Topswara.com -- Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa..
Lirik lagu yang begitu indah didengar dan nyaman dirasakan oleh seorang anak. Namun kiranya lirik ini hanya tinggal kenangan, bagaimana tidak? Banyak berita miris tentang kejamnya perlakuan ibu terhadap anaknya.
Seperti kasus ibu di Bangka Belitung yang tega membunuh bayinya yang baru dilahirkan karena merasa tidak sanggup membiayai hidupnya kelak. (KumparanNews, 24 January 2024)
Tentu ini bukan kasus yang pertama, sudah ratusan kasus serupa yang terjadi sebelumnya dan pelakunya adalah ibu kandungnya sendiri. Tentu ini bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa sebab hingga menjadikan matinya fitrah sebagai seorang ibu yang seharusnya menyayangi dan melindungi anak-anak mereka.
Fitrah Seorang Ibu
Seandainya anak bisa mengungkapkan isi hatinya, ibu adalah sosok yang paling penting dalam hidupnya, karena ibu akan hadir sebagai pelindung dan penjaga anak-anaknya. Jangan ditanya lagi soal pengorbanan yang dilakukan seorang ibu demi kebahagiaan anaknya. Ibu akan rela menahan lapar demi mendahulukan anaknya agar bisa makan dengan kenyang. Lantas apa yang menyebabkan matinya fitrah keibuan ini?
Kapitalisme Merenggut Fitriah Ibu
Kehidupan sekuler kapitalistik telah menjadikan hidup hanya sekedar mengejar materi dan mencari kesenangan duniawi semata. Hidup makin jauh dari sang pencipta, sehingga jiwanya gersang dan mentalnya sakit.
Kehidupan hari ini memang sungguh sangat sulit, nyatanya kebijakan negara tidaklah berpihak pada rakyat, tapi malah menyengsarakan dan makin menambah beban hidup menjadi berat.
Situasi ini pula yang menyebabkan manusia tidak lagi menyadari sebagai hamba Allah, tidak siap menghadapi ujian yang berat, sehingga memicu seorang ibu kehilangan akal warasnya dan mematikan fitrahnya sebagai seorang ibu, hingga tega menyakiti bahkan membunuh anaknya sendiri.
Inilah buah busuk penerapan kapitalisme sekuler yang hanya menempatkan agama sebagai ritual semata dan meminggirkannya dalam berbagai persoalan kehidupan. Di saat yang sama, menjunjung tinggi akal manusia dan menjadikan hak asasi manausia sebagai pemutus segala sesuatu.
Kegagalan Negara
Negara adalah pelindung dan periayah rakyatnya, maka setiap problem yang terjadi pada rakyat pada dasarnya dikembalikan pada kemampuan negara dalam menyelesaikan setiap problem dari setiap rakyatnya. Nyatanya negara yang menganut sekuler kapitalis telah gagal mencetak individu-individu yang memiliki kemampuan menjadi problem solver.
Ideologi ini juga telah gagal mengkondisikan ibu sebagai problem solver bagi keluarganya. Bagaimana mau menyelesaikan masalah, sedangkan problem keluarga demikian ruwetnya.
Hanya Islam Mengembalikan Fitrah ibu
Hanya sistem Islam yang menempatkan posisi seorang ibu sebagai kedudukan yang mulia dan terhormat, sehingga para ibu dengan bangga akan menjalankan tugasnya sebagai ibu dengan penuh kebahagiaan dan percaya diri.
Dengan mekanisme pelaksanan hukum yang sempurna dalam pengaturan tugas dan tanggung jawab dalam keluarga, yakni menetapkan kewajiban memberi nafkah pada suami serta tanggungjawab negara memastikan para suami mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga bisa memberikan nafkah yang cukup bahkan berlebih pada keluarganya, menjadikan para ibu bisa fokus dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengasuh bagi anak-anaknya.
Hal ini telah terbukti dalam sejarah penerapan Islam yang panjang selama lebih 13 abad lamanya. Hal ini tak lepas dari penerapan sistem Islam secara kafah yang mengekomodasi kebutuhan seluruh warga negaranya.
Adanya kedamaian, kenyamanan dan kesejahteraan hidup, menghilangkan potensi stres masal. Termasuk, mencegah ibu-ibu mengalami depresi. Sehingga, tidak ada yang tega melakukan kekejian, terlebih terhadap buah hatinya. Ibu yang ridha menjalankan fitrahnya.
Wallahu a'lam bishawab.
Nadhifah Az-Zahra, S.E.
Aktivis Muslimah
0 Komentar