Topswara.com -- Berdakwah dalam alam hedonisme dengan kehidupan yang diatur menggunakan sistem demokrasi dan kapitalisme saat ini, sungguh seperti menggenggam bara api. Karena dakwah dianggap mengurangi waktu mencari nafkah.
Karena dakwah dianggap mengurangi waktu healing. Karena dakwah dianggap menghilangkan quality time dengan keluarga. Karena dakwah dianggap mengurangi waktu istirahat. Karena belajar (menuntut ilmu untuk) dakwah dianggap buang-buang waktu.
Karena dakwah dianggap mengganggu keuangan. Karena dakwah dianggap bisa mengancam keselamatan dan nyawa dan karena, karena yang lainnya. Akhirnya tidak berdakwah atau mundur dari dakwah adalah pilihan aman, nyaman, membahagiakan dan realistis, benarkah.
Jika saja mereka yang belum, tidak mau atau mundur dari dakwah diberikan Allah kesempatan melihat pahala dakwah, maka dengan sekejap mereka pasti berlari sekencang-kencangnya, sekuat-kuatnya, mengejar rombongan dakwah untuk bergabung di dalamnya dan terus bersamanya.
Jika saja mereka yang belum, tidak mau atau mundur dari dakwah diberikan Allah kesempatan melihat pahala dakwah, maka mereka pasti akan menyediakan waktu terbaik, tempat terbaik, infak terbaik, tenaga terbaik, ilmu terbaik (menuntut ilmu agama), agar dirinya dapat lebih kencang, lebih luas, lebih banyak lagi memberikan hidayah kepada orang lain.
Jika saja mereka yang belum, tidak mau atau mundur dari dakwah diberikan Allah kesempatan melihat pahala dakwah, maka mereka pasti menukar atau mengorbankan yang paling berharga dari hidupnya yaitu nyawa untuk dipertaruhkan dalam jalan dakwah.
Hanya saja Allah tidak memperlihatkan pahala dakwah itu dengan fakta yang terindera secara langsung namun pahala tetap bisa di indera secara langsung, qathi' dan jazm melalui informasi Al-Qur'an dan Hadits dengan sebuah keimanan.
Memang pahala itu sesuatu yang ghaib tetapi seluruh informasi tentang pahala dakwah sudah sempurna dijelaskan melalui dua kitabnya, yang bisa kita indera secara langsung yaitu Al-Qur’an dan Hadis.
Disaat semua kehidupan digambarkan dan dinilai berdasarkan berapa besar harta yang dimiliki, seberapa tinggi jabatan yang dimiliki dan seberapa banyak gelar yang dimiliki. Maka, jika sebagai triliyuner adalah yang kita banggakan, atau sebagai presiden yang kita agungkan, atau sebagai profesor yang kita sombongkan.
Sesungguhnya harta yang bernilai triliyuner, jabatan tertinggi sebagai presiden dan gelar profesor, sama sekali tidak memiliki arti apa-apa bila tidak dipergunakan untuk meninggikan agama Allah.
Kekayaan terbaik adalah infak dijalan dakwah, pekerjaan dan jabatan terbaik adalah mendakwahkan amar makruf nahi mungkar, gelar terbaik adalah syahid dijalan dakwah. Dan orang terbaik dimuka ini, penghulu para nabi dan Rasul, kekasih Allah yang bernama Muhammad Rasulullah SAW pekerjaan utamanya adalah berdakwah.
Jika kita takut akan siksa neraka yang digambarkan dalam Al-Qur'an dan Hadis sebagai : "... Tempat yang sangat panas dan sangat membakar ..." (HR Bukhari dan Muslim), "... Tempat yang sangat gelap dan sangat membeku ..." (HR Bukhari dan Muslim), "... Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana ..." (QS Al-Mursalat : 32), dan masih banyak lagi gambaran betapa neraka itu tempat yang menyiksa dan menghinakan.
Ketika kita menginginkan surga, dengan surga yang terbaik, yang digambar dalam Al-Qur'an dan Hadis sebagai : "Di surga tidak ada bencana dan musibah, tidak ada penderitaan dan kesusahan" (HR Muslim), "Dan surga itu dikelilingi oleh sungai-sungai air masin, air susu dan air madu yang tidak berubah rasanya" (QS Al-Insan : 12). Dan menginginkan syafaat Rasulullah SAW, ingin disurga beserta seluruh keluarga maka tidak ada cara lain, selain menempuh jalan yang diajarkan Muhammad Rasulullah Saw, berdakwah!.
Teruslah berdakwah sampai Islam berjaya atau Allah memanggil kita kepangkuannya.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: A. Darlan
Aktivis Dakwah
https://www.liputan6.com/hot/read/5205617/11-gambaran-surga-menurut-al-quran-dan-hadis-mewah-dan-tidak-ada-bencana?page=3
https://www.liputan6.com/hot/read/5204908/15-gambaran-neraka-menurut-al-quran-dan-hadis-sangat-dalam-hingga-menyemburkan-api?page=3
0 Komentar