Topswara.com -- Ialah keluarga, tempat dimana peradaban dimulakan, generasi-generasi pejuang Islam dilahirkan, rahim mukhlis seorang ibu, dan keshalihan seorang ayah menjadi pondasi sebuah peradaban dakwah itu dimulai.
Sebelum berdakwah ke umat, pastikan dulu dakwahi dalam keluarga, karena keluarga adalah tempat dimana peradaban umat manusia itu dimulai.
Ialah keluarga, inti cinta yang membuat manusia berdaya melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Ialah keluarga, tempat segala kebaikan untuk kali pertama.
Sampai-sampai, satu surat mulia dalam Al-Qur'an Allah takdirkan berjudul nama sebuah keluarga; Ali Imran, keluarga 'Imran yang perwira. Dimana keteladanan ada pada ayah dan ibunda, dimana kisah kepahlawanan ada pada anaknya, Maryam yang suci.
Semuanya pengemban dakwah dalam lembar abadi Kitabullah. Kota Makkah dibangun oleh keluarga mulia. Sang Ibunda Hajar yang membangun pasaknya, begitu jua sang anak, Ismail yang meninggikan pancang-pancang kota di setiap sudutnya.
Sang ayah, Ibrahim al Khalil, menjelajah bumi untuk mengajarkan tauhid, kemudian bersama Ismail membangun pondasi ka'bah yang bersahaja.
Ibrahim memberikan bukti, bahwa tanggung jawab ayah bukan sekedar mencari sesuap nasi. Tapi juga peduli dalam mengasuh anak bersama istri
Keluarga Nabi Zakaria, sebuah episode berharga tentang penantian penuh sabar, sang ayah yang tak lelah berdoa, sang ibu yang qanaah pada titah Rabb semesta, kemudian lahirlah Yahya, simbol pemuda yang cerdas hati dan raga, penyampai hikmah taurat di usia fajarnya.
Sang ayah dan anaknya gigih berjuang membebaskan manusia dari kejahiliahan, syahid dijemput keduanya dengan penuh kemuliaan.
Mengapa Al-Qur'an banyak mengabadikan kisah keluarga? Kembali ke paragraf pertama; ia adalah miniatur peradaban sebelum peradaban besar bermula, maka pastikan keluarga kita menjadi keluarga sholeh yang taat pada Allah.
Ia memang seringkali berwujud rumah sederhana, tetapi di dalamnya ada madrasah, ada ekonomi, ada etika, ada aksara, ada visi, ada aksi, ada resolusi, dan ada inspirasi. Ada pergerakan dakwah, yang darinya lahir generasi-generasi pejuang dakwah.
Setiap kita mempunyai peluang menjadi keluarga dakwah dalam sejarah penuh cinta. Syaratnya, bangunlah ia dengan tauhid dan ilmu, dakwah, selalu itu dan hanya itu.
Cinta itu dibangun, bukan harus jatuh hati dulu. Harta itu sudah ditakdirkan, tapi ilmu dicari dan diusahakan, dakwah wajib ditanamkan, walaupun jangan juga lupa kita butuh berdikari secara finansial.
Bagi yang akan berkeluarga, mari mengilmui dan mempersiapkan dengan sibuk berdakwah. Bagi yang sudah, mari sempurnakan dan aplikasikan menjadi Keluarga dakwah yang militan seperti keluarga para nabi dan sahabat.
Wallahu A'lam
Oleh: Hafidz Mubarok Al-Qudsiyah
Penulis, Inspirator Pasangan Kolaboratif
0 Komentar