Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hilirisasi dan Keberlanjutan Antargenerasi


Topswara.com -- Zaman Bung Karno beliau mengatakan pertanian adalah dasar dan industri adalah tulang punggung. Itu artinya pertanian, perkebunan, petermakan dasar bagi pembangunan industri. 

Zaman Pak Harto diletakkan dasar-dasar pembangunan lima tahun dan 25 tahun untuk melakukan transformasi dari pertanian menuju industri, surplus pertanian dan menopang industri yang berkelanjutan. Usaha tersebut terhenti duguncang krisisis moneter bikinan barat. 

Itulah hambatan kemajuan ekonomi Indonesia yakni perangkap krisis bikinan Barat yang didukung oleh agen-agen mereka di negara negara berkembang termasuk juga ada Indonesia. Tetapi tentu tidak ada kata menyerah. Kata Bung Karno up and down jatuh bangun kembali, jatuh bangun kembali. 

Dengan strategi dasar yakni bagaimana terjadinya keberlenjutan dan penyempurnaan dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional. Mereka kolonialis mengehndaki kita guncang dalam setiap pergantian kepemimpinan, tetapi kita tidak! Bagi kita stabilitas, keberlanjutan dan penyempurnaan.

Sekarang para kolonialis bermain dengan banyak isue tidak hanya ekonomi tapi memanfaatkan era ketelanjangan media sosial. Baru baru ini World Economoc Forum (WEF) memberikan peringatan 10 worst problem dalam 2 tahun dan 10 worst problem dalam 10 tahun ke depan. 

Point paling krusial dan paling atas adalah disinfomastion, misinformation. Keduanya akan mengakibatkan terjadinya societal polarization, perpecahan ekstrim dimasarakat, hilang kekuatan persatuan bagi daya dorong untuk membangun. Ini akan mengakibatkan economi mengalami lack opportunity. Sepertinya ini masalah terjadi di depan mata kita yakni Pemilu dan Pilpres 2024.

Kebenaran diabaikan oleh kepentingan golongam dan pribadi yang diutamakan, fakta dan data yang disajikan diplilih untuk kepengingan framing menyerang lawan. Diskusi dengan lawan politik dihindari lebih memilih bicara dengan sempit dan seragam diantara sesama pilihan politik. Ini bahaya polarisasi karena mencampakan cara berfikir akademik yang mencari solusi.

Mucul penolakan terhadap ide ide dasar dalam pembangunan ekonomi. Semisal pembangunan kembali pertanian, mengusahakan ketahanan pangan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, perluasan lahan melalui food estate ditolak tanpa alasan yang memadai untuk mengurangi ketergantungan impor.

Muncul penolakan terhadap usaha membangun kembali industri nasional memalui pembangunan industri dasar yakni hilirisasi. Banyak alasan yang disajikan, bukan sebagai alasan kritis untuk memperkuat agenda ini, tetapi lebih menyerang usaha usaha mengembangkan hilirisasi yang kita tau merupakan usaha memberi nilai tambah kepada komoditas strategis Indonesia. 

Ingat indonesia adalah yang terlengkap dalam produksi komoditas yang memerlukan nilai tambah bagi ekonomi dalam kaitan dengan perdagangan internasional.

Pemerintah telah meletakkan dasar bagi pembangunan industri dasar dalam kaitan dengan komoditas pertambangan dan perkebunan. Ini tidak dapat dihentikan oleh hanya karena suksesi kepemimpinan nasional. Kelanjutan dalam perencanaan yang semakin kuat merupakan aspek utama. 

Semua pasti butuh penyempurnaan, memutupi semua kekuarangan yang ada dan melanjutkan yang telah baik. Hanya dengan cara ini maka opportunity akan dapat diraih dengan kuat.

Indonesia memang tidak dapat menutup mata dari perdagangan internasional. Namun perdagangangan tidak berdiri sendiri, ada keuangan, ada investasi. Kita terbuka dalam investasi. 

Negara-negara industri telah diberi kesempatan untuk melakukan investasi seluas luasnya dalam industri di indonesi. Kita menganut azas national treatment dan most pavoured nation. Silakan melakukan investasi dalam membangun industri di Indonesia.

Semua pembicaraan kita dengan Dunia Barat telah kita rumuskan dalam satu rumusan penting bahwa rencana Indonesia akan berlanjut, kepemimpinan nasional akan dilanjutkan, stabilitas akan kami jaga, keberlanjutan dan penyempurnaan akan terus dilakukan. Indonesia akan memberi lebih banyak kepada dunia. Indonesia feed the world.


Oleh : Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar