Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kejam dan Sadis, Potret Remaja dalam Kehidupan Sekuler

Topswara.com -- Sungguh miris melihat kondisi remaja yang jauh dari adab dan justru menyimpang dari fitrah kemanusiaannya. Bagaimana tidak miris karena seharusnya remaja adalah sebagai agen perubahan ditengah masyarakat karena usia remaja adalah usia produktif dimana tenaga dan pikiran masih tokcer, berbeda dengan orang tua yang mulai melemah disana sini, baik lemah dari segi fisik maupun dari daya tangkapnya.

Namun, fakta yang kita hadapi jauh panggang dari api, remaja hari ini tak lebih seperti budak-budak pemuas nafsu belaka, yang mudah terbakar hasutan setan dengan melakukan tindakan diluar nalar sehat manusia, seperti peristiwa di Aceh Barat, pelakunya adalah pemuda (22th) berinisial AZ diduga membunuh anak berusia empat tahun dengan menonjok wajahnya dan memasukkan gagang tang kakaktua ke bagian anus korban, yang diketahui adalah anak pacarnya atas penyidikan yang dilakukan oleh Kasat Reskrim Polres Aceh Barat Iptu Fachmi Suciandi kepada wartawan, Jumat (detik.com,23/2/2024).

Juga kasus yang masih hangat diingatan kita diawal bulan Februari, yaitu pembunuhan satu keluarga berjumlah lima orang, dugaan kuat karena faktor asmara dan pelakunya adalah pemuda yang masih berusia 16 tahun berinisial J di Desa Babulu Laut, kecamatan Babulu, Kalimantan Timur. (Republika.com,8-2-2024).

Ternyata tidak hanya membunuh saja. Namun, setelah jasad kelima anggota keluarga itu mati, pelaku masih sempat menyetubuhi jasad anak dan ibunya, naudzubillah tsumma naudzubillah.

Benar-benar gambaran yang memprihatinkan melihat remaja yang masih duduk dibangku sekolah tingkat atas ini melakukan kejahatan diluar nalar.
Dan peristiwa sadis semacam ini tidak hanya sekali kita jumpai dinegeri ini. Namun, sering kali kejahatan-kejahatan dilakukan dan pelakunya masih pemuda usia pelajar.

Inilah gambaran rusaknya sebuah sistem hidup yang dibuat oleh manusia, dimana manusia itu adalah mahluk yang lemah dan terbatas sehingga mana mungkin bisa memahami hakekat manusia. Ya sistem kapitalis namanya, yang memiliki landasan sekuler atau pemisahan agama dari kehidupan.

landasan sekuler ini memunculkan empat kebebasan, antara lain kebebasan bertingkah laku, kebebasan beraqidah, kebebasan berpendapat dan kebebasan kepemilikan. Dari kebebasan bertingkah laku ini akan muncul individu-individu yang berfikir hidup itu hanya untuk meraih kesenangan jasadiah semata dan melakukan berbagai macam cara demi terpenuhi kesenangan tersebut sekalipun melanggar norma-norma agama dan batas kemanusian.

Hal ini akan dilakukan karena tidak ada rasa takut kepada Allah. Pemikiran ini muncul dari pola pikir yang rendah tadi yaitu hidup hanya untuk meraih kesenangan jasadiah semata dan agama tidak akan dibawa dalam aktifitas kesehariannya.

Berbeda jauh dengan pemuda di masa-masa kejayaan Islam, yang penuh dengan semangat juang untuk menegakkan agama Allah. pemuda yang hari-harinya disibukan dengan aktifitas menutut ilmu, pemuda yang memiliki standar hidup halal haram sesuai syari'at Allah, dan pemuda yang hanya takut, tunduk dan patuh kepada Allah.

Karena sistem yang menaungi mereka saat itu adalah sistem dari sang pencipta hidup manusia yaitu Allah SWT, yang tentunya maha sempurna, jauh dari cacat atau kerusakan karena berasal dari dzat yang maha sempurna.

Iya benar sistem Islam namanya, dalam sistem ini pendidikan adalah sangat utama demi mencetak generasi unggul yang mempunyai kepribadian Islam yang tajam dan kompeten dalam saintek. 
Adapun terbentuknya kepribadian islam itu ialah dengan pola pikir yang islami dan pola jiwa yang islami pula.

Pola pikir yang islami adalah tertancapnya akidah islam yang kuat sehingga berfikir hidup ini hanyalah demi mencari keridhaan Allah semata. Pola jiwa islami adalah tingkah lakunya sesuai dengan perintah dan larangan Allah dan ikhlas dalam menjalankan aktifita yang telah dibenarkan syariat tersebut. Dan dikatakan memiliki kepribadian Islam jika pola jiwanya selaras dengan pola fikirnya yang islami.

Untuk mendukung proses tersebut maka negara yang mengayomi sistem Islam yakni khilafah membentuk semua lembaga-lembaga pendidikan untuk diarahkan mendidik generasi yang memiliki kepribadian Islam tersebut melalui kurikulum yang berbasis aqidah Islam.

Negara khilafah juga mendorong masyarakat untuk turut aktif menjalankan amar makruf nahi mungkar, sehingga tindak kemaksiatan akan mudah dicegah sejak dini.

Kalaupun tetap terjadi tindak kemaksiatan maka negara akan dengan tegas memberlakukan sangsi, dimana sistem sangsi itu akan membuat jera sipelaku dan dengan sangsi tersebut dapat menghapuskan dosa dari tindak kemaksiatan yang dilakukan.

Karena dalam sistem Islam setiap individu muslim memahami bahwa setiap perbuatannya akan dimintai pertanggung jawabannya kelak diakhirat, sebagaimana penjelasan dalam hadis Bukhari.

Artinya: "Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR al-Bukhari).

Dari hasil pendidikan yang demikian InsyaAllah akan terbentuk generasi-generasi unggul yang memiliki kepribadian Islam yang kuat dan mempunyai misi dan visi yang mantap demi kemajuan umat diseluruh dunia 

Wallahua'lam Bisshawab 


Dewi Khoirul
Aktivis Muslimah Kediri
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar