Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inilah Dampak Orang Tua yang Bersikap Sadis kepada Anaknya


Topswara.com -- Aksi menyayat hati yang dilakukan ibu yang membunuh anaknya baru lahir telah menghantam nurani. Secara tidak langsung apa yang dilakukannya, entah sadar atau tidak akan membawa dampak kepada anak-anaknya. 

Dampak dari sikap sadis berujung kematian tersebut ada beberapa hal berikut. Pertama, trauma. Jelas, anaknya akan trauma akan kejadian itu. Trauma ini bisa coba disembuhkan tetapi kenangan itu akan masih ada. 

Kedua, luka pengasuhan. Seharusnya orang tua memberikan asuh yang baik dan menyenangkan. Ini justru pengasuhan yang menyiksa hingga pembunuhan. Ini jelas akan menyebabkan luka.

Trauma masa kecil tidak bisa dianggap sepele dan akan mudah hilang begitu saja. Dampak yang ditimbulkan bisa berujung pada perilaku destruktif saat dewasa, seperti menyabotase dan memusuhi diri sendiri, agresi menggunakan kekerasan, hingga melakukan perbuatan jahat.

Selain itu, sifat mudah tersinggung, marah dan berteriak, serta mudah memutus relasi sosial, juga merupakan dampak dari luka batin saat kecil. Inilah yang disebut “inner child.” Hal itu juga bisa memicu dendam. Anak yang mengalami hal tersebut, jangan sampai jadi dendam kepada ibunya atau orang tuanya. Karena ini akan menciptakan konflik tidak berujung.

Sebenarnya hal itu bukan sepele, harus ada bangunan akidah yang kokoh dalam diri anak agar bisa hidup ke depan semakin baik lagi. Karena tanpa bangunan akidah yang kuat anak bisa mengalami luka pengasuhan yang sulit hilang. Selain itu, jika orang tua tidak bertobat, hal itu mengundang murka Allah SWT. 

Oleh karena itu, dalam Islam setiap nyawa yang hilang tanpa haq, seharusnya pelakunya juga harus diqisas. Karena hanya dengan qisas, sang pelaku terbebas dari siksa di akhirat. Tetapi, jika tidak diqisas, sungguh Allah SWT akan menuntutnya di pengadilan akhirat nanti. Hal itu lebih menakutkan lagi. 

Oleh karena itu, sebagai insan Muslim, haruslah melalukan sesuatu berdasar syariat dan yang terpenting mampu mengkondisikan amarah dan perasaannya.


Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar