Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Karakter Pemimpin Dambaan Umat

Topswara.com -- Dalam Islam, perkara kepemimpinan menjadi urusan yang penting. Karakter pemimpin ideal, tentu sangat didambakan umat. Karena pemimpin seperti ini akan menjadi tempat untuk berlindung padanya dan kehadirannya benar-benar menjadi penjaga bagi kaum Muslim, seperti sabda Nabi SAW,

"Sesungguhnya al-imam (khalifah) adalah perisai di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya"
(HR. Bukhari Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain).

Syaikhul Islam dalam karyanya As-Siyasah Asy-Syar'iyah tentang kriteria pemimpin yang baik. Beliau menjelaskan, selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan. Karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar, yaitu kuat atau mampu dan amanah.

Pemimpin yang kuat, tentu bukan berasal dari mereka yang tersandera kepentingan partai, golongan apalagi menghamba kepada penjajah dan kaum kafir. Kepemimpinan kuat adalah sikap berani melawan kezaliman dan menerapkan syariat Islam yang datang dari Allah Azza wa Jalla. 

Berikut beberapa karakter pemimpin ideal yang akan membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri.

Pertama, orang yang paling takut kepada Allah SWT. Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah Ta'ala. Dengan begitu, ia akan memimpin berdasarkan ketetapan Allah SWT dan kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam.

Kedua, shiddiq yang berarti jujur. Sifat teladan tersebut telah dicontohkan Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin, sebagai sifat dasar beliau baik sebagai individu ataupun kepala negara.

Sedangkan lawan jujur adalah dusta, bila pemimpin jujur ia akan dipercaya rakyatnya. Rasulullah SAW mendapat gelar Al-Amin dari kaum Quraisy karena sifat jujurnya. Bahkan, sejak beliau belum diutus menjadi Nabi dan Rasul. Khalifah Abu Bakar juga dijuluki Ash-Shiddiq. Kejujuran Khalifah Umar bin Khattab juga mengantarkan beliau mendapatkan gelar Al-Faruq.

Rasulullah SAW bersabda,

"Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar pemimpin bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk pada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga"
(HR. al-Tirmidzi, al-Nasai dan al-Hakim).

Ketiga, amanah. Lawan dari sifat ini adalah khianat. Amanah merupakan sifat wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan sifat ini pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggung jawab kepemimpinannya. Beratnya amanah tergambar jelas dalam firman Allah SWT yang terdapat dalam surah Al-Ahzab ayat 72,

اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَالۡجِبَالِ فَاَبَيۡنَ اَنۡ يَّحۡمِلۡنَهَا وَاَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَ حَمَلَهَا الۡاِنۡسَانُؕ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوۡمًا جَهُوۡلًا

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh.

Keempat, tabligh (komunikatif). Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakter ideal pemimpin dambaan umat. Karena, pemimpin akan selalu berkomunikasi dengan rakyatnya. Komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyatnya akan menciptakan hubungan yang baik pula. Pemimpin harus terbuka dengan rakyatnya, mendengar keluhan mereka dan menerima masukan serta nasehat mereka. 

Khalifah Harun ar-Rasyid pernah dinasehati oleh seorang bahlul yang dianggap sebagai orang gila di masanya. Bahlul menasehati,

"Karena aku tahu bahwa istanamu akan hancur dan kuburan ini akan tetap ada, maka aku memakmurkan kubur sebelum istana dan sebaliknya engkau memakmurkan istanamu sampai-sampai engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburanmu. Padahal, engkau tahu bahwa kamu pasti akan masuk ke dalam kubur, maka katakan wahai Harun, siapa yang gila di antara kita?"

Bergetarlah hati Harun ar-Rasyid mendengar nasehat dari seorang yang sebenarnya ulama ahli hikmah. Beliau menangis hingga membasahi jenggotnya.

Kelima, Fathonah (cerdas). Kecerdasan seorang pemimpin akan memudahkannya memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat pemimpin cerdas ditopang keilmuan yang mumpuni. Makin berilmu, maka dia akan semakin memahami dalam menyelesaikan persoalan dan solusi tepat bagi rakyatnya.

Keenam, adil. Lawan dari adil adalah zalim. Pemimpin haruslah adil, karena di tangannya hukum ditegakkan. Ujian Allah dan Rasul-Nya terhadap pemimpin adil termaktub dalam Al-Qura'n dan as-sunnah. Allah SWT berfirman,

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan."
(QS. An-Nahl: 90)

Adapun pemimpin zalim, tegurannya pun sangat keras Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga" (HR. Bukhari dan Muslim).

Itulah beberapa karakter yang wajib dimiliki pemimpin ideal dambaan umat. Namun, karakter tersebut tidak pernah diketemukan dalam sistem kapitalisme berikut sistem politiknya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan karakter pemimpin dambaan dibutuhkan sistem baik yang mampu melahirkan sosok tersebut. 

Sistem kepemimpinan Islamlah yang mampu mewujudkannya. Dengan sistem Islam, manusia-manusia beriman, bertakwa, adil dan amanah akan tercipta. Sebab, kepribadian mereka terdidik secara sistemis. []


Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar