang-orang miskin atau orang biasa yang tidak melimpah uang.
Benar sekali seperti ungkapan seorang penulis, Noah Harari. Ia mengatakan, “Kapitalisme dan konsumerisme adalah dua sisi mata uang yang sama, gabungan dari dua perintah. Perintah tertinggi orang kaya adalah investasi lah. Perintah tertinggi untuk kita semua adalah belilah.”
Jadi, kebanyakan kita didorong untuk konsumtif sehingga menghabiskan uang. Membeli produk yang dipromosikan secara masif. Kita dibuat khawatir kalau tak membeli banyak barang nanti tidak akan bahagia. Padahal bisa saja barang kita sudah cukup, tapi terus tergoda beli.
Kebanyakan kita tidak berpikir untuk menabung atau menyisihkan uang sebagai modal usaha. Sedangkan orang kaya selalu memikirkan bagaimana agar uangnya bertambah dan berlipat ganda.
Mindset orang kaya yang memiliki kecerdasan keuangan adalah bagaimana uang diinvestasikan untuk bisnis. Uang ditanamkan untuk menghasilkan uang lagi. Baik bisnis riil maupun nonriil.
Uang dijadikan magnet untuk menarik uang lagi. Seperti diinvestasikan di deposito, reksadana, saham, dll. Walaupun bagi muslim itu bukan jenis usaha yang syar’ie, jadi tidak boleh ditiru jenis bisnisnya.
Adapun mindset kaya, silakan saja ditiru. Misal dengan menerapkan gaya hidup minimalis, yaitu sesedikit mungkin memiliki barang sesuai fungsinya. Jangan sampai sudahlah miskin, tapi banyak gaya dengan banyak belanja.
Begitulah corak peradaban kapitalistis yang tidak adil. Menciptakan kesenjangan antara orang kaya dan orang biasa (baca: miskin). Karena itu, penting bagi kita untuk memiliki kecerdasan keuangan, sehingga tidak terjebak dalam arus kapitalisasi dan konsumerisme. []
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
0 Komentar