Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengenali Banjir di Era Kapitalistik

Topswara.com -- Sudah berhari-hari hujan mengguyur di berbagai belahan dunia, tidak jarang kasus banjir kembali terjadi di berbagai wilayah. Penyebabnya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kondisi, salah satunya karena banyak terjadi alih fungsi lahan yang merupakan dampak kebijakan pembangunan. 

Seperti yang diberitakan oleh Sumedangraya.pikiran-rakyat.com bahwa Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman telah meminta Satker Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan), PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT) selaku investor serta Kementerian PUPR untuk mendalami penyebab terjadinya banjir besar yang menelan korban jiwa di Dusun Leuwi Awi Desa/Kecamatan Ujungjaya pada hari Ahad, 11 Februari 2024 lalu.

Herman meyakini asal mula terjadinya banjir besar dipastikan ada pengaruh dari dampak pembangunan projek jalan tol Cisumdawu, khususnya di wilayah Ujungjaya. Sebab sebelum jalan tol dibangun, banjir tahunan Ujungjaya awalnya tidak sebesar dan separah setelah dibangunnya jalan tol. Sebelum adanya jalan tol, limpahan air hujan akan langsung tumpah dan mengalir deras meluas ke areal pesawahan.

Akan tetapi, setelah dibangunnya jalan tol, limpahan banjir semuanya mengalir ke aliran sungai tepat di bawah jembatan tol yang sangat terbatas daya tampungnya. Akibatnya, air kembali lagi ke arah hulu hingga akhirnya Sungai Cipelang meluap. 

Dengan demikian derasnya debit air mengalir, luapan Sungai Cipelang tentu saja menimbulkan banjir bandang yang nyaris menenggelamkan rumah warga hingga mencapai atap rumah penduduk. 

Kemudian dari hasil pengecekan langsung di lapangan, lokasi kejadian banjir ini tepat di antara jalan tol Cisumdawu dengan Sungai Cipelang. Jalan tol sebelah selatan, sedangkan Sungai Cipelang berada di sebelah utara.

Tidak dipungkiri bahwa hasil dari pembangunan kapitalistik, sering abai terhadap dampak pada kehidupan manusia maupun keseimbangan alam. Sebab, sudah menjadi prinsip kapitalisme untuk mengedepankan kepentingan dan keuntungan. 

Padahal yang menikmati hanya segelintir orang, dibanding warga yang terkena dampak pembangunan. Alam dalam kapitalisme disebut dengan modal alam, sehingga alam dinilai untuk dimanfaatkan sebagai sumber keuangan dikeruk sedalam dalamnya tanpa memedulikan keasriannya yang sifatnya merusak lingkungan. Misalnya dibangunnya jalan tol tanpa memerhatikan daerah resapan air ketika hujan.

Berbeda sekali dengan Islam yang mewajibkan negara untuk mengurus rakyatnya, termasuk dalam mencegah sebelum terjadinya musibah yang dapat dikendalikan. 

Sistem Islam memiliki kebijakan Pembangunan yang ramah lingkungan dan menjaga keselamatan dan ketentraman hidup.

Islam juga memiliki mekanisme khusus yang dapat mengatur kepemilikan lahan, alih fingsi lahan sehingga pengelolaannya tepat dan membawa manfaat untuk umat secara keseluruhan.


Triani Agustina
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar