Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mewujudkan Kebangkitan Industri dengan Islam

Topswara.com -- Sangat menarik adu gagasan yang di lakukan para capres pada debat capres tanggal 7 Januari 2024 lalu yang mengangkat topik pertahanan, keamanan dan seputar geopolitik. Debat pun berlangsung sangat sengit. Topik kontroversial muncul ketika memasuki pembahasan pengadaan peralatan militer seperti pembelian pesawat bekas dari Qatar yang menjadi salah satu kinerja Prabowo Subianto yang kemudian menimbulkan kritik dari capres yang lain. 

Anis Baswedan berpendapat bahwa pembelian pesawat bekas merupakan penggunaan utang yang non produktif yang seharusnya utang di manfaatkan pada kegiatan yang produktif. Menurutnya startegi ini tidak tepat bagi kondisi Indonesia saat ini. Menarik jika kita meninjau pembahasan ini dalam satu sudut pandang yang unik yaitu sudut pandang Islam.

Berkaitan dengan alat-alat militer dan pertahanan akan tergantung pada politik industri yang di terapkan sebuah negara. Namun terlebih dahulu yang harus kita pahami bahwa ada dua pemenuhan paling dasar dalam industri pada peranannya terhadap kehidupan manusia yakni pertama, pemenuhan atas berbagai kebutuhan manusia dan kedua, penjagaan atas keamanan dan kedaulatannya. 

Seluruh negara di dunia terutama negara-negara maju seperti Rusia dan Amerika saling bersaing agar industri mereka mampu memenuhi dua pemenuhan ini. 

Bagaimana negara-negara mampu mewujudkan industri mereka dengan maju dan independen?. Mengutip tulisan dari Syaikh Atha Abu Al Rasytah yang berjudul “Politik Perindustrian dan Membangun Negara Industri Dalam Pandangan Islam” beliau mengungkapkan politik perindustrian berjalan dengan cara menjadikan suatu negara menjadi negara industri, dan hanya dengan satu cara untuk mewujudkan itu yaitu dengan industri permesinan. 

Dalam tulisanya beliau juga mengungkapkan bahwa dengan ketersediaan permesinan dalam negeri yang banyak maka akan membangun industri lainya dan membangun pabrik meggunakan mesin hasil produksi sendiri. 

Maka revolusi industri harus di mulai dari produksi permesinan sebab jika tidak maka negara akan selalu bergantung kepada mesin-mesin dari negara lain, sebab sangat penting peranan mesin dalam pembangunan perindustrian, bahkan perindustrian bisa lumpuh jika tidak terdapat permesinan yang memadai. 

Dengan melakukan impor permesinan dari negeri lain akan sangat mengganggu kedaulatan suatu negara. Terlebih lagi pemesinan digunakan untuk memproduksi peralatan militer untuk mewujudkan kemanan dan kedaulatan negara. Akan sangat berbahaya jika negara tidak mampu memperbaiki dan memproduksi senjatanya secara mandiri. 

Keadaan inilah yang mungkin menjadi maksud secara garis besar yang para capres ungkapkan pada debat capres di tanggal 7 Januari 2024 lalu yakni, kekuatan pertahanan negara dengan keandalan peralatan militer yang mandiri dan independen serta ikut memajukan industri produktif yang bisa menunjang pendapatan dalam negeri.

Namun untuk realisasi industri ini juga sangat di butuhkan pengendalian penuh terhadap sumberdaya alam yang berkaitan dengan logam dan bahan galian yang menjadi bahan dasar industri permesinan dan produksi peralatan militer. Seperti kita tahu Indonesia memliliki 4,02 miliar ton Laterit, cadangan besi primer 3,61 miliar ton, pasir besi 4,28 miliar ton dan Klastik Sedimennya sebesar 6,56 miliar ton, untuk Nikel total cadangan 9,422 juta ton bahkan menurut Forbes/2020, Indonesia memenuhi 20 persen kebutuhan ekspor dunia (Kompas.com/2021/07/09). 

Belum lagi kalau kita merambah pada negara-negara timur tengah yang memiliki keberlimpahan minyak dan logam mulia yang menjadi wilayah kekuasaan Islam. Maka akan sangat mungkin mewujudkan revolusi industri paling utama yaitu industri permesinan. 

Namun penguasaan sektor tambang dibutuhkan kekuatan politik dan hukum yang kokoh agar secara penuh menghilangkan pengaruh asing dan aseng dalam pengelolaan sumberdaya negara. 

Kekuasaan politik yang tidak di bangun oleh perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha serta memiliki dasar hukum yang kokoh pula. Dan hukum itu hanya bisa di dapati di dalam Islam dengan ideologinya yang mencakup solusi atas seluruh masalah kehidupan manusia, terlebih lagi hukum Islam yang bersumber dari wahyu Allah SWT yang Maha Adil. 

Sebab manusia tidak bisa dibiarkan membuat hukum sebab jika tidak, akan terjadi kekacauan dalam urusan politik dan sarat akan kepantingan individu, sebab manusia sangatlah terbatas untuk membuat hukum untuk dirinya maupun orang lain.

Kembali tentang industri permesinan, dalam pandangan Islam adalah wajib karena dua alasan yakni pertama, tanpa adanya industri permesinan dapat menjadikan negara bergantung kepada asing dalam industri alat berat. Maka kondisi ini akan mengakibatkan industri militer akan bergantung pada negara asing. 

Allah SWT mangharamkan hal ini dalam (QS. Al-Nisa: 141) yang artinya “Dan sekali-kali Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin”. 

Kedua, berkaitan dengan kewajiban berjihad yang merupakan politik luar negeri negara Islam, dan jihad berdiri di atas industri militer. Maka industri permesinan untuk memproduksi alat militer secara mandiri tidak boleh bergantung pada negara asing apalagi negara penjajah. 

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Anfal: 60 yang artinya “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang di tambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya”. 

Kewajiban ini juga sesuai dengan kaidah syarak “maa laa yatimmu al waajib illa bihi fahuwa waajib” (suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali adanya sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib). 

Penjelsan ini bisa di lihat pada tulisan dari Syaikh Atha Abu Al Rasytah yang berjudul “Politik Perindustrian dan Membangun Negara Industri Dalam Pandangan Islam”

Dari fakta dan uraian di atas kita tahu betapa kompleksnya Islam mengatur kehidupan manusia tanpa terkecuali pada bidang industri dan pertahanan, yang sempat menjadi topik debat capres kemarin, sudah seharusnya realisasi ideologi Islam sebagai problem solving umat dan asas kebangkitan umat menjadi agenda utama kaum Muslim. 

Wallahu A’lam Bishwab


Oleh: Saffian
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar