Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menjaga Motivasi Diri Tetap On

Topswara.com -- Sering kali dalam hidup manusia mengalami hal-hal yang membuat semangat hidupnya menurun bahkan hilang hingga tidak mau melakukan aktifitas apapun selain rebahan dan melamun. Bahayanya jika dibiarkan, akan membuat mereka semakin tertekan, terpuruk, depresi dan hidup akan terasa semakin sempit karena telah melewatkan berbagai kesempatan yang ada.

Bagi mereka yang sedang bersekolah, kehilangan motivasi akan menyebabkan anak malas, susah konsentrasi bahkan mogok tidak mau kesekolah.

Bagi mereka yang bekerja, hal tersebut dapat mempengaruhi kinerjanya. Karena kinerja menurun, maka prestasi dan pencapaian target pun ikut menurun. Jangankan dapat meraih promosi jabatan, dapat bertahan pun sudah alhamdulillah.

Begitu juga dalam berbisnis. Dengan semangat yang turun, komunikasi tidak fokus sehingga kepercayaan rekan bisnis pun luntur yang berimbas hilangnya investasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan bisnis akan merugi dan bangkrut.

Dalam berumah tangga juga demikian, jika salah satu pasangan turun motivasinya, maka suasana rumah pun menjadi kurang berwarna. Terutama bagi seorang ibu. Ibu yang bahagia pasti mampu mengelola emosi dengan baik sehingga bisa membersamai tumbuh kembang anak dengan optimal. 

Energi-energi positif dari ibu yang bahagia akan tersalurkan ke anak mereka. Selain itu, anak adalah peniru ulung, bagaimana yang dia lihat tentunya dapat mereka aplikasikan ke perilaku mereka. Sehingga apabila seorang ibu dapat mengelola emosinya nantinya anak juga dapat menjadi pribadi yang bisa mengatur emosi serta perilakunya. 

Selain itu, ibu yang bahagia dapat menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis juga merupakan salah satu pengaruh dalam tumbuh kembang anak. Apabila anak mendapatkan perilaku yang kurang sesuai seperti kekerasan atau sering melihat pertengkaran kedua orang tuanya, maka akan berpengaruh kepada emosional dan mental anak.

On dan off nya motivasi seseorang tentu dipengaruhi oleh mindset mereka. Mari kita bandingkan, manusia dengan mindset sekularisme kapitalisme dan mindset Islam.

Pertama, mindset sekularisme kapitalisme. Kapitalisme adalah sistem kehidupan yang lahir dari ide sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan.

Manusia yang ber-mindset kapitalisme memiliki tujuan hidup yang khas, yaitu hidup untuk meraih kepuasan jasmani sebesar-besarnya. Contohnya, bagaimana cara kerja di perusahaan bergengsi, menjadi pejabat negara, memiliki rumah besar di lingkungan yang mewah, ingin selalu dipuji orang karena prestasi-prestasinya. 

Tujuan hidup inilah yang menjadi motivasi seseorang untuk beraktivitas. Jika yang ingin dapat bekerja di perusahaan besar, maka dia akan berusaha untuk mendapatkan nilai tinggi di sekolahnya agar bisa masuk ke kampus favorit dan bisa bekerja di perusahaan yang diimpikan. 

Ada juga yang ingin dipuji karena bakatnya berbicara, mulai bergabung dengan lomba debat, mengikuti aneka kelas public speaking sampai dakwah di sana-sini, agar apa? Agar terus-menerus mendapat pujian dan kekaguman manusia.

Padahal motivasi hidup yang disandarkan pada pencapaian materi tidak cukup kuat untuk mendorong manusia dalam beraktivitas. Karena sifat materi tidak akan ada puasnya, pepatah bilang "Di atas langit masih ada langit."

Rata-rata manusia yang sibuk mengejar materi akan berada di titik tertentu di mana dia menjadi hilang motivasi. Misalnya, ketika terjadi hal-hal yang di luar keinginannya. Contoh sudah belajar dengan maksimal, ternyata tidak diterima di kampus favorit. 

Akhirnya mudah turun semangat. Sudah berusaha mencari info lowongan kerja di sana sini, melengkapi data sesuai persyaratan, rela mengeluarkan yang biaya tidak sedikit untuk perjalanan pulang dan pergi, ternyata tidak diterima kerja.

Kedua, manusia dengan mindset Islam. Islam mengajarkan kepada manusia bahwa tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dunia adalah tempat menanam amal untuk kita panen di akhirat kelak. Inilah yang menjadi motivasi seorang Muslim dalam beraktivitas, yaitu motivasi akhirat.

Dia akan selalu berusaha beramal salih agar pahalanya terus bertambah. Sehingga kelak mendapatkan ridha Allah SWT untuk bisa memasuki surga-Nya. Tentu ini adalah motivasi tertinggi. Karena tujuan hidup tidak hanya sebatas mengejar materi dunia saja, tetapi untuk mengamankan kehidupan akhirat.

Jadi motivasi seorang Muslim ketika bersekolah bukan sebatas mendapatkan nilai bagus atau sekedar agar dapat masuk ke kampus favorit kemudian diterima di perusahaan terkenal bergaji tinggi, tetapi motivasi sekolah adalah untuk menuntut ilmu karena Allah SWT memerintahkannya.

Motivasi menulis dan berdakwah juga bukan sebatas untuk mendapatkan pujian atau dikenal banyak orang sebagai orang yang jago berbicara atau jago menulis, tapi motivasi dakwah karena perintah Allah SWT. Tapi namanya juga manusia, sangat manusiawi jika ada kalanya capek, bosan dan tiba-tiba menjadi hilang motivasi dan di saat itulah manusia butuh nasihat untuk diingatkan kembali akan tujuan hidupnya.

Sayangnya, saat ini masyarakat sekuler tidak menjalankan perannya. Justru mereka menjadi pihak yang melemahkan manusia saat mereka berusaha tetap taat. Ketika anak malas belajar dan sekolah, justu dibiarkan bermain handphone hingga berjam-jam atau ketika ada temannya mulai menjauh dari kajian ngaji dan dakwah justru didorong agar menjauh. Katanya beragama yang biasa-biasa aja. Oleh karena itu, kita sangat membutuhkan lingkungan kondusif yang bisa membuat motivasi diri on terus. 

Kita perlu berperan dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami. Karena kalau dalam masyarakat Islam, mereka sangat paham perannya. Suasana di masyarakat Islam bukan saling menjauhkan, tapi saling peduli dan mengingatkan dalam ketaatan. Karena Allah SWT memerintahkan kita untuk beramar makruf nahi mungkar.

"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran/3 : 104).

Saat melihat tetangganya yang malas sekolah dia akan peduli dan mengingatkan sehingga termotivasi dan semangat belajar kembali. Jika melihat ada teman yang malas ngaji dan dakwah akan didekati dan diingatkan betapa besar pahalanya orang mengaji dan berdakwah. Intinya, suasananya adalah saling bahu-membahu dalam ketaatan.

Sebenarnya, pihak yang paling berperan dalam menjaga motivasi seluruh rakyat adalah negara. Karena, negaralah yang memiliki segala akses ke seluruh rakyat. Lewat sistem pendidikan misalnya, negara bisa mengedukasi rakyatnya agar memiliki motivasi yang benar, tapi sayangnya saat ini sistem pendidikannya justru sekuler. 

Mahasiswa saat ini didorong pintar sebatas agar bisa menjadi manusia yang siap bekerja. Jadi, tidak heran jika banyak orang pintar tapi korupsi, tidak amanah hingga menjadi pelaku kejahatan. Cerdas, tapi bersikap liberal. Kreatif, tapi justru digunakan untuk membuat konten sampah alias unfaedah. Ditambah lagi, media hari ini isinya konten-konten hiburan yang membuat orang makin mager.

Berbeda dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah seperti khilafah. Motivasi keimanan dan ketaatan rakyat akan sangat dijaga. Bahkan dalam sistem pendidikannya akidah Islam menjadi asas dan kurikulumnya juga dibuat dari asas tersebut. Makanya tidak heran jika peradaban Islam terbukti mampu mencetak generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga berkepribadian Islam dan menguasai tsaqafah Islam. 

Jadi, para guru akan memberikan secara berkala motivasi yang benar kepada siswanya. Dengan begini, mereka tidak akan mengalami penurunan motivasi sampai kapanpun. Yang ada, justru mereka akan selalu terdorong untuk menghasilkan karya terbaiknya agar dapat berkontribusi bagi peradaban Islam.

Disamping itu, negara juga akan mengontrol media. Media digunakan sebagai sarana edukasi dan dakwah. Sehingga rakyat akan selalu termotivasi untuk melakukan ketaatan.[]


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar